Guna menjaga investasi sawit berjalan lancar di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, pemerintah setempat memberangkatkan 100 tokoh masyarakat di Kecamatan Popayato group, studi banding ke perkebunan sawit di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Rombongan tokoh masyarakat itu dibagi dua kelompok. Pertama, 62 orang berangkat ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan pada 18 sampai 21 Maret 2013. Sisanya, berangkat 21-24 Maret 2013 yang dipimpin langsung Wakil Bupati Pohuwato, Amin Haras.
Lokasi yang akan dikunjungi Kabupaten Sanggau, Kecamatan Sekayam dan Noyan, di perkebunan sawit milik PT Global Kalimantan Makmur. Untuk Kalimantan Selatan belum tahu. Lokasi-lokasi itu merupakan group dari PT Inti Global Laksana dan PT Banyan Tumbuh Lestari, yang saat ini beroperasi di hutan Pohuwato.
Ahmad Bahsoan, Ketua Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda) Gorontalo, mengatakan, tokoh masyarakat di Kecamatan Popayato yang diberangkatkan dalam studi banding itu pasti akan diperlihatkan sisi baik. Sedang dampak negatif, baik masalah sosial dan ekologi akan disembunyikan. “Di mana-mana, perkebunan sawit skala besar itu tidak ada yang bisa memakmurkan rakyat setempat. Yang ada petaka. Yang sejahtera itu hanyalah segelintir orang,” katanya kepada Mongabay, Rabu (20/3/13)
Ahmad mengatakan, dari hasil temuan di lapangan, dana pemberangkatan studi banding ke Kalimantan itu dipotong dari alokasi dana desa (ADD) sebesar Rp21 juta. Jumlah itu untuk memberangkatkan kepala desa dan ketua BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Total sekitar 35 desa se Popayato group.
“Ini sebenarnya tidak boleh, karena anggaran itu lebih baik untuk program yang lebih bermanfaat bagi pembangunan desa, misalkan pendidikan warga.”
Romy Mantalu, Kepala Desa Dambalo, Kecamatan Popayato Barat, membenarkan, dana berangkat studi banding ke Kalimantan diambil dari alokasi dana desa. Namun, pemotongan anggaran itu tidak perlu dipermasalahkan karena sudah diatur dalam petunjuk teknis pemerintahan desa. “Lagi pula, kalau di kemudian hari perusahaan sawit ingkar janji atau ada masalah, kami bisa protes. Coba kalau biaya perjalanan ditanggung perusahaan sawit, jelas kami tidak bisa leluasa protes.”
Romy Mantalu mengaku, ada beberapa desa di Kecamatan Popayato group yang menjadi desa binaan perusahaan sawit, termasuk Desa Dambalo, yang dia pimpin.
Wakil Bupati Pohuwato, Amin Haras mengatakan, studi banding ke Kalimantan itu untuk melihat langsung manfaat dari investasi perkebunan sawit. Rombongan yang ikut dalam studi banding sudah termasuk kepala desa, tokoh LSM setempat, mahasiswa, camat, kepala BPD, dan tokoh masyarakat.
“Studi banding ini dibiayai pemerintah daerah. Biar masyarakat tahu, sawit itu bisa membawa keuntungan bagi masyarakat. Karena potensi ekonomi sangat tinggi, terutama bisa menambah lapangan pekerjaan.”
Di Kabupaten Pohuwato, empat perusahaan sawit mulai beraktivitas, yakni PT Inti Global Laksana luas 12.000 hektar, PT Banyan Tumbuh Lestari 16.000 hektar, PT Sawit Tiara Nusa 10.000 hektar, dan PT Sawindo Cemerlang 20.000 hektar. Sementara dua perusahaan lagi di areal penggunaan lain: PT Wira Mas Permai 20.000 hektar dan PT Wira Sawit Mandiri seluas 10.000 hektar.