,

Suarakan Penyelamatan Yaki, Aktivis Buka Tenda Informasi di Pasar Airmadidi

Yayasan selamatkan yaki membuka stand informasi di pasar Airmadidi, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, pada Sabtu (20/6/2015). Lewat kegiatan ini, mereka berupaya berbagi informasi penyelamatan yaki (Macaca nigra) secara langsung kepada masyarakat.

Mereka juga mengajak anak-anak bermain sambil belajar, lewat kegiatan mewarnai dan membuat topeng Yaki. Selain itu masyarakat yang hadir juga memperoleh stiker gratis dan penjelasan tentang protokol jika melihat atau mendapatkan yaki  yang jadi piaraan ataupun dijual.

“Kami berharap, kesadaran masyarakat dapat semakin meningkat, dan mengetahu bahwa yaki merupakan satwa yang hanya ditemukan di Sulawesi Utara. Ia juga dilindungi UU No.5/1990 dan keberadaannya sudah sangat mengkhawatirkan. Jika tidak dilestarikan maka akan punah,” kata Yunita Siwi, Education Officer Yayasan Selamatkan Yaki.

Program stand informasi  sudah memasuki tahun kedua. Kampanye tahun pertama diadakan di Langowan dan Tomohon yang menarik minat hingga 1600 pengunjung.

Dalam pembukaan stand informasi tahun ini, Yayasan Selamatkan Yaki mendapat dukungan dari sejumlah lembaga yang aktif melakukan kampanye pelestarian lingkungan di Sulut, seperti, Pendidikan Konservasi Tangkoko, KPA Tunas Hijau Airmadidi serta duta dari Yaki Youth Camp 2015.

Pasar Airmadidi dipilih sebagai lokasi kampanye karena menjadi pusat aktivitas perdagangan dan ekonomi dan dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat. Dengan pertimbangan ini, Yayasan Selamatkan Yaki coba mendekati masyarakat dengan membagikan informasi sebanyak-banyaknya kepada pengunjung pasar.

“Mengingat juga semakin dekatnya acara pengucapan syukur maka kami akan terus mensosialisasikan Kampanye Kebanggaan Yaki, sehingga ancaman terhadap yaki dari konsumsi diharapkan akan berkurang. Dalam beberapa bulan kedepan kami akan melanjutkan terus stand informasi  ini di pasar-pasar yang lain di Bitung dan Airmadidi serta akan kembali berkunjung ke Langowan.”

Anak-anak belajar sambil bermain dalam kampanye konservasi penyelamatan yaki di Pasar Airmadidi, Minahasa Utara, Sulut. Foto : Yayasan Selamatkan Yaki
Anak-anak belajar sambil bermain dalam kampanye konservasi penyelamatan yaki di Pasar Airmadidi, Minahasa Utara, Sulut. Foto : Yayasan Selamatkan Yaki

Airmadidi, selain Bitung, memang menjadi target kampanye Yayasan Selamatkan Yaki pada tahun 2015 ini. Mereka menilai, dua lokasi tadi memiliki kedekatan dengan Cagar Alam Tangkoko dan Duasudara, yang menjadi ‘rumah’ bagi sejumlah besar populasi yaki. Namun, disesalkan mereka, jumlah tersebut tidak seimbang dengan kecenderungan masyarakat untuk memburu yaki.

“Yaki terus terancam oleh perburuan, baik untuk dikonsumsi maupun dijadikan peliharaan di rumah. Selain itu, ada juga yang mengalihfungsikan hutan,” ujar Yunita.

Jaring Duta Yaki 2015

Stand informasi tadi merupakan salah satu bagian dari kampanye kebanggaan yaki 2015. Sebelumnya, yayasan Selamatkan Yaki telah melakukan sosialisasi di sejumlah sekolah di Bitung dan Airmadidi. Sosialisasi itu menitikberatkan pada ciri khusus yaki, penurunan populasi, ancaman terhadap populasi, serta pentingnya yaki bagi manusia.

Thirza Loffeld, Koordinator Pendidikan dan Advokasi Yayasan Selamatkan Yaki, mengatakan, salah satu upaya pelestarian satwa dilindungi  adalah melalui edukasi. Dengan menanamkan rasa bangga dan cinta alam, ia berharap, generasi muda mampu mengubah pola pikir dan bertindak lebih baik untuk pelestarian hewan khas Sulawesi, khususnya terhadap yaki.

Selain itu, pada pertengahan Mei 2015, mereka telah menjaring duta yaki yang terdiri dari siswa-siswi SMA di kota Bitung dan Airmadidi. Penjaringan dilakukan lewat Yaki Youth Camp 2015. Dalam perkemahan tersebut, duta yaki mendapat materi lebih dalam. Mereka diberi informasi tambahan seputar kebiasaan-kebiasaan hidup, karakteristik hutan tempat tinggal yaki, serta materi awareness raising.

Duta yaki juga mendapat kesempatan untuk melatih kemampuan public speaking agar semakin percaya diri ketika tampil di depan banyak orang. Tim Selamatkan Yaki menunjukkan betapa banyak cara peserta berkontribusi pada konservasi yaki, meskipun mereka masih bersekolah.

Thirza menilai, peserta YYC 2015 sudah paham faktor-faktor penyebab kepunahan yaki. Lebih penting lagi, mereka paham mengapa yaki, atau satwa liar lain, tidak boleh dibiarkan punah. “Mungkin mereka masih sulit menjelaskan ataupun menyampaikan pendapat mengenai dilema antara kepentingan manusia versus kepentingan alam, namun mereka masih punya waktu lebih mempelajari hal tersebut.”

Diskusi Peserta Yaki Youth Camp 2015 dengan tim selamatkan yaki. Foto Yayasan Selamatkan Yaki
Diskusi Peserta Yaki Youth Camp 2015 dengan tim selamatkan yaki. Foto Yayasan Selamatkan Yaki

“Saat ini, kepedulian dan semangat mereka sudah menjadi motivasi yang besar bagi tim kami, dan akan menjadi inspirasi yang lebih hebat lagi bagi siswa-siswa yang kelak akan melihat mereka tampil di depan kelas, serta bagi masyarakat umum yang melihat generasi muda yang peduli lingkungan.”

Thirza berharap, duta yaki bisa aktif memberikan informasi mengenai konservasi yaki pada siswa-siswi lain dan juga masyarakat umum. Caranya, dengan melakukan sosialisasi bersama di SD dan SMP bersama, juga dengan berpartisipasi dalam info stand pasar yayasan Selamatkan Yaki yang akan diselenggarakan secara berkala.

“Akan tetapi, mereka juga diharapkan berinisiatif mengadakan kegiatan secara mandiri dalam lingkungan pergaulan mereka, apakah itu di sekolah, rumah ibadah, organisasi siswa, ataupun klub olahraga yang mereka ikuti.”

“Selamatkan Yaki berperan meningkatkan kapasitas para duta yaki agar dapat memenuhi tugas tersebut dan menjadi supervisor bagi mereka. Dalam sosialisasi-sosialisasi selanjutnya ke sekolah-sekolah, Selamatkan Yaki tidak lagi menjadi pemateri. Seluruh materi akan disampaikan oleh para Duta Yaki,” tambah Thirza.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , ,