- Sebuah ponton besar digunakan sebagai demplot restorasi terumbu karang terapung di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida yang diprakarsai Coral Triangle Center (CTC), UPTD KK Bali, Mission Blue dan Quicksilver Cruise Bali.
- Ponton yang terapung di hamparan terumbu karang ini menjadi semacam pusat edukasi dan rekreasi untuk mempelajari teknik restorasi karang, mulai dari pengambilan bibit sampai monitoringnya.
- Lokasi Demonstrasi Restorasi Terumbu Karang ini dimulai pada bulan Januari 2024 dan membentang seluas 30.980 meter persegi dengan tambahan 1.000 meter persegi di sebelah timur Quicksilver Mega Ponton.
- Saat ini kondisi karang di KKP Nusa Penida dinilai 60% baik, dan sisanya yang jadi target restorasi karena dampak peningkatan aktivitas wisata di kepulauan yang bisa diakses sekitar 45 menit menyeberang dari Pelabuhan Sanur.
Biasanya lokasi demonstrasi atau demplot terumbu karang di daratan atau pesisir. Kini ada demplot di tengah laut karena berlokasi di atas ponton besar milik sebuah perusahaan wisata bahari.
Berbagai tahapan restorasi seperti pengambilan bibit koral, penyimpanan sementara, pemasangan di struktur, sampai penurunan di dasar laut jadi lebih efisien. Tak hanya itu, edukasi dan monitoring juga langsung bisa diikuti dengan mudah dengan snorkeling atau diving. Perlengkapannya pun sudah tersedia di ponton.
Lokasi ini diperkenalkan awal tahun ini oleh sejumlah pihak yang menginisiasi. Coral Triangle Center (CTC), bersama dengan Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) KK Bali berkolaborasi dengan Mission Blue dan Quicksilver Cruise Bali, telah mendirikan sebuah lokasi demonstrasi restorasi karang berskala besar yang bertujuan untuk merehabilitasi terumbu karang.
Berada di dekat pelabuhan Toya Pakeh, Nusa Penida, penetapan Lokasi Demonstrasi Restorasi Terumbu Karang dimulai pada bulan Januari 2024. Lokasi ini membentang seluas 30.980 meter persegi dengan tambahan 1.000 meter persegi di sebelah timur Quicksilver Mega Ponton.
Sejumlah media diajak berkunjung pada Kamis (01/02/2024) ke lokasi demplot, bertepatan dengan kegiatan program restorasi yang melibatkan puluhan siswa sekolah dan penyelam di Nusa Penida. Pada restorasi kali ini direncanakan penurunan sekitar 400 reef stars dengan 6.000 fragmen karang dipasang seluas 240 meter persegi.
Persiapan terlihat dengan pengambilan bibit di salah satu lokasi mirip kolam tapi bagian dari laut lokasi ponton oleh sejumlah relawan penyelam. Pendamping lain seperti tim CTC dan relawan mahasiswa menyiapkan bak bibit, sarung tangan, struktur berbentuk jaring laba-laba dari besi yang sudah dilumuri pasir, kabel tis untuk mengikat, dan lainnya.
baca : Apa Kabar Monitoring dan Evaluasi Program Terumbu Karang ICRG?
Salah satu instruktur membawa satu struktur di atas meja dan menjelaskan cara mengikat koral ke para pelajar yang tumben ikut restorasi terumbu karang. Satu struktur disarankan hanya berisi 15 koral agar pertumbuhannya lebih baik dan proses perawatan lebih mudah. Dalam 10 menit, para pelajar ini mengangguk tanda paham dan siap mengikat struktur.
Tiap kelompok bisa menyelesaikan 3-5 struktur dalam waktu kurang dari satu jam. Koral tidak bisa didiamkan lama di luar habitatnya, karena itu, dalam waktu cepat seluruh struktur sudah diangkut dengan cukup mudah ke perahu karet yang membawa ke titik penurunan. Para penyelam sudah siap di titik untuk menaruh di dasar laut.
Seluruh struktur dikaitkan satu sama lain dengan patok besi dan tali tis besar, sehingga membentuk hamparan baru jaring laba-laba. Ketika melihat proses ini dari permukaan dengan snorkeling, nampak mereka bekerja dengan cepat karena sudah berbagi tugas. Di sekitarnya sudah ada struktur berbagai bentuk yang ditumbuhi karang rekrutmen baru, misalnya fishdome, patung, meja, dan lainnya.
