Kambing Hitam Lain APP

DALAM siaran pers Kamis lalu, Asia Pulp & Paper (APP) menyatakan bahwa kehadiran kayu keras tropis campuran (mixed tropical hardwood fiber/MTH) di produk mereka bukan berasal dari hutan alam primer di Indonesia.

Raksasa kertas yang sedang diperangi ini mengatakan, kehadiran serat MTH tak menunjukkan apa-apa tentang produk itu berkelanjutan atau tidak. “MTH bisa mudah ditemukan di kertas daur ulang.”

Semua poin itu memang benar. Namun, apa yang tak diungkapkan APP bahwa tanggapan ini sebagai tedeng aling-aling lain dalam upaya membelokkan kritikan atas pengelolaan hutan mereka.

APP menjadi target Greenpeace karena aksi mereka yang melanjutkan konversi hutan tropis dan lahan gambut untuk perkebunan akasia. Bukan karena perusahaan kertas raksasa ini masih merusk ‘hutan alam tropis’ di Sumatera, seperti  yang diisyaratkan APP.

Konversi dari hutan kayu—sangat bervariasi tergantung level degradasi —dan lahan gambut menjadi perkebunan bisa menghasilkan emisi karbon yang substansial serta kehilangan margasatwa tinggi. Orangutan dan harimau langka sejauh ini lebih baik di hutan kayu daripada mereka di dalam hutan tanaman industri.

APP juga terlihat mencoba mengecohkan konsumen dalam masalah MTH, yang mana pada serat kayu di Indonesia hanya dari pohon di hutan alam. Tahun lalu, APP bersikukuh bahwa MTH yang ditemukan dalam kemasan mereka biasa datang dari serat daur ulang.  Meskipun ada MTH, kata mereka, tak mungkin mengetes bagian luar lapisan kemasan—yang biasa tak menggunakan serat daur ulang.

Namun, ahli-ahli penguji kertas mematahkan klaim APP.  Ternyata, masih dimungkinkan memisahkan kemasan luar dan mengetes untuk melihat MTH. Dalam kasus kemasan APP,  terbukti MTH ditemukan bukan dalam lapisan daur ulang.  Ini mengindikasikan, bahwa serat hutan alam ada dalam kemasan seperti yang telah digadang-gadang Greenpeace pada kampanye melawan APP pada 2011.

Untuk menanggapi bencana kemasan ini, Alan Oxley, pendukung APP, ditugaskan menunjukkan bahwa sertifikat serat di bawah standar the Forest Steward Council (FSC) dapat berisi MTH (APP kehilangan sertifikat FSC pada 2007). MTH memang ditemukan dalam serat daur ulang di bawah sertifikat FSC. Tentu, ini bukan hal yang mengejutkan siapapun.

Pembabatan hutan di Bukit Tigapuluh, Sumatera. Foto: Greenpeace

Pada siaran pers terakhir, APP menyatakan,” kehadiran serat MTH disebutkan tak menunjukkan apakah itu merusak lingkungan atau tidak. Ini sangat mungkin serat MTH datang dari sumber legal dan ramah lingkungan,” meskipun belum secara spesifik apakah itu dari sumber legal atau ramah lingkungan.

Separuh dari lusinan perusahaan APP dituduh terlibat pembabatan lahan ilegal pada 2007. Namun kasus ditutup akhir 2008 atas tekanan dari pejabat-pejabat Kepolisian.  APP baru-baru ini menyalahkan pemasok dalam penggunaan ramin, satu spesies pohon yang masuk dalam daftar  hitam International Union for Conservation of Nature (IUCN)– (tapi tak ilegal untuk ditebang).

Masalah  ramin ini muncul sesudah investigasi Greenpeace yang mengumpulkan bukti-bukti ramin dari pabrik APP, PT Indah Kiat Mill, di Sumatera. APP belum membantah tuduhan itu ketika seorang pejabat Kementerian Kehutanan menyatakan APP tak terlibat kasus ramin. Dasar bantahan tak disebutkan. Darori, yang membantah tuduhan Greenpeace, tak menjawab panggilan telepon.

Menurut Wall Street Journal, bagian terbesar dari serat hutan alam APP berasal dari para pemasok mereka, yang menjadi subyek moratorium konversi hutan alam dari pemerintah Indonesia per 2015 (Konsesi milik APP sendiri akan berakhir 1 Juni 2012). Target menghapus konversi hutan alam pemerintah pada 2015 itu sama dengan target yang sebelumnya diumumkan APP. Janji ini tak membantu. APP gagal menepati target tak lakukan deforestasi dari rantai pasokan mereka sebelumnya: 2004, 2007, dan 2009.

Kredibilitas APP dalam memenuhi janji mereka jadi lebih sulit setelah paparan dari beberapa pemakrarsa konservasi: WWF, Greenomics-Indonesia dan Eyes of The Forest. Kerja sama APP dengan WWF dan Rainforest Alliance juga tak membantu jaga kredibilitas APP –kerja sama itu dibatalkan tengah jalan karena perusahaan raksasa ini gagal memenuhi tanggungjawab mereka menjaga lingkungan.

Akhirnya, sulit tidak melihat siaran pers APP tak lebih dari isapan jempol belaka. Sampai pemasok kertas ini benar-benar menerapkan perubahan substansial, akan sulit bagi mereka mendapat simpati para pencinta lingkungan dan membendung eksodus konsumen yang tak mau citranya tercemar. Diterjemahkan oleh Sapariah Saturi H

Rhett Butler: Pendiri dan Pemimpin Mongabay.com

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,