Kerinduan akan keindahan Palembang masa lalu yang tercermin dalam lukisan sketsa pelukis Usa Kishmada, ternyata menarik perhatian Nibung Cummunity dan Tavern Artwork untuk menggelar pameran puluhan sketsa pelukis Palembang tersebut.
Melalui pameran tersebut, diharapkan dapat membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup, khususnya sungai dan rawa, di Palembang.
“Salah satu sketsa yang membuat kita merasa sedih melihat Palembang hari ini, yakni sketsa tentang Sungai Limbungan. Saat ini sungai tersebut sudah hilang, dan berganti menjadi mall, jalan raya, dan rumah toko,” kata Marta Astra, seorang kurator seri rupa yang juga Ketua Nibung Community, Sabtu (10/01/2015).
Selain dipamerkan sketsa, akan dipajang juga sejumlah foto terbaru dari objek yang dijadikan sketsa oleh Usa Kishmada. “Saat ini lagi hunting fotonya. Pameran tersebut kami targetkan berlangsung pada Februari 2015,” ujarnya.
Dijelaskan Marta, Nibung Cummunity tertarik menggelar pameran sketsa Usa Kishmada, selain karena seninya, juga memiliki nilai historis yang mampu merekam kondisi Kota Palembang dalam 40 tahun terakhir. “Sketsa tersebut membuktikan Palembang terus mengalami kerusakan lingkungannya. Dengan pameran ini diharapkan masyarakat Palembang tersadar untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang indah seperti masa lalu.”
Selain melakukan pameran sketsa Usa Kishmada, Nibung Cummunity dan Tavern Artwork juga akan melakukan ekspedisi ke wilayah pesisir timur Sumatera Selatan, khususnya wilayah lahan gambut. “Kita akan melakukan perekaman kondisi lingkungan, sosial, melalui karya lukis dan foto,” katanya.
“Kami yakin, melalui karya seni lukis dan foto, masyarakat akan mencintai lahan gambut, sehingga mereka akan menjaganya. Tidak menjadi sosok bujang gambut seperti lagu Hutan Tropis itu,” kata Marta.
Usa Kishmada merupakan pelukis kelahiran Palembang, 26 April 1955. Ia dibesarkan di wilayah 24 Ilir Palembang yang membuatnya begitu familiar dengan sungai dan menginspirasi karya-karyanya.
Usa belajar melukis secara alami dari pelukis X-Ling yang saat itu tengah keliling nusantara untuk membuat sketsa lingkungan, dan menetap cukup lama di Palembang. Lukisan sketsa Usa tentang Sungai Musi dan anaknya telah dibuat sejak pertengahan 1970 hingga sekarang.
Mengenai kondisi Sungai Limbungan, Usa menuturkan bahwa tahun 1980-an, sungai ini masih dipergunakan untuk menghanyutkan kayu hasil penebangan dari bagian hulu Sungai Musi hingga ke Palembang. “Jenis meranti atau cempaka dengan diameter sekitar satu meter masih bisa dilihat,” jelas Usa.
Secara keseluruhan, kondisi Sungai Musi saat ini memprihatinkan. Abrasi dan pendangkalan terus terjadi pada sungai yang panjangnya 750 kilometer tersebut. Bahkan, Sungai Musi juga telah kehilangan sekitar 221 anak sungainya.
Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio