Reisa Kartikasari: Perusakan dan Pencemaran Lingkungan Masalah Mendasar Indonesia

Reisa Kartikasari adalah seorang dokter dan sekaligus seorang model. Dokter wanita berparas cantik kelahiran 24 Desember 1985 ini juga menyandang berbagai gelar yang diantaranya adalah : Miss Indonesia International 2011, Puteri Indonesia Lingkungan 2010, 1st Runner-up Puteri Indonesia 2010, Puteri Daerah Istimewa Yogyakarta 2010, serta mendapatkan penghargaan sebagai Duta Energi Bersih.

dr Reisa Kartikasari aktif juga dalam Yayasan Putri Indonesia dan tercatat di Universitas Pelita Harapan dan Universitas Indonesia. Berikut adalah wawancara dr. Reisa Kartikasari dengan Mongabay Indonesia, yang mengungkapkan pandangannya seputar isu lingkungan di Indonesia, aktivitasnya sebagai Putri Indonesia Lingkungan 2010, dan harapan-harapannya di masa mendatang.

Mongabay.co.id: Peran anda, sebagai Putri Lingkungan Hidup 2010 memberikan akses luas kepada Anda untuk memahami berbagai permasalahan lingkungan di Indonesia. Secara umum, apa masalah lingkungan yang paling mendasar di tanah air?

Setelah saya dianugerahi gelar sebagai Puteri Indonesia Lingkungan 2010, saya banyak sekali dikenalkan dan kemudian berkecimpung di dalam berbagai aktivitas yg berkaitan dengan lingkungan hidup. Semenjak itu saya pun belajar banyak hal mengenai lingkungan di Indonesia. Saya menilai permasalahan yang paling mendasar di tanah air kita adalah perusakan lingkungan dan pencemaran yang sudah merajalela sampai hampir di seluruh pelosok negeri.

Mongabay.co.id: Sepanjang mengemban tugas sebagai Putri Lingkungan, apa hal terbesar (menurut anda pribadi) yang pernah anda lakukan dan memberikan dampak signifikan bagi Indonesia?

Tugas seorang puteri Indonesia lingkungan sebenarnya adalah bekerja sama dengan berbagai pihak yang ingin kami turut berpartisipasi ke dalam kegiatannya, atau turut membantu mempromosikan serta mengkampanyekan tentang berbagai  go green lifestyle yang bertujuan positif. Saya pribadi berharap bahwa setiap partisipasi yang telah saya lakukan selama mengemban tugas tersebut dapat memberikan dampak yang besar dan signifikan bagi Indonesia. Saya pun aktif dalam berbagai kampanye green school di berbagai daerah, mengajak masyarakat untuk mencintai alamnya dengan membuang sampah di tempatnya, mengurangi penggunaan kantung plastik, mengajak untuk melakukan penanaman pohon dan berkebun, sampai menjauhi narkoba serta rokok. Banyak hal lain yang telah saya upayakan untuk mengajak masyarakat peduli terhadap bumi. Tapi pada akhirnya, saya hanyalah seorang manusia biasa. Yang bisa saya upayakan dan lakukan adalah tetap terus berusaha menjalani motto yang telah saya suarakan berulang kali, yaitu 3D. Dimulai dari diri sendiri, Dari hal kecil dan Dari sekarang karena saya percaya bahwa sekecil apapun perubahan yg kita lakukan saat ini pasti akan memberi dampak yg signifikan bagi dunia.

Mongabay.co.id: Anda pasti sudah menjelajah ke berbagai wilayah Indonesia saat Anda bertugas. Apa tempat paling indah di tanah air, sekaligus paling terancam dan membutuhkan perhatian di mata Anda?

Reisa Kartikasari: Alhamdulilah, puji syukur, saya telah diberi kesempatan untuk menjelajah Indonesia dan melihat berbagai keindahan alam dan keajaiban yang Tuhan telah berikan kepada kita. Saya paling kagum ketika saya berkunjung ke Raja Ampat. Daerah disana masih begitu asri dan luar biasa indahnya. Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ada pantai dimana dengan air yg sangat bening, pasir seputih dan selembut itu, dengan kedalaman selutut tanpa perlu diving, kita sudah bisa melihat ikan-ikan ‘nemo’ atau clown fish berenang-renang di kaki kita. Sungguh seperti mimpi. Sebenarnya mungkin saja dahulu seluruh wilayah Indonesia seindah itu, namun seiring dengan kemajuan industri dan pemukiman penduduk maka alam pun terusik. Melihat keadaan Jakarta dengan kepadatan dan tingkat polusi yang sangat memprihatinkan, tampaknya tidak hanya kita serahkan tanggung jawab kepada pemerintah untuk menangani dan mereservasi ibukota kita ini tetapi seluruh elemen masyarakat juga harus turun tangan dan membantu demi kebaikan bersama.

Mongabay.co.id: Anda masih suka melakukan kegiatan alam bebas dan aktivitas lingkungan usai mengemban tugas Putri Indonesia Lingkungan? Apa saja sih yang anda lakukan sampai sekarang?

