,

Harimau Sumatera di Jambi: Kini Kandang Lebih Aman Dibanding Alamnya (Bagian II)

Deforestasi serta perburuan adalah ancaman besar bagi populasi harimau Sumatera. Forest Watch Indonesia dalam laporannya menyebutkan bahwa dari tahun 2000 – 2009 pembukaan kawasan hutan Indonesia mencapai 0,37 juta hektar dalam setiap tahunnya. Sebagian besar hutan yang telah dibuka tersebut dialihfungsikan menjadi perkebunan dan pertambangan baik yang legal maupun ilegal.

Berkurangnya luasan hutan menyebabkan kebutuhan pokok harimau sebagai satwa liar terganggu. Menurut Tri Siswo ada beberapa kebutuhan pokok yang harus dipenuhi yaitu ketersediaan pakan, adanya ruang gerak yang mencukupi agar harimau dapat berperilaku alami seperti menjelajah dan berkembang biak.

Forum Harimau Kita yang terdiri dari peneliti dan pemerhati harimau Sumatera melaporkan, setidaknya 563 konflik tercatat semenjak tahun 1998 – 2011. Angka tersebut dikompilasi dari laporan lapangan Wildlife Conservation Society (WCS),Leuser International Foundation (LIF), Fauna and Flora International (FFI), Zoological Society of London (ZSL) dan World Wildlife Fund (WWF) dan PHKA. Dari sekian konflik yang terjadi, tercatat 46 ekor harimau terbunuh. Di lain pihak, sebanyak 57 orang meninggal dalam rentang waktu yang sama. Sementara di Jambi kawasan sekitar TNKS lah yang memiliki jumlah konflik  paling banyak, TNKS mencatat dari tahun 2009 hingga April 2012 telah terjadi 59 konflik.

Disamping deforestasi, perburuan harimau juga memiliki andil yang cukup besar dalam penurunan populasi harimau. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Sheppard dan Magnus (Traffic Southeast Asia) dari tahun 1998 hingga 2003 diperkirakan setidaknya 253 harimau telah diambil dari habitat aslinya.

Dengan jumlah populasi harimau sumatera yang semakin mengkhawatirkan ini BKSDA Jambi beserta mitranya yang terdiri dari LSM dan pemerhati harimau yang tergabung dalam Forum Harimau Kita melakukan berbagai upaya konservasi diantaranya melalui penyuluhan, pembentukan unit patroli, pelatihan untuk meningkatkan kapasitas para pekerja konservasi harimau dan pembinaan masyarakat pemantau jaringan satwa ilegal.

Untuk kegiatan di bidang patroli TNKS bekerjasama dengan Fauna & Flora International – Indonesia Programme membentuk Tim Tiger yang telah melakukan operasi sapu jerat harimau dan sejak dibentuk pada tahun 2000 hingga saat ini Tim Tiger TNKS telah berhasil menemukan dan membongkar 150 jerat harimau sumatera, 5767 jerat satwa mangsa harimau, serta menangkap 28 orang pelaku perburuan dan perdagangan harimau sumatera dan bagian-bagian tubuhnya, dan berhasil menyelamatkan 18 lembar kulit utuh/ opsetan harimau sumatera beserta tulang belulangnya dari upaya perdagangan illegal.

Kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas para pekerja konservasi harimau, khususnya dokter hewan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan dokter hewan dalam menangani harimau yang terlibat konflik. Sedangkan pelatihan pemantau jaringan perdagangan satwa ilegal yang diperuntukkan bagi para relawan ini bertujuan untuk  meningkatkan peranserta masyarakat dalam menekan jumlah perdagangan satwa liar khususnya harimau baik secara langsung ataupun melalui internet.

“Konservasi harimau bukan hanya menjadi tanggung jawab BKSDA tapi juga merupakan tanggung jawab instansi pemerintah lainnya serta tanggung jawab seluruh masyarakat” tegas Tri Siswo.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,