- Cucak delima atau Ruby-throated Bulbul [Pycnonotus dispar] merupakan burung cantik yang memiliki suara khas, badan kekuningan, dan kepala hitam.
- Spesies cucak kuning di Sumatera, Jawa, dan Bali memiliki perbedaan dengan cucak kuning Kalimantan. Ras yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa dan Bali memiliki tenggorokan merah dispar, sementara ras Kalimantan tenggorokannya berwarna kuning.
- Di Pulau Sumatera, cucak delima, ditemukan di dataran rendah dan perbukitan di bawah ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut.
- International Union for Conservation of Nature [IUCN], memasukkan cucak ini dalam status Rentan atau Vulnerable [VU] akibat ancaman perburuan untuk dijadikan peliharaan.
Cucak delima atau Ruby-throated Bulbul [Pycnonotus dispar] merupakan burung cantik yang memiliki suara khas, badan kekuningan, dan kepala hitam. Meskipun memiliki kemampuan hidup di kawasan bersemak dan hutan terdegradasi, namun jenis ini mengalami penurunan populasi di berbagai kawasan akibat perdagangan untuk dijadikan peliharaan.
Burung ini termasuk agak pemalu, menyukai kerimbunan daun dan pepohonan tinggi di pinggir hutan. International Union for Conservation of Nature [IUCN], memasukkan cucak ini dalam status Rentan atau Vulnerable [VU].
Foto: Punai Gading Sang Pemikat Hati
Spesies cucak kuning di Sumatera, Jawa, dan Bali memiliki perbedaan dengan cucak kuning Kalimantan.
Ras yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa dan Bali memiliki tenggorokan merah dispar, sementara ras Kalimantan tenggorokannya berwarna kuning.
Foto: Takur Warna Warni, Burung Cantik Dilindungi
Rasmussen dan Anderson pada 2005, memisahkan cucak delima di Sumatera, Jawa, dan Bali sebagai Pycnonotus dispar, sementara cucak yang tenggorokan kuning yang sebarannya di Kalimantan sebagai Pycnonotus montis.
Di Pulau Sumatera, cucak delima, ditemukan di dataran rendah dan perbukitan di bawah ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut.
Beberapa penelitian menyebutkan, di Pulau Jawa, cucak delima, sebarannya di bagian barat dan selatan. Di Bali, burung ini baru didapati tahun 1986 di Taman Nasional Bali Barat.
Foto: Perkutut yang Dekat dengan Kehidupan Manusia
Haris Abdillah, pengamat burung di Sumatera mengatakan, burung ini memiliki banyak sebutan di Indonesia, misalnya cucak kuning, kutilang emas, dan sebutan lainnya.
“Jenis ini memakan tetumbuhan, serangga, dan berkumpul dalam kelompok kecil,” terangnya, Jumat [29/12/2023].
Haris mengatakan, cucak delima sering diburu karena kicauannya yang nyaring dan indah. Tujuannya, untuk diperlombakan.
“Burung ini juga masih diperjualbelikan dengan mudah,” katanya.
Foto: Kedih, Primata Berjambul Khas Sumatera
Diburu
Heri Tarmizi, pengamat burung di Aceh menyatakan hal yang sama. Cucak delima di di Aceh mulai sulit ditemukan, salah satu penyebabnya karena perburuan.
“Dibandingkan beberapa tahun lalu, saat ini mulai sulit ditemukan. Sekarang, dapat menemukan satu individu saja, sudah luar biasa,” ujarnya, Sabtu [30/12/2023].
Heri mengatakan, bukti burung ini masih diperjualbelikan terlihat ditawarkan secara online.
“Kami khawatir, jika tidak ada kebijakan pelestarian, burung ini akan terancam punah dan bernasib seperti dengan murai batu yang sudah sangat sulit ditemukan,” ujarnya.
Baca: Perburuan Burung Liar di Hutan Aceh Tak Kunjung Berhenti
Heri menjelaskan, sebaiknya ada kegiatan monitoring burung liar menyeluruh di Aceh. Hal ini penting agar semua pihak, memiliki data akurat sebaran dan jenis-jenis burung yang hampir punah di habitat alaminya.
“Sudah cukup lama penelitian burung secara menyeluruh tidak dilakukan. Selama survei dan pengamatan, hanya dilakukan di sebagian tempat.”
Pengamatan yang dilakukan juga memastikan suatu jenis burung masih ada di habitat alaminya atau tidak, tanpa dipastikan bagaimana populasinya.
“Misalnya cucak delima, di IUCN statusnya Rentan, tapi kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana populasi di alam liar. Hal ini terjadi karena tidak ada pengamatan secara menyeluruh,” paparnya.