- Pemerintah Bali menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan kebakaran hutan-lahan melalui Keputusan Gubernur 19 Oktober sampai 1 November 2023. Kebakaran hutan mulai terjadi seperti di lereng Gunung Agung pada 18 Oktober lalu api masih belum padam.
- Dampak iklim ekstrem Juli-Oktober 2023 ini disebut kekeringan dan krisis air. Sebanyak 13 banjar (komunitas adat) mengalami krisis air bersih dan berpotensi meluas. Pemerintah mendistribusikan lebih dari 234.000 liter.
- Bali menerima sembilan kali peringatan dini sejak Juli 2023, dan kemarau diperkirakan baru berakhir pada Februari 2024. Daerah yang masuk merah atau awas adalah Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Sawan, dan Kubutambahan di Buleleng serta Kecamatan Kubu (Karangasem). Kekeringan sudah dialami 113 banjar.
- Kebakaran pun terus meluas di hutan, gunung, dan tempat penampungan sampah (TPA dan TPS) di sejumlah kabupaten. Mulai dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di hutan Bukit Watu Kursi, Desa Pemuteran, Buleleng seluas 32 hektar sampai TPA Suwung, sudah ludes 16 hektar,
Pemerintah Bali menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan kebakaran hutan-lahan melalui Keputusan Gubernur 19 Oktober sampai 1 November 2023. Kebakaran hutan mulai terjadi seperti di lereng Gunung Agung pada 18 Oktober lalu api masih belum padam.
Made Selamat, warga Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem, melaporkan pada 18 Oktober asap masih membumbung. Saat kemarau, rumput kering dan semak-semak mudah terbakar.
Situasi paradoks, sejumlah hutan penyimpan cadangan air kebakaran. Lebih dari 100 banjar krisis air, pemerintah memerlukan banyak air untuk memadamkan api.
Dampak iklim ekstrem Juli-Oktober 2023 ini disebut kekeringan dan krisis air. Sebanyak 13 banjar (komunitas adat) mengalami krisis air bersih dan berpotensi meluas. Pemerintah mendistribusikan lebih dari 234.000 liter.
Daerah yang alami kekeringan, kebanyakan di Jembrana seperti Negara, Mendoyo, dan Kecamatan Jembrana berdampak pada 15.000 keluarga atau 61.000 jiwa. Berikutnya, Buleleng di Kecamatan Banjar, Sawan, Sukasada, dan Tejakula memberikan dampak pada 12.000 keluarga atau 50.000 jiwa.
Berikutnya, Karangasem di Kecamatan Kubu dan Karangasem berdampak pada lebih 5.000 keluarga atau 21.000 jiwa dengan total 134.000 jiwa.
Bali menerima sembilan kali peringatan dini sejak Juli 2023, dan kemarau diperkirakan baru berakhir pada Februari 2024. Daerah yang masuk merah atau awas adalah Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Sawan, dan Kubutambahan di Buleleng serta Kecamatan Kubu (Karangasem). Kekeringan sudah dialami 113 banjar.
Kebakaran pun terus meluas di hutan, gunung, dan tempat penampungan sampah (TPA dan TPS) di sejumlah kabupaten. Mulai dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di hutan Bukit Watu Kursi, Desa Pemuteran, Buleleng seluas 32 hektar.
Karhutla di Karangasem di Desa Kubu, dan Abang, dan lereng Gunung Agung sedikitnya tiga hektar. Di Kabupaten Bangli karhutla di Blok Seked Taman WIsata Alam Gunung Batur, Kintamani lebih satu hektar.
Kebakaran juga terjadi di TPA dan TPS, seperti kebakaran di TPA Suwung, sudah membakar 16 hektar, TPA Mandung di Tabanan 2,7 hektar dan Temesi di Gianyar seluas tiga hektar.
Pemadaman tak hanya dengan air dari darat dengan damkar dan udara dengan helikopter. Ada juga pemadaman dengan campuran bahan kimia seperti di TPA Suwung berlangsung sejak 12 Oktober 2023.
