,

Menarik.. Merayakan Nyepi yang Lebih Ramah Lingkungan

Perayaan Nyepi menyambut Tahun Baru Saka 1938 telah dilakukan Rabu kemarin. Ada satu inisiatif warga di Bali yang menarik dicermati, yaitu menyambut Nyepi dengan cara yang lebih ramah lingkungan.

Beberapa bulan sebelum Nyepi, ribuan banjar di Bali sudah menyiapkan pembuatan ogoh-ogoh (seperti boneka raksasa simbol hawa nafsu atau sifat buruk).

Kali ini Pemerintah Kota Denpasar mengajak pembuat ogoh-ogoh tidak menggunakan bahan yang merusak lingkungan seperti gabus atau sterofoam. Hal ini sudah dilakukan sejak tahun lalu.

Himbauan tersebut direspon kelompok pemuda dengan kembali menggunakan cara tradisional seperti rakitan bambu, kertas bekas, bekas bungkus semen, dan lainnya. Sebelumnya selama beberapa tahun gabus jamak digunakan karena ringan dan terlihat lebih halus permukaannya.

Namun hasil pembakaran ogoh-ogoh ini sangat berbahaya. Sebagian besar ogoh-ogoh dibakar usai diarak di jalanan dan perempatan desa pada malam sebelum Nyepi.

Misalnya kelompok muda Banjar Ceramcam di Denpasar Timur. Mereka sudah dua tahun tak lagi menggunakan gabus. Biaya pembuatan ogoh-ogoh jadi lebih murah sekitar 50%.

“Dulu beli gabus saja bisa sampai Rp4 juta. Sekarang pakai anyaman bambu dan koran bekas untuk buat rangkanya,” seru Dek Wi. Selain karena ajakan, ia menyadari gabus merusak lingkungan.

Selain lebih hemat, sistem kerja juga berbeda. Jika gabus dikerjakan hanya 1-2 orang karena cukup rumit, kini dengan anyaman bambu dan menempel kertas bekas bisa dikerjakan banyak orang dalam waktu bersamaan. Setelah dirakit jadi rangka, kemudian ditempel kertas, dan dilem. Terakhir dicat dan ditambahkan aksesoris.

Andi Eka Sakya, pejabat BMKG pusat dalam sebuah artikel menyebut Saat Nyepi Bali saat itu menjadi medan tanpa aktivitas, lahan tanpa manusia, atmosfer murni tanpa pengaruh anthropogenik.

Bali saat Nyepi dan Bali saat hari-hari biasa dalam perspektif pemanasan global dan gas rumah kaca (GRK) merupakan gambaran kontras antara menghilangnya pengaruh hal-hal yang berasal dari aktifitas manusia dan berdampak pada kehidupan manusia serta lingkungan (anthropogenik).

Ogoh-ogoh yang sudah jadi terbuat dari bambu dan kertas bekas, yang dibuat kelompok muda Banjar Ceramcam di Denpasar Timur, Bali menyambut Nyepi 2016. Ogoh-ogoh ini tidak menggunakan sterefoam sehingga lebih ramah lingkungan ketika dibakar. Foto : Luh De Suriyani
Ogoh-ogoh yang sudah jadi terbuat dari bambu dan kertas bekas, yang dibuat kelompok muda Banjar Ceramcam di Denpasar Timur, Bali menyambut Nyepi 2016. Ogoh-ogoh ini tidak menggunakan sterefoam sehingga lebih ramah lingkungan ketika dibakar. Foto : Luh De Suriyani

Pengamatan gas rumah kaca di Bali pada saat Nyepi dan perbandingannya pada hari-hari biasa, menurut Andi menunjukkan besarnya pengaruh aktivitas manusia terhadap alam dan kontribusinya pada pertumbuhan gas rumah kaca, terutama CO2. Hasilnya menunjukkan pengaruh anthropogenic pada kenaikan konsentrasi GRK mencapai 33%.

Mantan Menteri Lingkungan Hdup Balthasar Kambuaya mengatakan konsep Nyepi berkontribusi pada komitmen penurunan emisi gas rumah kaca 26% sampai 2020 di Indonesia. Namun tidak mudah karena tergantung kesadaran masyarakat dan kesanggupan pemerintah daerah.

Pemanasan global disebut perlu memperhatikan dua parameter, yaitu kenaikan suhu dan konsentrasi GRK di atmosfer. Tentang suhu permukaan ini, kesepakatan global Konferensi Perubahan Iklim di Paris menyepakati jangan sampai kenaikan suhu permukaan melebihi 1,5 derajat.

Disebutkan, konsentrasi GRK atau CO2 di atmosfer tidak mudah diukur, persyaratan pengukurannya pun ketat. GRK yang diukur dalam kondisi ambien dan merupakan konsentrasi CO2 yang telah sangat lama terdapat di dalam atmosfer dan bercampur dengan gas-gas di atmosfer lainnya. Untuk itu, diperlukan lokasi yang jauh dari hiruk-pikuk pengaruh kegiatan manusia, dan proses analisis pembandingan yang rumit.

Nyepi tahun ini di Bali juga akan bertepatan dengan gerhana matahari sekitar 80%. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sudah menyebarluaskan gerhana akan dimulai pukul 7-9 pagi. Forum Kerukunan Umat Beragama dan Parisadha Hindu Dharma juga bertoleransi mempersilakan umat muslim yang akan sholat gerhana ke luar rumah sampai pukul 7.15 WITA di masjid terdekat dengan berjalan kaki.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,