,

Opini: Antara Nelayan Kecil dan Perusahaan Perikanan Komersial

Tiap 21 November, diperingati sebagai Hari Perikanan Internasional.  Di seluruh dunia, nelayan dan yang konsern dengan isu ini merayakan lewat berbagai cara, dengan harapan meningkatkan kesadaran betapa penting menjaga perikanan dunia. Mereka ini adalah komunitas yang benar-benar bergantung hidup mati dengan perikanan berkelanjutan.

Sayangnya, ada begitu banyak masalah membingungkan di sektor perikanan yang perlu ditangani. Pemerintah dunia terus gagal membuat dan menerapkan peraturan mengelola perikanan dan mengurus lautan. Ada juga perusahaan penangkapan ikan besar dan industri makanan laut yang hanya memaksimalkan keuntungan tanpa memperhatikan keberlanjutan. Konsumen juga memiliki peran penting, terutama dari negara-negara kaya, yang mendorong permintaan makanan laut, mendorong krisis lebih dalam.

Sumber protein terbesar terakhir bersumber dari laut, di mana nelayan sebagai pemburu. Dalam usaha menangkap ikan ini, alat berburu terbesar, paling efisien dan paling kuat akan mendapatkan kekayaan laut sebanyak-banyaknya. Nelayan kecil,  tidak bisa bersaing dengan perahu raksasa perikanan komersial.

Di manapun, di Asia Tenggara, nelayan lokal kalah bersaing dengan operasi perikanan komersial. Banyak nelayan lokal terperangkap utang.

Guna memaksimalkan keuntungan, perusahaan komersial mengirim armada besar di laut selama bertahun-tahun. Mereka mengambil sebanyak mungkin dalam satu wilayah dan pindah ke tempat lain setelah sumber daya ikan habis. Sedang nelayan tradsional, hanya bisa panen ikan yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Kadang-kadang tak punya pilihan kecuali putus asa, seperti menjual perahu, atau lebih buruk, gunakan metode destruktif demi memberi makan keluarga.

Penangkapan perikanan komersial biasa menggunakan, seperti jaring mekanik, mesin lebih kuat, citra satelit dan pencari ikan elektronik hingga sulit bagi ikan menemukan tempat bersembunyi maupun bertelur dengan tenang. Sebuah kapal penangkap ikan komersial dapat mengangkut hingga 350 ton dalam satu hari, setara lebih dari hasil tangkapan tahunan untuk armada nelayan kecil.

Kondisi di TPI hiu di Tanjung Luar, NTB. Di sini ada khusus tempat lelang hiu, terus berjalan tanpa ada upaya apa-apa dari pemerintah. Foto: JAAN

Satu contoh jelas dari situasi mengkhawatirkan ini,  adalah penangkapan spesies tuna paling penting, tuna Bigeye, di laut Pasifik. Nelayan yang menggunakan cara-cara berdampak lebih rendah seperti pancing tangan—cara nelayan tradisional menggunakan satu kait untuk satu ikan—sulit mendapatkan apapun saat ini. Mengapa? Karena ada ribuan kapal komersial menanti di laut dengan jutaan kait. Di sana juga banyak bayi tuna, bersama hiu, pari dan kura-kura, yang tertangkap jaring  besar rumpon.

Kini, hanya tinggal sekitar 16% tuna Bigeye Pasifik yang tersisa. Pengelola perikanan harus berhenti memancing spesies ini sampai mereka pulih. Akankah terjadi? Tidak. Bahkan, jumlah kapal tuna komersial dan jumlah rumpon meningkat setiap tahun. Satu keajaiban jika ini adalah sebuah tendesi bunuh diri dari industri sendiri dengan melenyapkan ikan atas nama keuntungan atau hanya keserakahan kuno tanpa memperhatikan orang lain.

Sedihnya, ketika ikan-ikan habis, nelayan kecil akan kelaparan, kala itu pemilik perusahaan perikanan besar bisa berpindah ke bisnis lain dengan keuntungan tebal.

Sesuatu yang mesti dipikirkan di Hari Perikanan Dunia ini, kita sebagai konsumen makanan laut bisa aktif dengan tetap mendapatkan informasi dan mengetahui kondisi perikanan dengan mempertanyakan darimana sumber makanan laut yang dikonsumsi. Kita harus menggunakan kekuatan membuat pilihan cerdas dalam mengkonsumsi makanan laut.  Dengan mengatakan tidak kepada konsumsi spesies terancam punah seperti hiu, tidak mau bayi ikan di piring kami, memilih makanan laut hasil tangkapan berkelanjutan dan tidak melalui cara-cara merusak.

Mari dukung perjuangan nelayan dengan membeli hasil tangkap lokal. Jika ingin menikmati ikan dari tangkapan liar di masa depan,  maka penangkapan ikan harus adil, dengan aturan yang dirancang memberikan keadilan dan berkelanjutan bagi semua.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,