- Baru-baru ini para peneliti menemukan fakta ihwal adanya hanky panky atau ‘perselingkuhan’ antara paus biru (Balaenoptera musculus) dan paus sirip (Balaenoptera physalus) dan melahirkan paus ‘flue’ atau paus ‘cerobong’
- Peneliti menduga sistem kawin diluar spesies paus biru untuk menghindari perkawinan sedarah.
- Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang struktur populasi dan sejarah demografi paus biru.
- Dari data yang dihimpun, saat populasi paus biru yang berstatus satwa rentan punah ini diperkirakan hanya 15.000 ekor di dunia. Populasi paus biru sempat anjlok akibat perburuan besar-besaran pada awal abad ke-20.
Baru-baru ini para peneliti menemukan fakta ihwal adanya hanky panky atau ‘perselingkuhan’ antara paus biru (Balaenoptera musculus) dan paus sirip (Balaenoptera physalus). Menariknya fenomena ini ternyata sudah berlangsung sejak lama.
Para peneliti menemukan 3,5 persen DNA paus biru ada pada paus sirip. Ini tentu memantik rasa penasaran dimana makhluk bumi paling besar itu ternyata bisa kawin dengan satwa yang berukuran 85 ton lebih kecil dari mereka.
Populasi paus biru sempat anjlok akibat perburuan besar-besaran pada awal abad ke-20. Dampaknya, paus biru dimasukkan dalam daftar spesies terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Namun, berdasarkan data terbaru populasi mereka perlahan meningkat di seluruh dunia.
Menyoal DNA-nya, dalam jurnal Conservation Genetics yang diterbit 6 Januari 2024, para peneliti mulai menganalisa genom paus biru untuk mencari tanda-tanda perkawinan sedarah. Tapi mereka malah menemukan persilangan gen di luar jenis spesiesnya.
“Hasil penelitian kami memberikan wawasan baru mengenai struktur populasi dan sejarah demografi paus biru dari Atlantik Utara, serta mendokumentasikan tingkat introgresi paus sirip,” papar Sushma Jossey dari Royal Ontario Museum, Kanada.
baca : Miris! Paus Biru Bisa Memakan 10 Juta Keping Mikroplastik Setiap Harinya
Bagian yang mengejutkan, katanya, sebagian besar hewan hibrida (keturunan dari dua spesies yang berbeda) cenderung tidak subur. Sebab hewan tersebut mirip dengan bagal (hibrida keledai dan kuda) dan liger (hibrida dari singa dan harimau).
Alasannya, induk hibrida tidak memiliki materi genetik yang layak untuk menghasilkan sperma atau sel telur. Memang, ada juga faktor genetik tertentu sehingga mampu melakukan hibridisasi atau menghasilkan keturunan infertile (mandul).
Penelitian pada paus sirip tidak menemukan bukti bahwa spesies ini mewarisi DNA paus biru melalui introgresi. Jadi, tampaknya hanya paus biru yang mampu atau mungkin mau bereproduksi dengan hibrida paus ini.
Dalam kasus paus biru dan paus sirip, ternyata keduanya memiliki 44 pasang kromosom yang cenderung identik ketika dilakukan tes genetik. Padahal keduanya berasal dari genus yang berbeda.
Sebagai contoh kasus hibrida paus pertama kali ditemukan di perairan Islandia pada tahun 1986. Dimana paus sirip hibrida diidentifikasi mengandung janin yang dibuahi paus biru.
Sejak itu, para peneliti mengetahui fakta bahwa paus biru kawin dengan paus sirip kemudian menghasilkan keturunan hibrida yang dikenal sebagai paus ‘flue’ atau ‘cerobong’. Kendati begitu mamalia laut hibrida ini masih menjadi teka-teki ihwal evolusinya.
Pada tahun 2021, paus hibrida ini muncul. Menurut peneliti, perawakannya tampak seperti paus sirip tapi punya ukuran lebih besar dengan warna dan struktur rahang mirip paus biru.
baca juga : Ini 9 Fakta Unik Paus, Hewan Penyerap Karbon Terbesar Dunia
Hingga saat ini masih diasumsikan bahwa paus hibrida tidak subur dan tidak dapat memiliki keturunan. Namun, banyak yang meyakini paus hibrida hasil persilangan paus biru dan paus sirip mampu bereproduksi.
Menurut para ilmuwan, meskipun perkawinan silang terkadang dapat merugikan, perkawinan ini mungkin membantu paus biru. Atau mungkin, kemampuan untuk berkembang biak dengan spesies paus lain bisa jadi untuk menghindari perkawinan sedarah antar paus biru.
Dari data yang dihimpun, populasi paus biru diperkirakan hanya 15.000 ekor di dunia. Sekitar 2.000 paus biru menjelajahi pantai Pasifik, mulai dari perairan Alaska hingga Amerika Tengah.
Adapun spesiasi atau proses pembentukan jenis baru merupakan bagian cukup penting dari keanekaragaman genetik. Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda bahwa DNA paus sirip yang ada pada paus biru menyebabkan masalah bagi mereka.
Namun, Jossey dan timnya khawatir. Sedianya DNA paus biru hilang sebagai dampak perubahan iklim.
“Analisis sekuensing dan struktur populasi kami memberikan dasar genom untuk menginformasikan strategi konservasi untuk spesies ikonik ini,” ujarnya.
baca juga : Berkenalan dengan Paus Beluga, Si “Burung Kenari Laut”
Genom baru
Fenomena ini membuat para peneliti menciptakan genom ‘de novo’ atau genom yang belum diketahui referensinya. Agar mendapatkan data, mereka lalu menggunakan cetak biru untuk menyatukan potongan-potongan DNA dari individu berbeda pada populasi paus biru.
Ihwal perkawinan yang tak lazim ini, para peneliti berpendapat, kemungkinan cara itu merupakan bagian penyelamatan yang dibutuhkan seluruh spesies. Atau bisa jadi sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
“Ini akan menjadi proses panjang dan melelahkan, seperti memecahkan teka-teki,” kata Mark Engstrom, ahli genetika ekologi di University of Toronto seperti dikutip Live Science.
Sedianya merunut berdasarkan genom, Engstrom mengatakan, perkawinan sedarah antara paus biru Atlantik Utara jauh lebih sedikit daripada yang diperkirakan. Sebaliknya tim peneliti menemukan hasil dari sekuensing DNA paus sirip di antara genom paus biru.
“Jumlah introgresi antara spesies jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan sebelumnya. Kami tidak tahu mengapa introgresi tampak searah. Namun, bisa jadi karena jumlah paus sirip lebih banyak daripada paus biru,” tambahnya.
Engstrom menganggap hasil ini adalah kabar baik. Itu artinya populasi paus saling terhubung dan lebih beragam secara genetik. Bisa jadi ini semakin menunjukkan bahwa paus biru tidak selalu kawin dengan spesiesnya sendiri.
“Hal ini memberi saya harapan bahwa dengan upaya konservasi yang berkelanjutan, populasi Atlantik dapat pulih,” pungkasnya. (***)