- Erupsi Gunung Semeru memberikan dampak serius pada usaha peternakan. Selain ternaknya banyak yang mati, sebagian warga korban erupsi Gunung Semeru juga menjual rugi hewan ternaknya.
- Umumnya ternak milik warga terdampak Erupsi Gunung Semeru dititipkan ke keluarga atau teman terdekat yang wilayahnya aman karena tidak adanya shelter peternakan pasca erupsi.
- Dalam masa tanggap darurat pemerintah melalui dinas terkait hanya mendirikan posko pakan ternak dan pelayanan kesehatan hewan. Posko ini tersebar di Desa Sumberwuluh, Sumbermujur dan Desa Supiturang.
- Untuk jangka panjangnya, pihak Dinas Pertanian setempat mewacanakan akan mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan pakan. Antisipasi bila terjadi bencana lagi, para peternak sudah mempunyai cadangan pakan sendiri.
Bangunan-bangunan tempat tinggal terlihat luluh lantak, pohon dan tanaman juga bertumbangan akibat letusan Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021 lalu.
Sepekan setelah kejadian Rendy Agus Suwandi (50) tengah sibuk menjebak ayam peliharaanya diantara reruntuhan kandang kambing model panggung di pekarangan rumahnya yang hancur di Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Berbekal tali tampar, pria bertopi itu dengan sabar menunggu ayam-ayam datang memakan biji jagung yang sudah disebar, karena kondisi tanah tertutup abu sehingga warna pakan nampak kontras. Tak berselang lama sekawanan ayam pun datang mematuk-matuk umpan yang disebar, satu diantaranya kemudian ada yang berhasil ditangkap. Selain ayam, Agus panggilan akrabnya, berhasil menangkap mentok piaraanya.
“Tinggal beberapa saja yang tersisa, lainnya sudah hilang entah mati atau dicuri orang. Padahal awalnya ada 30-an ekor mentok yang saya pelihara,” ujar pria yang kulit wajahnya nampak keriput tersebut, Sabtu (18/12/2021).
baca : Menyelamatkan Sisa Kehancuran Terjangan Erupsi Gunung Semeru
Dia berkisah sehari setelah terjadinya letusan tertinggi di Pulau Jawa itu, bersama sejumlah tetangganya langsung bergegas menuju rumahnya untuk mengambil sisa barang yang masih bisa diamankan, baik itu di dalam maupun di sekitar rumah.
Beberapa perabotan rumah masih berhasil diselamatkan. Selain itu, tiga kambing miliknya juga masih hidup meskipun kondisi kandang sudah hancur. Mulanya dia akan mengevakuasi dengan menggunakan mobil pick up. Namun, karena akses jalan kampung masih dipenuhi dengan lumpur abu vulkanik, akhirnya Agus harus jalan kaki menuntun kambingnya sejauh 2 kilometer menuju ke kampung sebelah yang tidak terdampak.
“Agar lebih aman, sementara ini saya titipkan di kandang kerabat,” ujar Agus. Baginya, meski kondisi kambingnya saat ini sudah aman. Namun, dia juga merasa enggan jika ke depannya kambing itu berada di kandang orang, meskipun itu kerabatnya. Untuk itu dia berharap pemerintah untuk membuatkan shelter ternak.
baca juga : Dampak Erupsi Semeru Bagi Petani, Begini Upaya Pemulihannya
Usaha Peternakan Terdampak Serius
Erupsi Gunung Semeru memberikan dampak serius pada usaha peternakan. Selain ternaknya banyak yang mati, sebagian warga korban erupsi Gunung berketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) ini juga menjual rugi hewan ternaknya.
Nur Ali (45) peternak lain mengaku sudah tidak mampu lagi merawat sapi dan kambing miliknya, hal ini dikarenakan kondisi lahan pertanian dan kebun hijauan pakan ternak yang biasa dijadikan tempat untuk mencari rumput kini sudah tertutup abu dengan berbagai ketebalan.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk menjual sapinya. Dia menaksir, normalnya harga sapi itu sekitar Rp20 juta. Namun karena kondisinya sudah luka sehingga sapi Ali hanya dihargai Rp15 juta oleh ‘belantik’ (pedagang sapi). “Kalau kambing sementara ini masih saya titipkan ke tempat saudara,” kata pria asal Kamar Kajang, Kecamatan Candipuro, Lumajang, ini.