Puluhan warga mengungsi, dan ribuan terkepung asap beracun setiap hari karena TPA adalah area padat pemukiman dan usaha.
Kebakaran di TPA Suwung dan TPA Mandung mendorong pemerintah kabupaten menetapkan status tanggap darurat. Tantangannya, titik api dan gas methane berada di bawah tumpukan sampah yang menggunung. Pemadaman pun di permukaan. Area terbakar meluas, dan penanganan terhadang asap tebal, cuaca panas, dan angin. Belum lagi, TPA berada di pinggir laut, Teluk Benoa.
Made Rentin, Kepala Pelaksana BPBD Bali mengatakan, strategi mereka saat ini adalah manajemen asap. “Mobil tangki air menyuplai ke tandon air di TPA. Kemudian alat berat pemindahan menggali lebh dalam sumber air. Maka penyemprotan dalam air ada zat adiktif berfunsi menyetop sebaran api yang bisa menyebar ke area lain,” katanya.
Menurut dia, ada penurunan potensi asap pada hari ketujuh. Penanganan maksimal, katanya, akan dilakukan dalam 12 hari dibantu banyak pihak. Masih ada truk penumpukan sampah, karena sudah terbangun TPST dalam TPA yang memilah sampah.
BNPB dalam rapat koordinasi penanganan kebakaran di Bali 19 Oktober lalu mengatakan, di Indonesia bencana selama 2023 sampai 18 Oktober ada 3.181 kejadian didominasi banjir, cuaca ekstrem, dan karhutla.
Untuk karhutla daerah prioritas adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Untuk kebakaran TPA berdampak di tujuh daerah, dua di Bali.
Dari analisis curah hujan melalui citra satelit Himawari, sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, tak mengalami hujan sama sekali selama satu minggu terakhir dan minggu berikutnya. Dengan begitu, sebagian besar pulau-pulau sisi selatan khatulistiwa masuk kategori hari tanpa hujan kategori ekstrem panjang lebih 60 hari.
Mahendra Jaya, Pj. Gubernur Bali dalam siaran pers menyinggung fenomena El-Nino yang menimbulkan dampak makin serius pada sejumlah kawasan di Bali. Kasus karhutla dan kekeringan, katanya, memicu krisis air bersih di sejumlah desa.
Ketersediaan air terbatas di masa kekeringan, katanya, tak hanya menyusahkan masyarakat, juga berdampak pada sektor pariwisata, industri dan lingkungan hidup.
“Sejauh ini, BPBD berkolaborasi dengan berbagai elemen telah mendistribusikan 234.900 liter air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih di banjar-banjar itu,” katanya.

Larangan laser
Pemerintah Kota Denpasar, membuat surat edaran pada 18 Oktober lalu merespon tanggap bencana darurat kebakaran di TPA Suwung. Isinya melarang penggunaan laser pemecah awan sampai 25 Oktober selama event apa pun agar cepat turun hujan dalam memadamkan kebakaran yang sudah seminggu.
Berdasarkan penelitian I Made Kris Adi, dari Stasiun Geofisika Sanglah, dengan asumsi lampu sorot memiliki derajat panas 100⁰ C, suhu radiasi mendekati 0⁰ C pada jarak 2,8 meter.
Kalau lampu sorot memiliki derajat panas 200⁰ C, suhu radiasi akan mencapai 0⁰ C pada jarak 4,5 meter sedangkan lampu sorot memiliki derajat panas 300⁰ C, suhu radiasi yang dipancarkan akan mendekati 0⁰ C pada jarak 6,6 meter.
Dengan begitu, katanya, perlu lampu sorot dengan derajat panas sangat tinggi untuk memecahkan dasar awan. Karena, ketinggian rata-rata dasar awan di Indonesia khusus Pulau Bali berada pada ketinggian 400 – 600 meter. Dapat dibayangkan begitu tingginya panas untuk memecahkan awan-awan hujan itu.
Bahkan, sebelum mencapai dasar awan masyarakat yang berada di sekitar lokasi tidak mampu menahan udara panas yang dipancarkan lampu sorot.


*****