Balita Penderita ISPA Meningkat Akibat Asap Kebakaran Hutan

Kasus kebakaran di hutan dan lahan di Jambi sepekan terakhir semakin membawa dampak multidimensi bagi masyarakat setempat. Berbagai aktivitas warga, semakin terganggu akibat tebalnya kabut di wilayah udara Jambi.

Bagi masyarakat setempat, ketebalan asap dan kandungan yang dibawanya kini membawa dampak buruk bagi kesehatan mereka. Hal ini ditandai dengan terus meningkatnya penderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Atas (ISPA).

Penderita ISPA yang berasal dari Kota Jambi pada minggu ke-33 tercatat sebanyak 681 orang, minggu ke-34 555 penderita dan minggu ke-35 meningkat 1.592 penderita. Seperti dilaporkan oleh klik-galamedia.com, sebagian besar penderita adalah balita.

“Jumlah itu berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi pada minggu ke-33 atau minggu kedua Agustus 2012. Penderita terbanyak berasal dari Kota Jambi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Andipada, Senin 24 September 2012 silam kepada Galamedia.

Selain penyakit pernapasan, jarak pandang yang terus berkurang juga memberi dampak bagi warga. Salah satunya adalah terganggunya aktivitas pendidikan di propinsi ini. Sebagian sekolah, terpaksa meliburkan siswa mereka.

Warga berharap pemerintah terkait membagikan masker, khususnya untuk anak anak sekolah. “Kalau bisa khusus sekolah TK dan SD bisa diliburkan. Kasihan kalau pagi, kabutnya sangat tebal. Pemberian masker gratis sampai saat ini sepertinya memang belum ada,” ujar Ikhwan, salah seorang warga Komplek Setyanegara, Kota Jambi di Jambi, Minggu 23 September 2012, seperti dilansir Antara.

Sementara itu, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi, Kurnianingsih mengatakan, kondisi Kota Jambi dan sekitarnya pagi hari dalam keadaan berasap. Berdasarkan pantauan BMKG, jarak pandang pada pukul 06.00 WIB 800 meter, pukul 07.00-08.00 WIB jarak pandang hanya 500 meter, pukul 09.00 WIB jarak pandang 1.300 meter, dan pukul 10.00 WIB jarak pandang baru mencapai 2.000 meter.

Dampak lain yang juga merugikan adalah terhambatnya puluhan jadual penerbangan dari dan ke Jambi akibat pendeknya jarak pandang, dan dinilai membahayakan penerbangan. Dari pantauan Tribunnews.com, Minggu 23 September 2012 pagi, beberapa jadwal penerbangan kembali dibuat kacau. Salah satunya dialami maskapai Lion Air. Sudah terbang dari Bandara Soekarno Hatta (Soetta) Jakarta, namun tidak jadi mendarat di Jambi. Kemarin pagi, jarak pandang mencapai titik terendah dengan hanya 500 meter saja. Dengan jarak pandang kurang dari 2000 meter, pesawat tidak bisa mendarat di Jambi.

Sementara dilansir oleh VivaNews.com, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Zubaidi AR, mengatakan, meski kabut asap masih terjadi di Kota Jambi, namun titik panas di sejumlah lokasi terus berkurang. Begitu juga dengan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Jambi masih dalam keadaan sedang.

Zubaidi A.R. juga mengatakan, pada hari Selasa 25 September 2012, pihaknya bersama Palang Merah Indonesia membagikan 3.000 lembar masker kepada warga di Kota Jambi. Hujan buatan juga akan terus dilakukan hingga 13 hari ke depan. “Dan jika memang dianggap perlu, kami pun akan mengusulkan kembali dana ke pemerintah pusat untuk terus melakukan hujan buatan,” katanya.

Data dari pantauan satelit NOAA, titik panas di Provinsi Jambi Minggu tanggal 23 September 2012 hanya terdeteksi di lima titik, menurun jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya, yakni delapan titik.

Namun, titik api akan terus mengganggu aktivitas warga jika tidak ditangani dengan tuntas. Saatnya bagi pemerintah propinsi Jambi mengambil tindakan, padamkan apinya dan hukum pelaku pembakaran lahan serta hutannya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,