Fenomena dijumpainya blantik di kampung warga yang terdampak dan pengungsian menjadi umum ditemui pasca terjadinya erupsi. Misgianto (45), pedagang sapi menceritakan, sehari setelah kejadian dirinya juga langsung menuju ke Dusun Curah Kobokan untuk membantu beberapa peternak langganannya yang menjadi korban.
Karena kandangnya kosong, pria berkumis tipis itu kemudian menawarkan diri agar kandangnya itu dijadikan shelter kambing sementara. “Kurang lebih ada 50 ekor kambing yang dititipkan, sementara ini saya yang merawat. Kalau untuk sapi sudah diambil (pemiliknya),” katanya disela memberi makan kambing jenis etawa di kandang yang ada belakang rumahnya.
baca juga : Rehabilitasi Hutan Diperlukan Pasca Letusan Gunung Semeru
Dia bilang adanya posko hewan ternak dan kesehatan hewan cukup membantu dalam menyuplai pakan ternak yang dirawatnya. Akan tetapi perhatian itu lebih banyak tertuju pada ternak sapi. Sementara untuk pakan hewan ternak jenis kambing tidak banyak mendapatkan perhatian. Sehingga kadang-kadang dia masih harus meramban sendiri.
“Kalau lama-lama ya capek juga merawat kambing sebanyak itu, tapi ya kasihan juga kalau tidak dirawat, harta benda mereka sudah banyak yang hilang,” ujarnya prihatin.
Pembuatan Pakan Silase
Umumnya, ternak milik warga yang terdampak Erupsi Gunung Semeru dititipkan ke keluarga atau teman terdekat yang wilayahnya aman. Hal ini karena tidak adanya shelter peternakan pasca erupsi.
Endra Novantra (34), Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pengolahan Hasil Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang menjelaskan, dalam masa tanggap darurat pihaknya hanya mendirikan posko pakan ternak dan pelayanan kesehatan hewan. Posko ini tersebar di Desa Sumberwuluh, Sumbermujur dan Desa Supiturang.
Untuk bantuan pakan yang diterima di posko, lanjutnya, bentuknya ada tiga, yaitu pakan hijauan segar seperti rumput, tebon jagung atau jerami. Kemudian ada juga rumput yang sudah difrementasi atau disebut dengan pakan silase, dan juga pakan jenis konsentrat.
baca : Hidup Bersama Gunungapi Semeru
Untuk bantuan yang sudah diterima di posko Desa Sumber Wuluh total ada 124,9 ton. Silasenya 506,8 ton, konsentratnya 1,2 ton. Sedangkan di posko Sumber Mujur, lanjutnya, ada 83,75 ton pakan hijauan. Kemudian silasenya 28 ton, dan konsentrat 3 ton. Sementara untuk posko Pronojiwo hijauan yang sudah diterima itu 273,7 ton, silasenya 24 ton dan konsentrat 5,25 ton.
“Ini dimanfaatkan bagi peternak yang terdampak dengan mengambil pakan tersebut di posko. Untuk awal-awal kami memang yang mendistribusikan,” ujar alumni Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta ini, Rabu (15/12/2021).
Karena hewan ternak milik warga yang terdampak belum terbiasa dengan pakan silase Endra mengatakan hal itu menjadi tantangan tersendiri. Padahal bagi dia pakan silase ini bisa dijadikan stok makanan ternak dengan jangka waktu yang panjang. Selain itu manfaat nutrisinya juga banyak.
“Untuk keberlanjutannya kita akan bekerjasama dengan instansi terkait dengan mengadakan pelatihan pembuatan pakan agar mereka bisa mandiri,” ujar dia. Harapannya, jika nantinya ada bencana lagi, para peternak ini sudah mempunyai cadangan pakan.
Berdasarkan laporan yang dihimpun per tanggal 14 Desember 2021, lanjutnya, untuk jenis ternak yang terdampak di ketiga posko ini yaitu sapi, kambing, dan kerbau. Sapi yang dalam kondisi sehat jumlahnya sekitar 716 ekor, kambing ada 7.717 ekor, sedangkan kerbau ada 13 ekor.
Sedangkan sapi yang dalam kondisi sakit sejumlah 13 ekor, kambing 130 ekor dan kerbau 1 ekor. Kemudian sapi yang mengalami luka bakar ada 31 ekor, kambing 82 ekor dan kerbau 3 ekor. Ternak yang luka-luka, sapi 8 ekor, kambing 7 ekor, kerbau 2 ekor. Sementara sapi yang dilaporkan mati ada 54 ekor, kambing 340 ekor, dan kerbau 3 ekor.