- Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan mengaku sengaja datang ke Batam untuk meresmikan perusahaan daur ulang sampah plastik. Karena menurutnya masalah sampah plastik sangat penting diselesaikan.
- Luhut menyebutkan salah satu dampak dari masalah sampah plastik adalah menyebabkan generasi masa depan cacat fisik. Semua pihak kata Luhut harus memperhatikan persolaan ini.
- Hal itu disampaikan Luhut saat meresmikan perusahaan daur ulang sampah plastik di Kota Batam beberapa waktu lalu.
- Setidaknya dalam satu tahun belakangan PT Free the Sea itu sudah daur ulang 20 juta botol plastik yang berasal dari warga Batam dan menghasilkan satu juta mesin kopi yang siap ekspor ke belahan dunia.
Tumpukan sampah botol minum kemasan berwarna bening tersusun rapi di halaman perusahan PT Free The Sea, Kawasan Panbil Industrial Batam. Sampah itu sudah dibersihkan untuk siap didaur ulang. Di sisi lain tumpukan sampah botol kotor masih berada dalam karung-karung besar.
“Ini semua sampah botol dari masyarakat Batam,” ujar Head of Free The Sea, Bahri Beyhan kepada Mongabay Indonesia, Kamis, 9 Maret 2023.
Hari itu PT Free The Sea resmi diluncurkan sebagai perusahaan pertama yang melakukan daur ulang sampah plastik menjadi barang berguna di Batam. Perusahaan ini muncul, untuk mengatasi masalah sampah di Batam yang semakin hari angka produksi sampah masyarakat meningkat.
Peningkatan itu didorong salah satunya dengan populasi masyarakat terus bertambah. Hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik 2020, total penduduk Batam mencapai 1.196.396 Jiwa. Dengan luas daratan pulau ini 900 kilometer persegi.
“Jadi sebenarnya kita mau membersihkan sampah-sampah botol tersebut, sampah di Batam diperkirakan masih kontinuitas, karena jumlah penduduk Batam hampir sampai 2 juta orang, jadi masalah sampah sudah tak terelakkan, pasti akan selalu ada sampah,” kata Bahri.
baca : Cerita Anak Muda di Bintan, Pungut 600 Ton Sampah Laut
Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam tahun 2022 menunjukan 843 ton sampah yang diangkut ke tempat pembuangan setiap harinya. Proses pengangkutan sampah juga masih terkendala kekurangan armada. Ada kamungkinan angkanya lebih besar daripada itu.
“Jadi kita sudah mengumpulkan 20 juta botol plastik di seluruh Batam, hasilnya botol didaur ulang menjadi bahan baku, kemudian bahan baku itu digunakan membuat mesin kopi yang diekspor ke berbagai belahan dunia mulai dari Eropa, Amerika Latin, dan Asia Pasifik, dengan total jumlah mesin kopi yang diekpor sudah 1 juta unit,” kata Bahri.
Di dalam gedung perusahaan terlihat beberapa pekerja asik menyusun bagian-bagian mesin kopi yang siap untuk dirakit. Sebanyak 40 persen dari bahan pembuatan mesin kopi tersebut merupakan hasil daur ulang sampah plastik di Batam.
Hasil daur ulang sebelumnya dibentuk menjadi bahan baku partikel kecil. Induk perusahaan PT Free The Sea, yaitu PT WIK menjadikan bahan baku tersebut salah satu bahan pokok dalam pembuatan mesik kopi.
Sampah yang bisa didaur ulang sampai saat ini jenis polyethylene terephthalate atau PET. Kedepan perusahaan ini akan terus mengembangkan teknologinya untuk bisa mendaur ulang jenis sampah lain yang ada di Batam.
Proses pengambilan sampah dilakukan Free the Sea menggunakan truk operasional perusahaan. Truk tersebut akan mengambil sampah-sampah di titik yang sudah ditentukan, termasuk di perumahan-perumahan warga. “Kalau warga yang ngantar langsung kesini, itu sangat memberatkan mereka,” kata Bahri.
baca juga : Sampah jadi Tabungan Lebaran di Batam, Seperti Apa?
Free The Sea juga bekerjasama dengan berbagai sektor mulai dari industri di Batam, hotel dan restoran. Kerjasamanya dalam bentuk donasi sampah plastik. Begitu juga kerjasama dengan bank sampah yang ada di Batam.
Meskipun sampah plastik itu berasal dari masyarakat langsung, Free the Sea tetap akan membelinya. Hal itu salah satu upaya perusahaan agar masyarakat di Batam bersemangat untuk memilah sampah plastik di rumah.
Masyarakat bisa memilih transaksi jual beli ini, bisa langsung diganti menggunakan uang cash. Perusahaan juga menyediakan memliki tiga program pembelian untuk masyarakat yang bergerak mengumpulkan sampah, yaitu jumlah sampah dikumpulkan diganti dengan sembako, pembayaran biaya BPJS, dan bisa berbentuk pemberian beasiswa. “Keinginan awal kami menciptakan perusahaan ini, karena juga ingin membantu kelestarian lingkungan di Batam,” katanya.
Salah satunya mengatasi sampah plastik masuk ke laut. Karena menurut Bahri, keberlangsungan ekosistem laut sangat penting untuk planet bumi. Salah satu langkahnya mengumpulkan dan mendaur ulang sampah plastik agar tidak masuk dan merusak laut. “Mari kita kerjasama mengumpulkan sampah tersebut,” katanya.
Bahaya Sampah Plastik yang Masuk ke Laut
Grand Opening Free the Sea dihadiri langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan. Dalam sambutannya luhut mengingatkan tentang bahayanya sampah plastik terhadap kehidupan manusia.
Ia menyebutkan, sampah plastik bisa membuat generasi masa depan Indonesia mengalami cacat fisik. Pasalnya, setiap sampah yang terbuang ke laut akan menjadi partikel kecil (mikroplastik)
Mikroplastik itu kemudian dimakan oleh ikan di laut. Ikan itu selanjutkan dikonsumsi oleh manusia. “Bahaya lagi apabila, ikan dimakan wanita produktif atau hamil, akibatnya bayi ibu itu bisa cacat,” kata Luhut.
baca juga : Menyusuri Kampung Terapung Penuh Sampah di Batam
Ia melanjutkan, sampah plastik sudah menjadi isu transboundary dan menjadi salah satu perhatian Badan PBB dalam mengurusi isu lingkungan. Saat ini sedang berlangsung pembahasan kesepakatan internasional dalam mengatur pengurangan sampah plastik.
“Kolaborasi menjadi faktor yang sangat penting, skema sirkular ekonomi merupakan skema yang dapat diterapkan oleh produsen tidak hanya untuk kelangsungan bisnis yang dijalankan namun lingkungan sekitar sehingga menguntungkan semua pihak,” ujar Luhut.
Menko Luhut menekankan bahwa setiap pihak bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah sampah plastik. Ia juga menghimbau restoran dan semua industri untuk menggurangi penggunaan plastik.
“Ingat baik-baik, selain kolaborasi kita juga harus punya kesadaran dalam hal tanggung jawab pada lingkungan, jangan rusak lingkunganmu, karena anak cucu kita akan hidup dari lingkungan yang kita jaga sekarang ini,” kata Menko Luhut.
Pemerintah, kata Luhut, memberikan perhatian khusus soal sampah ini. Target pemeritah pada tahun 2025, sebanyak 70 persen sampah plastik di laut harus dibersihkan. “Sampai hari ini baru 38 persen sampah plastik yang berhasil dibersihkan, keadaan ini berbahaya sekali, jangan main-main sama plastik ini,” katanya.