, ,

Rainbow Warrior, Mempesona Puluhan Ribu Warga, Merekam Nasib Miris Lingkungan

Sang Ksatria Pelangi telah menyelesaikan tugas di Indonesia, sekitar sebulan menyusuri nusantara, dari Papua, hingga Jakarta. Banyak ditemui sepanjang perjalanan, dari pemandangan alam nan indah sekaligus ancaman-ancaman kerusakan lingkungan.

Minggu malam, 10 Juni 2013, kapal Greenpeace, Rainbow Warrior III, bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta. Ia melanjutkan perjalanan ke Thailand dan Filipina. Sebulan sudah sang Ksatria Pelangi, mengarungi laut nusantara, mengamati laut dan hutan, diawali dari Jayapura, Manokwari, Bali, Batang, berakhir di Jakarta.

Kehadiran kapal ramah lingkungan ini menjadi pusat perhatian puluhan ribu masyarakat. Saat sandar di berbagai pelabuhan di daerah, warga berbondong melihat. Begitu juga saat sandar di Pelabuhan Tanjung Priuk. Di Jakarta, kapal ini juga dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Beragam kisah seputar kehadiran kapal ini. Kiki Taufik, Kepala Pemetaan dan Riset Greenpeace Indonesia, punya cerita. Ketika perjalanan Rainbow Warrior ke Indonesia, kegiatan kru Greenpeace, cukup padat. Saking sibuk, Kiki sampai tak bisa merayakan ulang tahun kedua anaknya, Aufa Hafiz Taufik, berulang tahun 5  Juni dan Affan  Haris Taufik, pada 7 Juni 2013.  Menebus waktu yang berlalu, Kiki pun memberi kejutan kepada mereka. “Saya ajak mereka merayakan ulang tahun di atas Rainbow Warrior,” kata Kiki.

Pesta pun disiapkan di kapal pada Sabtu (9/6/13) pagi. Beberapa sanak saudara ikut serta. “Biar ga panas, dan belum ramai kami datang pagi sekali.  Senang mereka bisa ulang tahun di sini sekaligus melihat kapal.” Aufa dan Affan senang bisa menghabiskan momen spesial di kapal spesial.

Dari kisah novel jadi nyata dialami Rachmi Carolina, dari Pekanbaru, Riau. Saat itu, dia kebetulan sedang di Jakarta. Kala tahu Rainbow Warrior datang, dia bertekad melihat. Bersama beberapa rekan, dia mengunjungi RW. “Aku tahu kapal ini lewat sebuah novel. Ternyata kapal RW itu benar adanya, beserta ksatria pelangi. Jadi, rasa berada di dalam novel.”

Rachmi terkesan dengan pembuangan sampah kapal ini.  Sampah tak ditinggal di pelabuhan, tetapi dibawa sampai berlabuh di negara yang memiliki pengelolaan sampah bagus. Dia senang dengan teknologi kapal yang ramah lingkungan. “Kapalnya 80 persen ramah lingkungan. Kalau ada angin mereka turunin layar ga pake mesin. Cooolll,” kata Rachmi, terkesan.

Tak hanya kenangan dan kesan tertinggal dari kehadiran Rainbow Warrior. Persoalan-persoalan lingkungan yang dilihat dari atas Ksatria Pelangi pun menanti aksi lanjutan. Sejak 9 Mei 2013, Rainbow Warrior, menyapa nusantara. Jayapura, Papua, sebagai persinggahan pertama. Dari Jayapura, Greenpeace menyuarakan perlindungan laut dan hutan.  Laut terancam oleh penangkapan ilegal sampai pengambilan ikan berlebih. Hutan terdesak pembabatan karena HPH, HTI, perkebunan sampai pertambangan. Greenpeace mendesak, pemerintah Indonesia segera bertindak memastikan perlindungan keragaman hayati Indonesia

“Kepada semua sektor industri termasuk Freeport khusus, di Papua diminta menghentikan praktik-praktik merusak dan bergerak ke bisnis lebih berkelanjutan demi lingkungan, ekonomi dan masyarakat,” kata Longgena Ginting, Kepala Greenpeace Indonesia, di Jayapura.

Persinggahan selanjutnya di Manokwari, Papua Barat. Kapal ini menjadi  saksi keindahan Teluk Cendrawasih, dengan terumbu karang nan indah dan hiu paus yang memukau. Kru Greenpeace juga melihat bagaimana masyarakat Desa Desa Kwatisore, Nabire, menjaga hutan, sebagai sumber kehidupan mereka.

Kapal ini juga merapatdi Raja Ampat, Sorong.  Sebelum itu, kapal singgah di beberapa mil dari pantai utara Papua, Jamursba Medi, Kabupaten Tambraw. Pantai berhadapan langsung ke Samudra Pasifik ini sangat terlindungi. Ia dibatasi bukit-bukit alami.

Sayangnya, pemerintah Papua Barat berencana membangun jalan trans Papua dari Sorong menuju Manokwari. Ia akan melintasi perbukitan tepat di pantai peneluran Penyu Belimbing. Jamursba Medi tempat penting bagi satwa langka dan dilindungi, penyu belimbing (Dermochelys coriacea) ini.

Selesai Manokwari, kapal berlabuh di Benoa, Bali. Pada 31 Mei 2013 ini Greenpeace resmi meluncurkan kampanye laut dan mengajak publik bergabung menjadi Ocean Defender. Sebelum menuju Jakarta, kapal singgah ke Batang, Jawa Tengah. Di sini, Greenpeace menyuarakan keterancaman lingkungan dengan rencana pembangunan PLTU Batang.

Beragam keindahan alam, berbagai masalah mengancam. Indonesia, memang sudah berupaya menyelamatkan lingkungan. Ada moratorium perizinan hutan dan lahan. Ada insiatif pembentukan Segitiga Terumbu Karang. “Namun, pekerjaan rumah Indonesia masih banyak. Capaian-capaian perlindungan lingkungan perlu diperluas dan dipertegas,” kata  Kumi Naidoo, Eksekutif Direktur Greenpeace Internasional.

Selanjutnya? Masih banyak pekerjaan rumah perlu diselesaikan…

Habitat penyu belimbing di Jamursba Medi, Papua, terancam karena pemerintah Papua Barat, berencana membuat jalan trans dari Sorong ke Manokwari. Foto: Greenpeace
Aufa dan Affan, kala merayakan ulang tahun di kapal Rainbow Warrior, kala berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta. Foto: Kiki Taufik
Warga Jakarta dan sekitar, antusias melihat Rainbow Warrior, kala sandar di Jakarta, Sabtu (9/6/13). Foto: Sapariah Saturi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,