Reisa Kartikasari: Pada dasarnya saya suka travelling. Saya cinta laut dan betah berlama-lama di pantai. Jadi sampai saat ini saya masih selalu berusaha meluangkan waktu untuk sekedar kembali ke laut. Terkadang di luar rutinitas, saya juga masih turut serta dalam kampanye dan talkshow yang menyuarakan lingkungan. Bergabung dan turut mempromosikan kegiatan anak muda ‘Indonesia Berkebun’ yang telah meraih google awards dan masih suka berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam Jakarta Berkebun. Tetap aktif dalam penanaman pohon serta menjadi duta Gaharu setelah melepas masa jabatan. Bahkan kegiatan yang dikenalkan oleh berbagai LSM mengenai go green lifestyle tetap terus saya biasakan dirumah.

Mongabay.co.id: Oh ya, anda seorang dokter kan, bagaimana anda mengaitkan profesi anda dengan isu lingkungan yang anda tekuni?

Tentu sangat erat kaitannya antara lingkungan hidup dengan kesehatan. Banyak sekali masalah kesehatan dan penyakit yang timbul karena kerusakan lingkungan, polusi udara, air, tanah, serta lingkungan yang kotor. Oleh karena itu, seringkali dalam kegiatan promosi kesehatan, diajarkan pula kepada masyarakat mengenai bagaimana menjaga lingkungan mereka agar tetap bersih dan asri.

Mongabay.co.id: Apa kegiatan di alam liar yang paling berbahaya yang pernah anda lakukan, dan kenapa anda mau melakukannya?

Reisa Kartikasari: Saya sebenarnya tidak terlalu suka kegiatan yang ekstrim. Kegiatan yg paling membuat jantung saya berdegup kencang sepertinya ketika hiking di pegunungan (yang setelah saya berusaha mengingat2 saya tetap lupa namanya.. hehehe) semasa SMA melewati jurang, tebing dan jembatan gantung, yang saya nilai cukup berbahaya. Dan kenapa ketika itu saya mau melakukannya, well, as simple as saya ingin mencapai tujuan utama hiking tersebut yakni mencapai salah satu air terjun di pegunungan tersebut. Untuk kegiatan alam liar lainnya seperti saya pernah rafting, snorkeling, parasailing, canoeing di laut lepas tampaknya seru-seru saja.

Mongabay.co.id: Apa yang masih ingin anda lakukan, dan sampai sekarang belum sempat anda lakukan terkait pelestarian alam Indonesia?

Reisa Kartikasari: Banyak sekali sepertinya jika ditanya demikian. Nanti terlalu panjang kalau saya uraikan satu-persatu. hehehe tetapi saya memang punya keinginan untuk membuat buku interaktif mengenai pentingnya membiasakan menjaga lingkungan kita dari kerusakan yang bisa dipahami oleh anak-anak kecil, generasi muda dan jika bisa masuk ke dalam kurikulum sekolah agar muncul suatu kebiasaan baik semenjak dini. Karena bagaimana pun juga, sebenarnya kita menjalani segala sesuatunya karena kebiasaan yang diajarkan semenjak kita kecil. Kita misalnya, semenjak kecil yang kita ketahui kalau belanja ke supermarket ya pasti diwadahi kantung plastik. Dan hal tersebut dinilai lumrah oleh kita karena kita tahunya ya seperti itu. Misalnya saja kita semenjak kecil pergi ke supermarket dan orang tua kita membawa kantung/tas reusable sendiri, sepertinya justru kantung plastik malah menjadi hal yg aneh bagi kita. Karena itu isu mengenai lingkungan hidup ini sangat penting dikenalkan oleh generasi muda sekarang agar bisa mengajarkan hal-hal baik kepada generasi-generasi selanjutnya.

Mongabay.co.id: Dunia maya, kini menjadi salah satu senjata utama untuk menyebarkan kesadaran terhadap isu-isu pelestarian alam dan lingkungan di Indonesia. Apakah Anda juga menggunakan media social ini untuk menyebarkan hal serupa? Apa dampak signifikan yang paling anda rasakan dari pemanfaatan social media ini untuk menyebarkan isu lingkungan?

Reisa Kartikasari: Ya, sosial media memang sangat penting dalam kehidupan dewasa ini. Seringkali motivasi dan ajakan untuk menyebarkan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan juga saya publikasikan. Dampak yang paling signifikan dan saya rasakan langsung seperti pada kegiatan Indonesia Berkebun yang dimulai hanya dari 10 aktivis muda yang tergerak untuk menggunakan lahan kosong di pemukiman yang belum dibangun. Keinginan untuk belajar berkebun dan berkumpul berasama teman-teman melakukan hal positif kemudian di sebar luaskan melalui social media seperti twitter akhirnya berbuah manis. Muncullah gerakan berkebun di kota-kota lain, seperti Banten berkebun, Bandung berkebun, Solo berkebun, bahkan saat ini hampir 27 propinsi sudah bergabung. Dimulai hanya di sepetak lahan kosong di bilangan Jakarta sampai menjadi gerakan anak muda satu Indonesia dan memperoleh google hero awards. =)

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,