Nampak hamparan baru struktur Reef Stars di dasar laut yang sebagian berisi patahan karang dan kerikil. Permukaan gravel ini dinilai bisa bermanfaat membuat struktur lebih kuat melawan arus.
Meningkatnya aktivitas bahari di kawasan konservasi perairan Nusa Penida ini memberi dampak buruk juga, apalagi tanpa edukasi dan pengawasan. Sudah ada sejumlah kasus mengenai perusakan karang di perairan yang terkenal dengan Manta Ray dan Mola-mola ini. Misalnya ada kapal ponton yang melempar jangkar, kemudian merusak hamparan karang karena jangkar bergerak oleh arus. Ada juga turis menginjak karang ketika ikut wisata Seawalk, jalan di dalam laut sambil memberi makan ikan dan aksi vandalisme, mencoret terumbu karang.
Kunjungan turis ke Nusa Penida terus meningkat, seiring hadirnya sejumlah pelabuhan baru dan makin banyaknya jadwal penyeberangan. Jika beberapa tahun sebelumnya hanya ada 2-3 kali jadwal keberangkatan per hari, kini ada hampir tiap jam. Turis yang hanya menggunakan moda transportasi laut seperti boat atau kapal phinisi pun dengan mudah hilir mudik dari beberapa titik lokasi obyek wisata seperti Tanjung Benoa, Nusa Dua, Sanur, dan lainnya.
baca juga : Uji Sabar Merawat Koral di Nusa Dua
Metode restorasi
Ada tiga jenis koral yang jadi bibit, terbanyak Acropora. Metode yang digunakan adalah Mars Assisted Reef Restoration System atau MARRS di lokasi ini. Metode transplantasi ini memiliki struktur bernama Reef Star yang berbentuk seperti bintang atau jaring laba-laba diyakini lebih stabil dan terhubung dengan baik. Metode ini sudah diuji coba di beberapa titik lain di Nusa Penida.
Metode MARRS ini disebut cukup efektif dalam meningkatkan jumlah rekrutmen karang alami, mudah diturunkan ke dasar laut, dan lebih murah biaya strukturnya. Namun, Marine Conservation Advisor CTC, Marthen Welly, mengingatkan, aplikasinya harus sesuai standar. MAARS diperkenalkan oleh perusahaan cokelat melalui program sosial lingkungannya dan sudah melatih sejumlah pihak untuk bisa direplikasi di mana saja. Terutama jika dasar laut sesuai.
Lokasi demonstrasi ini di Toya Pakeh ini disebut sesuai untuk upaya restorasi dalam skala besar. Misal kedalaman berkisar antara 3-4 meter, lokasi dekat pantai, sehingga memudahkan akses ke fasilitas-fasilitas terdekat, dan lokasi ponton yang besar bisa menampung banyak aktivitas edukasi sekaligus rekreasi.
Selama beberapa tahun terakhir, terumbu karang di sepanjang daerah Toya Pakeh telah mengalami kerusakan karang yang meluas yang disebabkan oleh ombak yang kuat, penyakit, pemutihan karang, dan aktivitas manusia lainnya. Penilaian ekologi yang dilakukan oleh CTC pada tahun 2023 menemukan bahwa meskipun mengalami kerusakan, lokasi ini adalah tempat yang ideal untuk restorasi.
Misalnya ada karang sehat yang dapat digunakan untuk restorasi dan dapat diakses dengan mudah melalui penyelaman atau berenang. Selama survei, diidentifikasi juga ikan herbivora, termasuk ikan kakatua dan ikan kulit pasir.
Marthen mengatakan pihaknya sedang menyiapkan mekanisme cara mengakses demonstrasi restorasi terumbu karang ini untuk para pihak. Misalnya bisa kontak UPTD KKP Provinsi Bali atau CTC. Mereka akan berkoordinir dengan pengelola ponton dan tim relawan untuk menyiapkan programnya.
baca juga : Bagaimana Kesehatan Terumbu Karang di Perairan Nusa Penida Bali?
