,

Kawasan Hutan di Bukit Tekenang Kapuas Hulu Dilalap Api

Bukit Tekenang, salah satu bagian kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS), Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, nyaris musnah dilalap si jago merah sejak awal September 2012. Ratusan hektar kawasan hutan yang dijadikan Posko Balai TNDS ini tak luput dari amukan api.

Cuaca panas musim kering yang disertai angin yang bertiup kencang telah mengantar api cepat menjalar dari kaki hingga ke puncak bukit, yang diperkirakan telah menjadi pemicu munculnya loncatan lidah api.

Namun informasi warga yang bermukim tak jauh dari Bukit Tekenang menyebutkan faktor keterlambatan, -di luar faktor alam,- telah menyebabkan pemicu kebakaran hebat di bukit ini. “Saat api masih kecil, pasti bisa diatasi. Itu kalau ada petugas cepat mengantisipasi. Saat itu tidak ada petugas dari Balai TNDS siaga di tempat,” kata Matnur, warga Dusun Genting, saat dikonfirmasi dari Pontianak, Jumat (12/10/2012).

Nelayan ini mengaku kebakaran di bukit ini berlangsung sangat cepat. Warga lanting di sekitar kawasan Tekenang tersebut mengaku tidak bisa berbuat banyak lantaran alat pemadam tidak ada. Apalagi untuk memadamkan lahan gambut yang memerlukan keterampilan khusus. Ini pula yang menjadi penyebab sebagian besar bukit Tekenang musnah.

Kepala Daerah Operasi (Daops) Manggala Agni Seksi I Semitau, Balai TNDS, Taqiudin membantah lalai dalam menangani kebakaran di sana. “Sejak September, ada 25 dari 45 total personel Manggala Agni siaga di Camp Tekenang. Ketika kebakaran, angin bertiup sangat kencang hingga api tak bisa dipadamkan,” katanya di Semitau, Jumat(12/10/2012).

Selanjutnya Taqiudin menyebutkan, areal hutan yang terbakar sejak Juni 2012 di sejumlah titik dalam kawasan TNDS total 561 hektar. “Itu hasil ukur kita di Manggala Agni Seksi Semitau. Sampai sekarang, seluruh personel masih bekerja di lapangan.”

Asap sisa kebakaran hutan di TNDS, Kapuas Hulu

Pantauan Satelit Terra dan Aqua milik NASA mendeteksi terdapat 34 titik panas (hotspot) di kawasan TNDS sejak Juni hingga Oktober 2012.  Pantauan memperlihatkan hotspot tersebar di berbagai tempat, diantaranya: Desa Empanang, Pega, Leboyan, Sambar, Pulau Majang, Danau Bekuan dan Sekulat. Diperkirakan sudah ribuan hektar kawasan TNDS musnah dilalap si jago merah.

Direktur Yayasan Riak Bumi, Valentinus Hery mengatakan, kebakaran di kawasan TNDS bukan hal baru. “Saya kira hampir setiap tahun kawasan danau ini terbakar. Ini terjadi karena faktor kelalaian manusia.”

Saat musim kemarau, mayoritas warga di dalam dan luar kawasan mencari ikan di danau. Mereka juga mencari tempat beristirahat di tepi sungai dan memasak di sana. Ketika meninggalkan tempat, para pencari ikan ini seringkali lupa memadamkan api pembakaran. Dari sinilah kebakaran hutan bermula. Sedangkan kemungkinan pemicu lain, puntung rokok yang dibuang sembarangan.

Namun, Heri menegaskan, aktivitas masyarakat seperti itu jauh dari gaya hidup anggota Assosiasi Periau Danau Sentarum (APDS). Mereka dinilai sudah cukup menerima pembekalan dari lembaga pendamping seperti Riak Bumi hingga petani tidak akan mau buang puntung rokok sembarangan.

Kebakaran Hutan di TNDS. Kapuas Hulu, Kalbar

“Logika sangat sederhana. Kalau terjadi kebakaran, dampak akan langsung pada petani madu. Lebah-lebah tidak mungkin datang bersarang ke tikung-tikung petani jika ada asap di mana-mana. Ini akan mempengaruhi produk petani dalam menghasilkan madu hutan organis.”

Heri menyebutkan,  tak ada pilihan lain menghadapi kemarau di Sentarum kecuali menghindari kebakaran. “Saya kira kebakaran musim kemarau harus dihindari. Kalau sudah telanjur, api sulit dipadamkan karena Danau Sentarum lahan bergambut. Mekanisme pemadaman perlu keterampilan khusus, termasuk peralatan yang digunakan.”

Kebakaran hutan di TNDS, Kapuas Hulu, Kalbar
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,