- Volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir [TPA] Benowo, Surabaya, diprediksi meningkat 100-200 ton per hari pada bulan puasa ini.
- Pada hari biasa, sampah yang ditampung per hari sekitar 500-1.600 ton per hari.
- Pemerintah Kota Surabaya kata Agus, pada 15 Maret 2023 telah menerbitkan Surat Edaran [SE] Wali Kota Surabaya tentang Imbauan Bulan Ramadan Tanpa Sampah.
- Selain itu, ada juga Peraturan Wali Kota [Perwali] Surabaya Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota Surabaya.
Volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir [TPA] Benowo, Surabaya, diprediksi meningkat 100-200 ton per hari pada bulan puasa ini. Pada hari biasa, sampah yang ditampung per hari sekitar 1.500-1.600 ton per hari.
“Menjelang Hari Raya Idul Fitri, kenaikannya diperkirakan mencapai 400-500 ton,” kata Agus Hebi Djuniantoro, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya kata Agus, pada 15 Maret 2023 telah menerbitkan Surat Edaran [SE] Wali Kota Surabaya tentang Imbauan Bulan Ramadan Tanpa Sampah.
“Telah disebarkan melalui camat, lurah, hingga RT dan RW,” ujarnya, baru-baru ini.
Pengurangan sampah di Kota Surabaya juga telah diatur dalam Peraturan Daerah [Perda] Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Surabaya, diubah melalui Perda Surabaya Nomor 1 Tahun 2019. Selain itu, ada juga Peraturan Wali Kota [Perwali] Surabaya Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota Surabaya.
Hebi mengatakan, Pemkot Surabaya juga menyasar pemakaian gelas atau botol minum kemasan plastik.
“Bila memungkinkan, saat acara buka puasa bersama menggunakan makanan yang memiliki wadah bisa dicuci,” imbuhnya.
Upaya mengurangi sampah menurut dia, harus dilakukan semua pihak.
“Dengan begitu, beban TPA dan biaya pengelolaannya dapat diminimalisir.”
Baca: Sampah Plastik Kemasan, Persoalan Lingkungan yang Harus Diselesaikan

Harus efektif
Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hermawan Some, mengatakan kebijakan ini akan efektif bila sampai langsung ke warga. Selama ini, prosentase sampah makanan masih sekitar separuh dari total sampah non-plastik yang dibuang.
“Di beberapa kampung, sudah ada warga yang membawa tempat makan atau tas belanja sendiri,” jelasnya, Rabu [05/04/2023].
Bila kampung-kampung mampu dan mau mengolah sampah mereka sendiri, Hermawan yakin, biaya pengolahan sampah ke TPA dapat ditekan.
“Biaya yang dihemat itu nantinya disubsidi ke kampung agar wilayahnya lebih baik dan bersih.”
Baca juga: Kurangi Sampah Plastik dengan Membangun Budaya Isi Ulang

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022 menunjukkan, berdasarkan sumbernya, sampah rumah tangga menempati urutan teratas dengan 39,2 persen, disusul sampah dari pusat perniagaan dan pasar tradisional.
Berdasarkan jenisnya, sampah sisa makanan menempati urutan teratas mencapai angka 41,3 persen, diikuti plastik, kayu dan ranting daun, serta kertas dan karton.