Seekor singa jantan asli Afrika ditemukan mati tergantung di dalam kandangnya di Kebun Binatang Surabaya (KBS), Selasa (7/1) pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Singa jantan berusia 1,5 tahun itu mati, dengan kondisi leher tergantung tali dari sejenis logam.
Direktur Operasional dan Umum, Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS), drh. Liang Kaspe mengatakan, kematian singa bernama Michael ini dirasa tidak wajar karena tidak mungkin terjadi dengan sendirinya tanpa keterlibatan pihak luar.
“Kalau menurut saya memang gak wajar, tapi wajar gak wajar mati kan gitu. Iya kalau singa itu baru satu hari atau dua hari dalam sangkar itu, terus kemudian tidak dijaga malamnya kami manajemen yang ceroboh. Tapi kalau singa itu sudah hampir 1 tahun di dalam kendang itu dan dia sudah merasa itu rumahnya, kan ya gak mungkin tergantung, kan gak ada tangga atau gak ada bangku yang bisa buaat dia memanjat terus jatuh, sehingga kepalanya atau lehernya tersangkut,” kata Liang Kaspe menjelaskan.
Liang Kaspe mengatakan, dugaan singa mati pada malam harinya dapat dipastikan karena Keeper atau perawat satwa yang datang melihat sekitar pukul 06.30 – 07.00 telah melihat kondisi singa sudah tergantung dan mati. Meski tidak secara gamblang menyebut peristiwa ini ada unsur kesengajaan, Liang Kaspe memastikan bahwa kondisi satwa dalam keadaan sehat.
Indikasi sengaja tidak tahu, saya tidak berani mengucapkan tapi faktanya begitu. Dia tidak sakit, malah sehat, masih muda, ini singa yang sehat dan aktif,” ujar Liang Kaspe yang menyebut tali yang mencekik leher singa merupakan tapi untuk membuka dan menutup kandang.
Meski diakui tidak dapat mencegah adanya satwa mati karena usia tua atau sakit, Liang Kaspe mengaku telah berupaya melakukan perbaikan di Kebun Binatang Surabaya, sehingga kondisinya sudah lebih baik dibandingkan beberapa waktu lalu sebelum dikelola Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya.
“Kalau kondisi kesehatan dibandingkan dengan pertengahan 2013 sekarang itu membaik, tapi jangan diangap membaik itu nol kematian ya, saya tidak bisa menjamin nol kematian. Membaik itu karena kandang-kandangnya lebih baik, makanannya lebih baik. Memang belum 100 persen baik, prima enggak, tapi sudah lebih baik dari pada waktu dipegang TPS (Tim Pengelola Sementara),” terang Liang Kaspe.
Selain itu manajemen baru menurut Liang Kaspe masih menghadapi banyak kendala terkait perbaikan yang dilakukan untuk Kebun Binatang Surabaya, seperti penataan lingkungan serta penyediaan air bersih. Selain itu manajemen kata Liang Kaspe, juga berusaha mengembalikan kondisi hewan-hewan yang stres pada waktu dipegang TPS, terlebih dengan pemindahan ratusan hewan keluar dari Kebun Binatang Surabaya.
“Kan stresnya juga berat. Kan diutarakan ada 400 sekian ekor dipindah, dibawa keluar. Kalau ada temanannya atau kelompoknya yang keluar kan ada yang sedih dan stres, kami sekarang mengembalikan agar mereka happy dan enjoy lagi di KBS, dan itu agak susah karena susah butuh pendekatan,” lanjutnya.
Saat ini koleksi singa Kebun Binatang Surabaya menyisakan empat singa betina dan satu singa jantan. Sehari sebelumnya, Senin, 6 Januari, seekor Gnu jantan juga ditemukan mati dikandangnya akibat penyakit kembung. Hal ini menambah daftar panjang satwa mati di Kebun Binatang Surabaya, yang mencapai 50 ekor dalam setahun terakhir.
Perlu CCTV
Selama ini pengamanan Kebun Binatang Surabaya hanya dilakukan di pintu masuk dan keluar, sedangkan pengamanan di kawasan kandang satwa tidak dilakukan. Liang Kaspe mengungkapkan, jaga malam untuk satwa hanya diterapkan untuk satwa yang sakit atau yang akan melahirkan.