Ekstra menyelam untuk pelajar
Ketika para penyelam menurunkan struktur dan mengikatnya, sejumlah pelajar belajar snorkeling di sekitar ponton. Sebagian siswa SLTA ini tidak bisa berenang. Tak heran beberapa orang berteriak ketakutan saat belajar padahal sudah mengenakan life jacket.
Oka, guru Bahasa Inggris yang mendampingi siswa dalam berbagai kegiatan lingkungan mengakui inilah salah satu tantangan anak lokal di Nusa Penida. Karena itu ia menyambut berbagai program yang mendorong anak-anak mencintai laut. Salah satunya ekstra kurikuler menyelam yang baru dibuat di sekolahnya, SMAN 1 Nusa Penida. Didukung salah satu dive center yang menyediakan pelatih dan sarananya secara gratis.
“Yang tertarik diver masih sedikit. Kami baru 2023 punya ekstra diving kerja sama dive operator. Rencana buat silabus kelautan agar anak-anak mencintai dan mempelajari asetnya,” ujar Oka. Ia juga kerap memasukkan isu lingkungan dalam materi Bahasa Inggris. Ia berharap demplot ini akan jadi lab kedua sekolah.
Salah satu siswa yang sangat antusias berenang dan memanfaatkan ponton adalah Komang Juwita, perempuan kelas 11. Ia masih takut ikut ekstra menyelam karena pernah mendengar kejadian buruk. Ia sendiri senang berenang sejak kecil karena pernah membantu keluarga jadi petani rumput laut di Nusa Lembongan.
Upaya memberikan akses edukasi dan sarana seperti alat snorkeling bisa mendorong kecintaan mereka pada lautnya. Namun, perlu disubsidi. Peluangnya ada karena ada sejumlah retribusi wisata di darat dan laut di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida.
Kepala UPTD KKP Nusa Penida Nengah Sugiarta mengatakan saat ini pihaknya masih kesulitan memungut retribusi wisata bahari dari wisatawan. Aplikasi online belum optimal. Saat ini retribusinya Rp100 ribu untuk /orang untuk wisatawan asing dan Rp10 ribu untuk domestik. Per bulan Januari ini nilainya Rp134 juta. “Ada banyak yang lolos. Sulit sekali menagih langsung,” katanya ketika menemui tour operator atau kelompok wisatawan langsung.
Retribusi berbasis darat lebih mudah karena berbasis pelabuhan. Retribusi darat dipungut Pemerintah Kabupaten, sedangkan retribusi laut oleh UPT KKP karena perbedaan kewenangan.
baca juga : Cerita Sukses Kosmetik Rumput Laut dan Pelestari Terumbu Karang dari Nusa Penida
Kolaborasi restorasi
Sejumlah proyek restorasi lain di Nusa Penida juga sudah dilakukan oleh berbagai komunitas, menggunakan metode yang berbeda, dan didirikan di lokasi topografi yang bervariasi. terumbu karang.
Pada awal 2021, Coral Triangle Center (CTC) bergabung dengan Mars, Inc. untuk membentuk Gugus Tugas Restorasi Terumbu Karang. Saat ini termasuk perwakilan dari CTC, Mars, Bali Blue Harmony dan People and Nature Consulting International, misi Gugus Tugas adalah untuk membangun kapasitas restorasi terumbu karang dan manajemen berbasis ketahanan di kawasan konservasi perairan (KKP) di seluruh Indonesia.
Di masa depan, representasi dimaksudkan untuk diperluas untuk memasukkan praktisi restorasi lainnya serta potensi kolaborasi dengan pemerintah, para ahli, dan pemangku kepentingan utama lainnya. Proyek ini didukung oleh Vibrant Oceans Initiative dari Bloomberg Philanthropies dan Mission Blue.
Terumbu karang di KKP Nusa Penida mendukung 296 spesies karang dan 576 spesies ikan. Lokasi ini adalah habitat penting bagi megafauna laut, seperti pari manta dan mola-mola. Kawasan
Dari hasil pemetaan CTC, kondisi karang di KKP Nusa Penida dinilai baik 60% sisanya 40% yang jadi target restorasi. “Semangat tinggi tapi tidak ada panduan ilmiah dan monitoring. Kami ingin buat areal restorasi demplot yang sesuai standar untuk tempat belajar. Nanti Nusa Penida bisa jadi tempat belajar global. Karena kawasan ini cocok untuk restorasi,” ujar Marthen. (***)