Masyarakat Indonesia masih disibukkan dengan hingar bingarnya masa kampanye pilpres. Kedua pasang capres dan cawapres masih sibuk dengan kampanye pemilihan presiden untuk menarik dukungan dari masyarakat luas untuk memilih mereka pada 9 Juli 2014 nanti.
Untuk membantu masyarakat dalam menentukan pilihan capres yang pro terhadap lingkungan hidup, Indonesia Climate Change Center (ICCC), Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Matsushita Gobel Foundation bersama Sugeng Sarjadi School of Government (SSG) bakal melakukan survey persepsi masyarakat terhadap kedua pasang capres dan cawapres terkait isu lingkungan hidup.
Manajer ICCC, Farhan Helmy yang ditemui Mongabay di kantornya di Jakarta, pada Kamis kemarin (26/06) mengatakan survey dilakukan interview melalui telepon dengan sampling 1250 responden di 10 kota.
Ada empat isu lingkungan hidup utama yang akan ditanyakan yaitu mengenai pengelolaan hutan dan lahan, perubahan iklim, perkotaan dan energi.
“Pemanfaatan energi baru terbarukan dalam konteks ketahanan energi menjadi penting karena tidak efisiennya subsidi anggaran energi yang mencapai Rp400 triliun per tahun. Bagaiaman subsidi energi ini bisa dikonversi menjadi kegiatan ekonomi atau mendorong investasi untuk agenda hijau?” jelas Farhan.
Sedangkan isu perkotaan seperti mengenai transportasi dan penataan ruang menjadi penting diangkat karena lebih dari 50 persen penduduk Indonesia berada di perkotaan.
Isu pengelolaan hutan dan lahan penting diketahui karena adanya moratorium perizinan dan tata kelola hutan, laju deforestasi dan kebakaran hutan. Terkait pula dengan keberlanjutan bagaimana pemerintahan dibawah presiden baru menindaklanjuti komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen atau 41 persen dengan bantuan internasional.
Farhan mengatakan hasil survey tersebut akan diumumkan pada acara dialog dengan capres dan jumpa pers yang bakal digelar pada 5 Juli 2014. “Dalam acara itu kita akan mengundang kedua capres atau tim suksesnya untuk menanggapi hasil survey itu,” jelasnya.
Masyarakat juga bisa berpartisipasi untuk mengikuti survey dan melihat hasilnya melalui web presiden4green.net. Selain itu, web tersebut akan tetap berlanjut untuk memantau kinerja 100 hari pertama dari presiden terpilih nantinya terkait isu-isu lingkungan hidup.
Pada kesempatan terpisah, Staf Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim, Agus Purnomo mengatakan belum terlihat komitmen yang eksplisit dari kedua pasang capres –cawapres tentang isu lingkungan hidup dan perubahan iklim.
“Sisa waktu berkampanye sebelum hari pencoblosan Pilpres tinggal dua minggu dan masih belum terdengar komitmen yang tegas dari kedua pasangan Presiden dan Wakil Presiden terkait lingkungan hidup dan perubahan iklim. Tidak adanya pernyataan kedua pasangan untuk melindungi hutan alam yang tersisa dan menjaga kelestarian lahan gambut adalah keheningan yang membahana,” katanya.
Agus yang juga Kepala Sekretariat DNPI itu melihat keraguan untuk berpihak pada pelestarian lingkungan dari kedua pasang capres-cawapres menimbulkan spekulasi bahwa sejumlah orang yang ingin memanfaatkan hutan dengan cara yang tidak ramah lingkungan dan gambut sudah masuk ke dalam tim sukses dan berhasil mempengaruhi visi, misi dan prioritas kedua pasangan bila terpilih menjadi pemimpin Indonesia.
Bila spekulasi ini benar, tidaklah sulit untuk mengamati bagaimana laju deforestasi akan membesar, frekuensi kebakaran lahan dan hutan akan bertambah, kejadian bencana longsor, banjir dan kekeringan akan lebih sering terjadi dalam beberapa tahun mendatang. Spekulasi ini dapat ditepis dengan menyampaikan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan penanganan perubahan iklim.
“Masih ada kesempatan bagi mereka untuk menyampaikan komitmen mereka pada 5 Juli nanti (pada acara debat capres yang diselenggarakan KPU),” kata Agus.
Pernyataan komitmen yang eksplisit tentang isu lingkungan dan perubahan iklim, tambahnya, akan menentukan kelompok masyarakat yang belum memutuskan pilihannya (swing voter) yang jumlahnya cukup signifikan.