Team Ecology and Conservation Center for Tropical Studies (Ecositrop) berhasil mendokumentasikan perubahan perilaku bekantan (Nasalis larvatus) atau yang secara international lebih dikenal dengan sebutan Proboscis Monkey. Perubahan perilaku tersebut diteliti sejak 2013 hingga 2017, menggunakan studi kamera jebak/trap (kamera otomatis untuk merekam kehadiran satwa) di hutan Kalimantan Timur.
Hasil penelitian tersebut berhasil mendokumentasikan pergerakan bekantan di atas permukaan tanah (terestrial). Temuan ini diduga kuat menandai adanya perubahan lingkungan yang mengancam kehidupan monyet belanda ini.
Koordinator peneliti Ecositrop yang juga Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul), Yaya Riyadin mengatakan, hasil studi ini banyak mendokumentasikan mamalia yang bergerak di atas tanah. Terutama di perkebunan sawit, pertambangan, hutan tanaman industri (HTI), kawasan konservasi, dan hutan lindung di Kalimantan Timur.
“Sebenarnya, kami meneliti mamalia terestrial. Namun, dari kumpulan foto yang kami dapatkan ternyata ada bekantan berkeliaran di tanah. Selama ini, bekantan hanya hidup dan bergerak di atas pohon, itu pun dalam habitat rivarian (kanan kiri sungai) dan mangrove,” ujar Yaya di Samarinda, baru-baru ini.
Baca: Pelebaran Kawasan Industri, Ancaman Hebat Habitat Bekantan di Teluk Balikpapan
Wilayah penelitian tempat bekantan terpantau itu adalah kawasan reklamasi tambang di sekitar Sungai Kendilo (Kabupaten Paser) dan Sungai Santan (Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Kartanegara). Sementara untuk wilayah HTI dan sawit di seputaran Sungai Sangata, Sei Senyiur, Sungai Telen (Kabupaten Kutai Timur) dan Sungai Santan.
Ironis, pergerakan bekantan jutru banyak terekam di perkebunan sawit, HTI, dan daerah reklamasi tambang. Seluruh kawasan, yang selama ini dikenal bukan habitatnya.
“Kamera kami pasang 1-3 bulan di satu titik pada ketinggian 1 meter. Foto-foto bekantan yang kami dapati tidak terlalu banyak dibandingkan rusa, babi, landak, beruang, monyet dan beruk. Dalam satu kamera, ada lima sampai lima belas foto bekantan. Kecanggihan kamera ini, dapat mengabadikan gambar otomatis setelah ada objek, setiap tiga detik.”
Yaya mengatakan perubahan perilaku bekantan dapat disebabkan beberapa hal. Sebut saja, habitatnya yang rusak, sehingga bekantan tidak lagi bisa pindah dari pohon ke pohon. Berikutnya, sumber pakan yang biasanya tersedia di wilayah mangrove dan rivarian berkurang sehingga bekantan bergerak ke HTI, tambang, dan perkebunan sawit. Khusus di HTI dan kawasan reklamasi, bekantan memakan pucuk sengon (Paraserianthes falcataria) sebagai sumber pakannya.
“Bila pakan kurang, persaingan individu dalam kelompok juga lebih tinggi. Pengaruh kesehatan jangka panjang juga bisa saja terjadi, namun penelitian kami belum mengarah ke sana,” sebutnya.

Konsekuensi
Bekantan merupakan satwa dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Ia juga masuk daftar CITES Apendix I yang berarti tidak boleh diperdagangkan. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan statusnya Genting (Endangered/EN).
Secara garis besar, kata Yaya, bekantan merupakan satwa endemik/khas Pulau Kalimantan yang hanya tersebar di beberapa tipe habitat mangrove dan rivarian. Adanya pengrusakan dan penghilangan vegetasi dipastikan mengganggu populasinya.
“Jumlah populasi khusus belum pernah dihitung. Namun bila mengkompilasi berbagai hasil penelitian di Sabah, Brunei, Serawak, dan Kalimantan diperkirakan sekitar 15 hingga 20 ribua-an individu,” ungkapnya.

Dia menegaskan, adanya perubahan perilaku bekantan dari arboreal (bergerak di atas tajuk pohon) ke terestrial akan membawa konsekuensi. Misalnya, kehidupannya yang menjadi potensial dimangsa ular phyton, macan dahan, atau diterkam kucing hutan. “Kestabilan populasi pastinya berpengaruh.”
Untuk mengantisipasinya, ada tiga solusi yang bisa dilakukan. Pertama, membangun koridor untuk memudahkan pergerakan bekantan dari daerah rusak ke wilayah berhutan. Kedua, melindungi habitatnya secara keseluruhan. Ketiga, sosialisasi kepada para pihak guna memberikan perlindungan.
“Tiga langkah tersebut bisa mengantisipasi masalah yang ada,” pungkasnya.
Membandingkan Populasi Bekantan dengan Orangutan
1. Populasi dan sebaran orangutan hanya ada di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sementara bekantan hanya ada di Pulau Kalimantan |