Jika kita menggali tanah pada kedalaman 1.400 hingga 2.800 meter, kita akan menemukan bebatuan yang sangat keras, panas yang tak tertahankan, dan oksigen yang minim. Meski kondisinya tidak bersahabat, namun jangan salah, di sana ternyata ditemukan juga makhluk-makhluk hidup dan berkembang biak.
Pertanyaan muncul, seberapa dalam sih bumi makluk hidup bisa bertahan?
Sebagaimana dilansir dari BBC.com, di beberapa pertambangan emas di Afrika Selatan, ditemukan beberapa makhluk kecil yang sangat memungkinkan menjawab rasa keingintahuan kita. Dan inilah untuk pertama kalinya, manusia berhasil memfilmkan makhluk hidup yang berada nun jauh di perut bumi.
Tak ada yang tahu, bagaimana mereka bisa berada di bawah sana. Penemuan ini menjawab pertanyaan bahwa makhluk hidup bisa bertahan di kedalaman bumi, sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya.
Tahun 1980-an, ilmuwan menemukan adanya kehidupan yang bertahan ribuan kaki di bawah permukaan tanah.
Seorang ilmuwan bernama Gaetan Borgonie dari Extreme Life Insyensya di Belgia meyakini bahwa makhluk hidup bahkan bisa bertahan jauh lebih dalam, yakni di kerak bumi! Dialah cacing nematode.
Cacing-cacing nematoda terbukti sangat kuat, mampu bertahan di lingkungan yang sangat panas sekaligus dingin. Juga, mampu bertahan dari dehidrasi.
Meski begitu, kebanyakan ilmuwan percaya bahwa di kedalaman tersebut, hanya bakteri yang bisa bertahan. Dikarenakan panas dan minim oksigen, juga ketersediaan makanan yang sangat sedikit.
Nematoda dapat bertransformasi menjadi bentuk yang khusus bernama tahap Dauer. Dalam tahap ini, cacing bertahan dari lingkungan yang sangat extrim, dan baru bangun ketika lingkungan mereka berangsur membaik.
Mirip seperti yang terjadi pada Tardigrada, sang beruang air, makluk hidup yang mampu bertahan meski direbus dalam air panas, diremukkan, dikeringkan, bahkan dibawa ke luar angkasa, dengan menggunakan teknik yang sama.
Saat berada di fase Dauer, nematoda ini sangat kuat bertahan. Ketika pesawat ulang alik Columbia meledak memasuki atmosfer bumi pada 2003, ada beberapa cacing nematoda yang dibawah, dan ikut meledak. Uniknya, makhluk ini bertahan, bahkan tetap hidup saat tubuhnya menghampas tanah.
Cacing ada di hampir semua tempat di dunia. Mereka bisa ditemukan di mata air panas, gurun pasir, pegunungan, bahkan di laut terdalam. Mereka juga hidup di kutub selatan, di dalam perut hewan dan manusia, bahkan di plasenta paus sperma.
Tim peneliti memilih tambang-tambang di Afrika Selatan, karena tempat terdalam di dunia yang bisa diakses. Kedalamannya mencapai 3.2 km di bawah permukaan tanah. Peneliti yang dipimpin oleh Borgonie mengambil sampel bebatuan, dan setelah diteliti di mikroskop, dia menemukan banyak cacing kecil menggeliat, makhluk hidup pertama yang ditemukan manusia di kedalaman tersebut.
Langkah selanjutnya adalah memastikan cacing-cacing tersebut memang berasal dari kedalaman tersebut, bukan terbawa secara tak sengaja di sepatu-sepatu penambang atau karena kontaminasi. Untuk melakukannya, Borginie menghabiskan waktu satu tahun mempelajari 31 ribu liter air yang digunakan dalam operasi penambangan. Dia juga mencari tanah yang ada di sekitar batu-batu yang bekas dibor.
Dia berhasil menyimpulkan bahwa tak ada cacing yang ditemukan di air yang dipakai untuk menambang. Hal ini menunjukkan bahwa cacing-cacing nematoda bukan berasal dari atas. Borgonie juga mendapati bahwa cacing-cacing itu hanya mau memakan bakteri yang hidup di kedalaman tersebut, bukan bakteri yang berasal dari atas.
“Ketika Anda pergi jauh ke perut bumi, Anda merasakan tekanan akan meningkat, suhu naik, oksigen menipus, dan makanan makin jarang” kata Borgonie. “Sehingga, bisa dikatakan bahwa mencari kehidupan multiselular di kedalaman tersebut adalah sebuah kegilaan”
Yang terjadi, justru Borgonia tak hanya menemukan satu spesies cacing, tapi empat spesies, yang hidup di tiga lingkungan yang berbeda.
Dua spesies – Plectus aquatilis dan nematode yang belum diidentifikasi, ditemukan di tambang Driefontein di kedalaman 0.9 km pada suhu 24 derajat C.
Rekor mereka kalah oleh Halicephalobus mephisto, spesies baru nematoda, yang hidup di tambang emas beatrix di Johannesburg, AFsel di kedalaman 1.3 km pada suhu 37 derajat C.
Meski begitu, H. mephisto bukanlah makhluk hidup terdalam di perut bumi yang ditemukan. Di tambang TauTona di kedalaman 3.6 km dan suhu 48 derajat Celcius, terdapat DNA cacing spesies lain.
Kadar oksigen yang rendah tak menganggu kehidupan cacing-cacing tersebut. Manusia memerlukan udara yang mengandung setidaknya 21% oksigen, banun cacing-cacing Nematoda hanya perlu 0.5%!
Panasnya suhu di lingkungan mereka juga bukan masalah. Bahkan 48 derajat C di tambang TauTona masih tergolong rendah bagi mereka, yang mampu bertahan di air panas.
Yang masih menjadi pertanyaan adalah, bagaimana cacing-cacing tersebut berada di sana, dan sudah berapa lama mereka hidup di tempat tersbeut.
Penanggalan karbon menyatakan bahwa lingkungan tempat Nematoda hidup berusia antara 3.000 hingga 12 000 tahun. Menurut Borgobia, perut bumi adalah lingkungan yang lebih stabil dibandingkan permukaan tanah yang selalau berubah. Selama ada asupan oksigen dan makanan, dan suhu tak menjadi sangat tinggi, cacing-cacing tersebut akan baik-baik saja.
Penemuan-penemuan ini menginspirasi para peneliti lain untuk mencari kehidupan yang kompleks di tempat ekstrim lain di seluruh dunia. Hampir pasti, makhluk-makhluk hidup baru akan ditemukan di perut bumi yang lebih dalam. Hal ini juga membawa keyakinan bahwa kehidupan di planet lain adalah sesuatu yang mungkin.