, ,

Kemarau Panjang, Ramai-Ramai Ritual Panggil Hujan

TUMPENG raksasa diarak beramai-ramai ratusan warga Desa Sudimoro, Jombang, Jawa Timur (Jatim), Rabu(12/9/12). Mereka berkeliling desa dan persawahan sekitar tiga kilometer (km). Tak hanya orangtua, anak-anak pun ikut meramaikan ritual untuk meminta hujan ini.

Dikutip dari Metrotv.news, usai diarak keliling desa dan persawahan, tumpeng-tumpeng raksasa dibawa ke balai desa. Lalu, menjadi rebutan warga. Kemarau panjang, mengeringkan persawahan hingga petani gagal panen di Jombang.

Di Bandung, Jawa Barat (Jabar), Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan bersama 200-an PNS juga melakukan  sholat minta hujan (istisqa) di Gedung Sate, Selasa(18/9/12).

“Bagaimanapun keras kita berusaha termasuk hujan buatan, jika Tuhan tak mengizinkan hujan tak akan turun,” kata Heryawan di Bandung,  dikutip dari Jakarta Post.

Kemarau panjang, menyebabkan sekitar 30 ribu hektare lahan pertanian di Jabar kekeringan. Dampak kekeringan ini masih lebih rendah dari 2008 dan 2009 mencapai 55 ribu hektare.

Menurut Heryawan, semestinya, petani sudah mulai menanam bulan depan. Untuk itu, pemprov Jabar, akan berupaya dengan hujan buatan.

Di Kecamatan Duduksampeyan, Kabupaten Gresik,  Jatim, ribuan warga menggelar doa bersama meminta hujan, Minggu (16/9/2012). Ritual itu karena musim kemarau mengakibatkan bencana kekeringan di wilayah itu.

Kepala Desa Sumari, Misbachul Munir mengatakan, doa bersama meminta hujan ini digelar bersamaan dengan agenda tahunan sedekah bumi. Ini bentuk rasa syukur warga desa atas nikmat Tuhan selama ini.

Misbachul mengatakan, kekeringan yang melanda desa beberapa bulan terakhir, mengakibatkan ratusan hektare lahan pertanian dan pertambakan di desa itu gagal panen.

“Karena itu, kami doa bersama agar segera turun hujan. Ini kami gelar setelah warga arak-arakkan berkeliling desa dalam agenda tahunan sedekah bumi,”  katanya seperti dikutip dari Lensaindonesia.

Dalam doa bersama ini, ribuan warga membawa berbagai macam hasil bumi seperti buah-buahan, ikan bandeng serta miniatur sapi dan kerbau. Mereka berkeliling desa terlebih dahulu.

Camat Duduksampean, Habibullah mengungkapkan, doa bersama meminta hujan ini akibat kemarau panjang yang berdampak pada kekeringan di desa. “Ini kami lakukan karena percaya kepada Tuhan, dengan doa bersama ini agar hujan bisa segera turun.”

Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik, Hari Sucipto mengatakan, wilayah Desa Sumari termasuk dalam kategori kekeringan kritis.

Untuk mendapatkan air bersih warga harus rela menempuh jalan sepanjang tiga kilometer dari lokasi desa, tepatnya di Desa Suci. Atau mereka membeli air dengan harga mahal dari penjual keliling, sekitar Rp150 ribu setiap 5.000 liter atau satu truk tangki air.

Ada lagi beragam ritual tradisional meminta hujan. Di Purbalingga dan Banjanegara, ritual tradisional minta hujan dengan cara adu manusia disebut Ujungan. Ujungan merupakan adu manusia dengan sebatang rotan. Pelaku ujungan laki-laki dewasa yang memiliki kekuatan menahan benturan pukulan lawan.

Sebelum beradu pukul, pemain ujungan menari-nari dengan iringan tepuk dan sorak-sorai penonton. Ritual ini hanya dilaksanakan pada saat terjadi kemarau panjang. Biasa ujungan pada akhir mangsa kapat (pranata mangsa Jawa) atau sekitar September. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, ujungan dalam hitungan ganjil, misal, satu kali, tiga kali, lima kali atau tujuh kali.

Dikutip dari Palingseru.com, bila sekali ujungan belum turun hujan, akan dilaksanakan tiga kali. Hingga kini ujungan masih berkembang di Kecamatan Somagede.

Ada lagi ritual Ojung di Bondowoso. Ritual unik mendatangkan hujan ketika kekeringan terjadi ritual ini dikenal dengan nama Ojung. Tradisi ini telah turun temurun. Sampai saat ini masih terus digelar. Ritual Ojung diawali dari tarian topeng kuna dan rontek singo wulung. Puncak dari ritual ini pertandingan adu pukul sebatang rotan.

Peserta lelaki dewasa sejak usia 17 tahun hingga usia tua 50 tahunan. Saat wasit memberi aba-aba, pertandingan dimulai dua pemakin inipun adu tangkas memecutkan rotan. Selain memohon hujan, ritual ini juga untuk menolak bala bagi masyarakat desa sekitar.

Kemudian, ritual cowongan di Kabupaten Banyumas. Cowongan jika berarti menghiasi wajah. Jadi ritual cawongan ini dengan sengaja menghias wajah.  Ritual ini dipercaya dapat menurunkan hujan berkat bantuan Dewi Sri, dewi pangan yang memberikan kesejahteran bagi umat manusia.

Melalui doa doa yang dipanjatkan Dewi Sri akan menurunkan hujan dari langit. Yang boleh ritual ini hanyalah kaum perempuan. Desa yang sampai saat ini masih melestarikan ritual ini di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas.

Di Boyolali ada ritual cambuk badan tiban. Ritual ini untuk meminta hujan dilakukan oleh warga Desa Wajak, Boyolali, Tulungagung. Ritual ini dengan adu cambuk oleh pria dewasa.

Hujan Buatan

Kebakaran lahan dan hutan masih terjadi di beberapa tempat hingga saat ini. Pada Minggu (9/9/2012), berdasarkan pantauan satelit NOAA, titik hotspot terdeteksi di beberapa tempat, seperti Sumatera Selatan, Riau, Jambi, dan Kalimantan Selatan.

Dikutip dari Kompas online, menyebutkan, sejak 1 Januari 2012,  hingga saat ini hotspot terpantau di Indonesia 22.730 titik. Dari jumlah ini, sekitar 71 persen per tahun terdeteksi terjadi di luar kawasan hutan.

Kementerian Kehutanan memperkirakan, hotspot tahun 2012 sebanyak 30.150 titik. Puncak kebakaran lahan dan hutan terjadi selama Agustus dan September.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, mengatakan, pengendalian bencana asap akibat kebakaran hutan oleh Kementerian Kehutanan. “BNPB memberi dukungan untuk penanganan bencana asap akibat kebakaran lahan bekerja sama dengan Kementerian Pertanian.”

Untuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan ini, BNPB bersama BPPT menggelar operasi hujan buatan di tiga provinsi sekaligus. Tiga provinsi itu Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah.

Di Riau dan Kalimantan Tengah operasi selama 40 hari kerja. Di Riau dengan posko Pekanbaru sejak 12 Agustus 2012. Sedangkan di Kalimantan Tengah di posko Palangkaraya sejak 27 Agustus 2012. BNPB mengalokasikan dana Rp9,18 miliar dalam operasi ini.

Guna mendukung Pekan Olahraga Nasional di Riau, BNPB mengalokasikan dana pengeboman air Rp3,28 miliar. Dana hujan buatan di Jambi Rp3,42 miliar. Keseluruhan BNPB mengeluarkan Rp15,88 miliar, dari pos dana siap pakai (on call) BNPB, untuk  hujan buatan mengatasi kebakaran lahan dan hutan ini.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,