Pengganti BBM, Elpiji Jadi Pilihan Nelayan

 

Sejumlah perahu melintas di Segara Anakan yang memisahkan antara Pulau Jawa dengan Pulau Nusakambangan di Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) pekan lalu. Sepintas tidak ada beda antara perahu yang satu dengan kapal lainnya. Kapal dengan ukuran panjang 8-9 meter dan lebar 1,1 meter tersebut melaju dengan kecepatan hampir sama serta bentuknya juga mirip.

Tetapi, kalau dilihat secara detail, ada perbedaannya yakni soal bahan bakar. Karena ternyata sebagian nelayan di Cilacap tidak lagi memanfaatkan bahan bakar minyak (BBM) seperti solar dan premium, namun telah beralih ke elpiji 3 kilogram (kg).

Salah seorang nelayan asal Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Kaiman (38) menjadi salah satu nelayan yang kini memanfaatkan elpiji 3 kg untuk bahan bakar perahu miliknya. “Saya mulai beralih menggunakan elpiji 3 kg sejak Oktober tahun lalu. Waktu itu, memang ada bantuan converter kit dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) untuk nelayan Cilacap. Salah satu kelompok yang dibantu adalah Kelompok Nelayan Mino Sari yang berada di Tritih Kulon ini. Awalnya ragu-ragu, tetapi setelah dicoba ternyata lebih berhemat. Sampai sekarang, saya tetap memanfaatkan gas 3 kg,” ujarnya pekan lalu.

Ia mengungkapkan kalau dengan memanfaatkan elpiji 3 kg jauh lebih hemat jika dibandingkan dengan mengonsumsi BBM jenis premium. “Sebelum saya beralih ke elpiji, setiap harinya harus membeli premium 1-2 liter. Kalau dua liter, setidaknya telah mengeluarkan uang Rp13 ribu setiap harinya. Namun, dengan elpiji seharga Rp15.500 per tabung isi 3 kg, bisa bertahan hingga empat hari. Rata-rata bisa menghemat lebih dari 50%. Makanya, saya tetap bertahan dengan elpiji,”jelasnya.

Apalagi, kata Kaiman, tidak ada perbedaan sama sekali antara memanfaatkan BBM dengan elpiji. “Kapal saya tetap melaju normal seperti saat menggunakan BBM dulu. Jadi, tidak ada masalah dengan kecepatan serta tidak berpengaruh buruk terhadap mesin kapal,”katanya.

(baca : Para Nelayan Ini Beralih Gunakan Energi Surya Saat Melaut)

 

Seorang nelayan di Tritih Kulon, Kecamatan Cilacap Utara, Cilacap, Jateng sedang memasang gas untuk bahan bakar mesin kapal. Di wilayah setempat baru 88 nelayan dari 500 lebih nelayan yang mendapatkan bantuan converter kit. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Nelayan lainnya, Warsito (56) juga mengatakan setelah menggunakan elpiji 3 kg, dirinya sangat bisa berhemat. “Nelayan sangat diuntungkan dengan adanya bantuan coverter kit dan tabung elpiji. Sehingga sampai sekarang nelayan di Tritih Kulon tetap bertahan menggunakan elpiji. “Saat sekarang, saya hanya menghabiskan 1 tabung isi 3 kg setiap harinya. Itu jauh lebih berhemat jika dibandingkan sebelumnya saat menggunakan BBM jenis premium. Sebab, setiap harinya membutuhkan 3-4 liter. Pokoknya jauh lebih berhemat. Dulu sehari bisa Rp30 ribu kini, hanya Rp15.500 saja. Penggantian bahan bakar dari premium ke gas sama sekali tidak mempengaruhi mesin kapal. Masih tetap bagus sampai sekarang,”jelasnya.

Namun demikian, ternyata belum seluruh nelayan di Cilacap mendapatkan bantuan converter kit dan tabung elpiji. Di Tritih Kulon saja, baru sekitar 88 nelayan yang mendapatkan bantuan dari sekitar 500 lebih nelayan. “Kami sudah meminta lagi tambahan, namun sampai sekarang belum ada realisasi. Di Kelompok Nelayan Mino Sari, anggotanya mencapai 536 nelayan, tetapi yang dibantu baru 88 nelayan. Sampai sekarang nelayan sangat menjaga bantuan tersebut, karena benar-benar nyata dampaknya yakni jauh lebih berhemat,” ungkap Ketua Kelompok Nelayan Mino Sari, Sunardi Simin.

Menurut Sunardi, suplai elpiji untuk para nelayan khususnya di Tritih Kulon relatif lancar. Sehingga nelayan tidak kesulitan mendapatkannya. “Pengelolaan jual beli elpiji untuk nelayan dikelola oleh kelompok,” tambahnya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Perikanan Cilacap Sujito mengakui kalau nelayan yang mendapat bantuan converter kit dan tabung elpiji mengaku puas, karena telah merasakan manfaatnya. “Para nelayan bisa berhemat hingga 50% ongkos melaut dari sebelumnya. Sehingga nelayan yang lainnya juga ingin memperoleh bantuan tersebut. Sebab, pada Oktober 2016 silam, bantuan paket converter kit dan tabung baru menjangkau 902 nelayan yang tersebar di sejumlah kecamatan, yakni Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, Cilacap Utara, Patimuan, Kedungreja dan Sidareja. Padahal, jumlah nelayan di Cilacap mencapai 15 ribu nelayan, sehingga masih sangat sedikit yang mendapatkan bantuan,” jelas Sujito.

Oleh karena itu, kini pihaknya tengah mengajukan bantuan lagi ke pemerintah pusat sebanyak 2 ribu paket converter kit dan tabung elpiji. “Kami telah mengajukan tambahan bantuan untuk nelayan di Cilacap sebanyak 2 ribu paket. Kami dapat informasi, kalau ada rencana realisasi sebanyak 2.005 paket. Mudah-mudahan bisa secepatnya terealisasi, sehingga akan lebih membantu nelayan meningkatkan kesejahteraan. Itu semua tergantung Kementerian ESDM. Kami mendapat informasi kemungkinan bantuan tahap kedua pada akhir September mendatang,”ungkapnya.

(baca : Subsidi Solar Tidak Tepat Sasaran, Pencabutan Subsidi Jadi Solusi?)

 

Kapal nelayan yang berbahan bakar elpiji terparkir di sebuah dermaga di Cilacap. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Sementara Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap Sarjono menyambut baik jika nantinya pemerintah kembali membantu nelayan Cilacap dengan menambah converter kit dan tabung elpiji. “Kami memohon agar bantuan tersebut segera direalisasikan, karena banyak nelayan yang telah menunggu,”katanya.

Hanya saja, converter kit dan elpiji hanya dapat digunakan untuk kapal dengan mesin empat tak atau berbahan bakar premium dan tidak bisa dipakai untuk mesin dua tak.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,