- Sirip tidak hanya berfungsi sebagai alat gerak untuk berenang pada ikan. Pada beberapa jenis ikan, sirip berfungsi juga sebagai sensor sensitivitas, sebagaimana ujung jari manusia atau pada primata.
- Untuk mengetahui fenomena itu, Adam R. Hardy dari Universitas Chicago dan rekannya Melina E. Hale, melakukan analisa sensitivitas ikan goby bulat [Neogobius melanostomus].
- Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa kemampuan ikan goby merasakan tekstur halus sangat berguna pada keadaan visibilitas rendah, seperti saat kondisi air keruh.
- Round goby merupakan spesies asing invasif. Ikan ini bercirikan abu-abu kecoklatan dengan sejumlah bintik gelap lateral kecoklatan. Ukuran kepalanya 22-23 persen dari total panjang tubuh. Mata dan mulutnya besar, dengan panjang tubuh antara 10 hingga 25 sentimeter.
Sirip pada ikan, ternyata tidak hanya digunakan untuk berenang atau merasakan tekanan air. Bagi beberapa spesies, sirip berfungsi sebagai sensor sensitivitas, sebagaimana ujung jari manusia atau primata adanya.
“Kami melihat primata merupakan jenis istimewa yang memiliki kepekaan sentuhan [sensitivitas] luar biasa. Akan tetapi, pada kenyataannya, sejumlah hewan pun menyentuh objek dalam kesehariannya, tidak terkecuali ikan,” tutur Adam R. Hardy dari Universitas Chicago, dikutip dari News Scientist.
“Banyak ikan yang hidup di dasar perairan dipastikan selalu bersentuhan dengan permukaan yang kasar dan halus,” katanya. “Kemampuan ikan untuk merasakan bagaimana kondisi tersebut, tentu saja sangat penting,” lanjutnya.
Baca: Begini Simbiosis Unik Ikan Goby dan Karang Berduri
Untuk mengetahui fenomena menakjubkan itu, Hardy dan rekannya Melina E. Hale, melakukan analisa sensitivitas goby bulat [Neogobius melanostomus], ikan penghuni bawah air yang tubuhnya bulat dan lunak.
Mereka mengambil sampel beberapa ikan goby dari Danau Michigan, Amerika Serikat, dan memasukkannya ke dalam tangki. Dari sini terlihat jelas bila goby melebarkan siripnya ketika berada di permukaan yang berbeda, terlebih saat menyentuh plastik maupun batu, yang telah diletakkan dalam tangki tersebut. Hal ini menunjukkan, bila siripnya memiliki tingkat kepekaan pada kondisi tertentu.
Para peneliti juga merancang roda berputar selebar 2 milimeter di permukaan luarnya, sebagaimana roda gigi. Ujung roda yang berbeda dipisahkan celah berukuran 3, 5, atau 7 milimeter, guna meniru tekstur permukaan yang berbeda, seperti pasir atau kerikil. Semakin dekat jarak, semakin halus permukaan, tentunya membutuhkan kepekaan neuron sensorik lebih besar lagi bagi goby.
Mereka lalu memutar roda di sepanjang sinar sirip ikan gobi dengan kecepatan mulai 20 hingga 80 milimeter per detik. Mereka pun mencatat, apakah roda tersebut memicu sinyal saraf pada sirip tersebut.
Baca: Begini Simbiosis Menguntungkan antara Udang Pistol dan Ikan Goby
Untuk semua kecepatan, saraf diteliti serempak dengan pola kontak atau sentuhan. Tujuannya, untuk mengetahui kepekaan goby bulat pada sentuhan halus skala spasial, sebagaimana yang telah didokumentasikan dalam studi primata sebelumnya.
Berdasarkan penelitian itu, Hardy menuturkan bahwa kemampuan ikan goby merasakan tekstur halus sangat berguna pada keadaan visibilitas rendah, seperti saat kondisi air keruh. Penelitian Hardy dan Hale telah dipublikasikan dalam Journal of Experimental Biology edisi 3 November 2020, berjudul “Sensing the structural characteristics of surfaces: texture encoding by a bottom-dwelling fish.”
Baca juga: Goby Kuning, Si Mungil yang Lucu
Ikan invasif
Dikutip dari Trubus.id, ikan goby bulat merupakan jenis ikan tawar invasif yang paling umum ditemukan di perairan laut dunia. Jenis ini memiliki kekebalan tubuh sangat baik, didukung kemampuan adaptasinya yang bagus pula. Informasi ini diketahui berdasarkan penelitian genom oleh tim ahli biologi internasional, yang dikoordinasikan di University of Basel, dan telah diterbitkan dalam jurnal BMC Biology.
Dengan mata dan mulut besar, sesungguhnya Neogobius melanostomus bukan makhluk air paling menarik. Tetapi, sebagai salah satu spesies ikan invasif paling sukses. Dalam beberapa tahun, jenis ini telah menyebar cepat di seluruh dunia.
Merujuk Buku Daftar Pisces yang Berpotensi Sebagai Spesies Asing Invasif di Indonesia, terbitan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pusat Karantina Ikan 2014, round goby termasuk spesies asing invasif.
Ikan ini bercirikan abu-abu kecoklatan dengan sejumlah bintik gelap lateral kecoklatan. Ukuran kepalanya 22-23 persen dari total panjang tubuh. Pada sirip punggung antiteror terdapat 5-7 duri dan sirip dadanya memliki 17-20 duri, sementara gigi posteriornya lebih kecil ketimbang gigi antiteror.
Panjang tubuhnya diperkirakan antara 10 hingga 25 sentimeter, dengan berat 5 sampai 79 gram yang terus bertambah seiring meningkatnya usia hidup.
Ikan air tawar ini ditemukan di sejumlah pantai. Namun, habitat favoritnya adalah perairan berbatu yang memungkinkannya untuk bersembunyi.
Persebaran asli jenis yang sering disebut black spotted goby ini adalah Armenia, Asia, Azerbaijan, Bulgaria, Georgia, Iran, Kazakhstan, Laut Tengah, Rumania, Rusia, Turki, Turkmeknistan, Ukraina, dan Uzbekistan.
Sementara, persebarannya di daerah asingnya meliputi Asia, Samudra Atlantik, Laut Baltik, Belarusia, Kanada, Amerika Utara dan Amerika Serikat.
Apa dampak yang ditimbulkan jenis invasif ini? Tentunya, kehadiran ikan invasif di suatu perairan akan menurunkan populasi ikan endemik [jenis asli], terkait kompetisi sumber makanan dan berbagai sumber daya lain.
Round goby tentunya memakan telur dan juga ikan-ikan kecil yang ada di suatu habitat. Dengan begitu, perkembangan atau regenerasi ikan asli di habitat tersebut terhambat.