- Trail wisata pada peringatan Hari Bhayangkara Polres Probolinggo Kota menuai protes. Kegiatan yang dipusatkan di Pantai Permata, itu diduga sempat diwarnai aksi penebangan mangrove.
- Adri Dimas, pegiat konservasi Probolinggo protes penebangan mangrove. Dari identifikasinya, sedikitnya ada 50 pohon mangrove ditebangi. Susah payah menanam, malah ditebangi.
- Pada papan informasi tertulis, pantai ini terbentuk sebagai akibat erupsi Gunung Bromo pada 2010. Material pasir terbawa arus sungai mengakibatkan tanaman mangrove rusak dan berubah jadi hamparan pasir. Belakangan, dengan dukungan para pihak termasuk warga, sebagian hamparan pasir dengan luas sampai 30 hektar itu mulai kembali hijau oleh mangrove. Setidaknya, ada beberapa jenis mangrove tumbuh disana.
- Muhammad, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pantai Permata, tak mengelak soal kabar penebangan mangrove. Kendati ide awalnya pembersihan tanaman perdu, dia menyayangkan bila akhirnya diwarnai penebangan pohon mangrove.
Trail wisata pada peringatan Hari Bhayangkara Polres Probolinggo Kota menuai protes. Kegiatan yang dipusatkan di Pantai Permata, itu diduga sempat diwarnai aksi penebangan mangrove.
Ada puluhan pohon mangrove jenis api-api ditebang pada 16 Juni lalu. Informasi yang berkembang, penebangan mangrove itu berkaitan dengan event trail 2 Juli ini.
Untuk mempersiapkan event itu, sejumlah orang yang diduga dari tim panitia menebang mangrove dengan gergaji mesin.
Adri Dimas, pegiat konservasi Probolinggo protes penebangan mangrove. Dari identifikasinya, sedikitnya ada 50 pohon mangrove ditebangi. “Ini jelas tidak bisa dibenarkan. Susah payah menanam, enak saja itu ditebangi,” katanya kesal.
Menurut dia, mangrove berperan penting menjaga ekosistem kawasan pesisir. Tak hanya sabuk hijau untuk menahan abrasi. juga habitat satwa khas kawasan pesisir.
Laporan keanekaragaman hayati Agrie Conservation 2021, sedikitnya terdapat enam spesieis mangrove tumbuh di Pantai Pertama. Keenam spesies itu adalah Avicennia sp., A. Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizopora sp., Rhizopora mucronata, dan Sonneratia sp, dengan kerapatan 368 batang setiap hektar
Dari keenam spesies mangrove itu, mayoritas spesies Avicennia marina atau yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan api-api putih.
Menurut laporan itu, spesies ini merupakan jenis paling banyak dijumpai pada ekosistem mangrove bersama Avicennia alba (api-api hitam).
Terdapat beberapa spesies fauna yang jadikan mangrove Pantai Permata sebagai habitat. Mulai dari kepiting bakau, kepiting uka, hingga kerang dara. Sedangkan jenis aviana yang ditemukan di Pantai Pertama terdiri dari 25 spesies.
“Merujuk laporan ini, maka, menjaga ekosistem mangrove menjadi sangat penting. Kerusakan mengrove, tidak hanya meningkatkan ancaman abrasi. Juga memicu perpindahan spesies-spesies yang ada disana karena habitatnya rusak,” kata Dimas yang juga aktif di organisasi Gusdurian Peduli itu.
Saat rapat koordinasi persiapan event trail di Mapolres Probolinggo Kota, 22 Juni lalu Dimas sempat mempertanyakan alasan panitia menebang mangrove.Hhal itu oleh Kapolres Probolinggo Kota, AKBP. Wadi Sa’bani. Kendati demikian, pihaknya sudah menurunkan tim untuk penelusuran.
Bantahan serupa juga disampaikan Kapolresta saat dikonfirmasi Mongabay, 29 Juni lalu. Wadi katakan, trail memperingati HUT Bhayangkara ke-77 itu dilaksanakan komunitas trail Probolinggo bekerjasama dengan Polres Probolinggo Kota.
Kapolresta tak mengelak bila Pantai Permata dipilih sebagai pusat kegiatan, sebatas titik start dan finis dan bukan di area hijau tetapi lapangan pasir.
“Bukan area yang ada tanaman mangrovenya,” kata Wadi melalui aplikasi percakapan.
Begitu juga jalur atau rute trail dia tegaskan jauh di luar Pantai Permata. “Setelah pengecekan, itu ada masyarakat yang mengambil ranting pohon bakau,” kilah Kapolresta terkait kabar penebangan mangrove.
Dia sepakat, ekosistem mangrove memiliki peran penting sebagai benteng pesisir. Karena itu, di sela kegiatan itu, juga diselipkan edukasi kepada masyarakat, terutama komunitas trail akan pentingnya menjaga ekosistem mangrove.
Dalam kegiatan itu juga diwarnai penanaman 1.000 pohon mangrove. “Para pemerhati lingkungan, Forkopimda, Pokdarwis dan Pokwasmas di sekitar Pantai Permata juga kami libatkan,” katanya.
Pantai Permata sejatinya baru populer belakangan ini. Dari keterangan yang terpampang pada papan informasi di lokasi, pantai ini terbentuk sebagai akibat erupsi Gunung Bromo pada 2010. Material pasir terbawa arus sungai mengakibatkan tanaman mangrove rusak dan berubah jadi hamparan pasir.
Belakangan, dengan dukungan para pihak termasuk warga, sebagian hamparan pasir dengan luas sampai 30 hektar itu mulai kembali hijau oleh mangrove. Setidaknya, ada beberapa jenis mangrove tumbuh disana.
Selain mangrove, beberapa spesies tanaman peyangga yang sengaja ditanam warga untuk mengkonservasi wilayah setempat. Terutama di kawasan sempadan sungai agar tidak mengalami longsor.
Muhammad, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pantai Permata, tak mengelak soal kabar penebangan mangrove. Kendati ide awalnya pembersihan tanaman perdu, dia menyayangkan bila akhirnya diwarnai penebangan pohon mangrove.
*****