“Kalau hewan sakit dan mau melahirkan ya ada jaga malam. Kalau tidak ada apa-apa ya ada apa dijaga malam. Selain karyawannya sudah capek, hewan-hewannya kalau ada orang kan merasa terganggu,” kata Liang Kaspe.
“Selama ini evaluasi terhadap penjaga kita sudah bisa menilai, dan itu sudah ada peraturan bahwa sebelum pulang setiap satwa yang menjadi tanggungjawabnya harus diperiksa, pintu-pintu dan apapun selalu diperiksa apakah ada yang membahayakan hewannya apa tidak. Setelah dikontrol semua kunci itu dititipkan ke security dengan menulis laporan,” jabar Liang.
Direktur Operasional dan Umum Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS), drh. Liang Kaspe menambahkan, dengan kejadian seperti ini pihaknya menilai sangat mendesak bagi manajemen untuk memasang kamera pengintai atau CCTV, pada setiap kandang dan tempat-tempat penting lainnya.
“Sangat butuh, kebutuhan CCTV itu untuk memantau dari sangkar ke sangkar terutama di malam hari. Pada sing hari pun untuk keamanan para keeper,” kata Liang Kaspe yang akan mengajukan rencana itu pada manajemen dan Pemerintah Kota Surabaya.
Lapor Polisi
Pemerintah Kota Surabaya langsung bereaksi atas kematian satwa Kebun Binatang Surabaya, yakni singa jantang dengan cara yang tidak wajar. Sekretaris Kota Surabaya (Sekkota) Hendro Gunawan mengatakan, pihaknya telah melaporkan peristiwa ini kepada pihak kepolisian, agar dapat diungkap pelaku serta motif dari kamatian singa di Kebun Binatang Surabaya.
“Bu Dirut dan pak Kasatpol PP sudah lapor ke Polrestabes Surabaya, kemudian sudah dilakukan peninjauan lapangan ke TKP, dan dilakukan penyelidikan. Sekarang lagi proses pemeriksaan,” kata Hendro Gunawan kepada Mongabay Indonesia.
Hendro mengatakan, persoalan kematian singa yang tidak wajar dengan cara menggantung harus diungkap, termasuk kemungkinan keterlibatan orang dalam Kebun Binatang Surabaya.
“Kita lihat saja apakah orang dalam apa tidak. Tapi kalau kita melihat prosesnya, saya pikir begitu (disengaja), tapi kita akan tetap mengacu pada proses pemeriksaan dan seperti apa hasilnya,” imbuh Hendro.
Sementara itu Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman membenarkan telah menerima laporan dari Pemerintah Kota Surabaya atas kasus kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya.
“Memang ada laporan terkait meninggalnya singa tersebut. Kami menunggu hasil otopsinya, kita lihat saja nanti perkembangannya seperti apa,” kata Farman.
Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursahid, mengaku menyayangkan peristiwa kematian satwa Kebun Binatang Surabaya terus berlanjut. Rosek menilai perlu adanya perombakan total, terhadap manajemen satwa di Kebun Binatang Surabaya.
“Perlu ada perombakan total tentang manajemen satwa, termasuk desain kandang, enrichment (pengayaan) kandang, pengamanan, dan lain-lain. Satwa tidak hanya cukup soal makan dan minum, tapi juga soal akomodasi,” kata Rosek kepada Mongabay-Indonesia.
Namun Rosek menolak berkomentar mengenai penyebab singa mati, yang dikaitkan dengan posisi singa yang tergantung pada tali sling.
“No comment kalau soal digantung. Tapi intinya perlu ada evaluasi menyeluruh, dan yang terpenting Pemkot Surabaya tidak alergi terhadap masukan dan kritik,” tandas Rosek Nursahid.
Kematian tidak wajar singa jantan di Kebun Binatang Surabaya juga menimbulkan tanda tanya aktivis Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (Foksi) Jawa Timur, yang mempertanyakan manajemen satwa oleh pengelola Kebun Binatang Surabaya.
“Soal satwa yang masih muda dan kemudian mati dengan kondisi yang aneh, ini menunjukkan ada sesuatu yang perlu dibenahi,” kata Prasto Wardoyo, pengurus Foksi Jawa Timur.