- Kuskus mata biru merupakan satwa endemik Maluku yang keberadaanya makin terancam karena perburuan
- Selain karena perburuan, satwa dilindungi ini terancam punah karena hilangnya habitat
- BKSDA Ternate mengamankan empat warga yang kedapatan memburu kuskus mata biru
- BKSDA Ternate akan melakukan kajian populasi kuskus mata biru di Pulau Ternate dan Tidore tahun 2024 ini
Salah satu kekayaan sumberdaya hayati yang dimiliki Pulau Ternate, Maluku Utara adalah satwa.
Pulau kecil dengan luas 111,81 kilometer sesuai data BPS Maluku ini, juga menyimpan kekayaan satwa endemik yang belakangan kondisinya terancam. Keterancamannya diduga akibat perburuan untuk konsumsi dan berkurangnya habitat akibat perluasan pemukiman.
Satwa dimaksud adalah kuskus mata biru. Orang Ternate menyebutnya kuso mata biru, atau Phallanger matabiru. Kuskus jenis ini, meski sudah dilindungi sejak lama tetapi setiap saat masih diburu untuk dikonsumsi.
Beberapa jenis kuskus dikategorikan kritis, terancam punah dan menuju kepunahan. Sekadar diketahui, lebih dari 18 jenis kuskus di Indonesia berstatus dilindungi. Internasional Union Conservation of Nature (IUCN) memasukan kuskus dalam redlist (buku merah) sebagai hewan vulnerable atau terancam dan juga terdaftar dalam CITES Appendiks II. Dalam daftar ini kuskus mata biru berpotensi terancam punah apabila diperdagangkan tanpa pengaturan.
Di Indonesia kuskus telah dilindungi sejak tahun 1990 melalui Peraturan Perburuan Binatang Liar (PPBL) Nomor 226/1931, Undang-Undang Nomor 5/1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Ada juga Undang-Undang Nomor 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Meskipun sudah dilindungi, karena diburu, keberadaanya di alam liar makin makin terancam.
Belum lama ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah (KSW) Ternate terpaksa memeriksa sejumlah orang karena kedapatan menggunakan senapan angin menembak hewan ini.
Pihak BKSDA mendapatkan laporan dari warga bahwa ada yang menembak hewan dilindungi tersebut di daerah hutan lindung danau Tolire atau yang lebih dikenal dengan kawasan ekowisata Pulo Tareba. Karena laporan itu BKSDA menjemput empat warga dari dan diperiksa intensif.
“Pada 23 Januari 2024 kami periksa mereka. Sebelumnya ada warga Takome tahan para pemburu kuso kemudian dilaporkan ke kami,” jelas Kepala Seksi BKSDA Ternate Abas Hurasan akhir Februari lalu.
baca : Kuskus Talaud, Satwa Berkantung dari Ujung Utara Sulawesi yang Berstatus Kritis
Dia bilang pihaknya mendapatkan informasi dari warga Takome menahan 4 orang yang lakukan perburuan kuskus di wilayah itu. Setelah dijemput dan diperiksa mereka akui kuskus itu diburu karena dikonsumsi. Mereka juga beralasan tidak tahu kuskus Ternate itu masuk jenis satwa dilindungi.
Pengakuan bahwa mereka tidak tahu kuskus itu sudah dilindungi maka kemudian dilepas dengan diberi peringatan keras tidak lagi menangkap hewan ini.
“Kami berikan pembinaan sekaligus membuat pernyataan. Sementara senjata yang mereka gunakan kami tahan,” jelas Abas.
Perburuan kuso mata biru yang juga benar-benar masif. Akibatnya hewan bermata unik ini semakin sulit ditemukan.
Pengakuan sejumlah warga di Pulau Ternate yang bertempat tinggal di kawasan barat pulau, menjelaskan bahwa kuso ini sudah jarang terlihat. Jaib Sadek warga Kelurahan Sulamadaha Kota Ternate mengaku, 15 tahun lalu, hampir setiap saat kuso jenis ini ditemukan. Bahkan mendatangi pohon buah tak jauh dari pemukiman. Tetapi sekarang ini hewan tersebut sudah sangat jarang terlihat.
Dia curiga, karena ada sebagian orang menangkap dan mengkonsumsinya. “Sering kali ada yang bawa senapan angin dan menembaknya,” ujarnya. Dia sering melihat warga berburu kuso yang dilakukan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
Rusdy Djafar, warga Toboleu Kota Ternate bercerita bahwa 10 tahun lalu kuso ini kadang ditemukan di pepohonan tak jauh dari kampung. Apalagi malam hari sering satwa ini mendatangi pohon pohon buah di sekitar kampung. Tapi sayang saat ini hewan ini seakan hilang. “So jarang (sudah jarang) torang (kami) lihat lagi kuso ada di pohon dekat kampung. Mungkin juga karena seringnya ada yang tembak hewan ini,” katanya.
Soal ini Abas Hurasan mengaku pihaknya sering berpatroli untuk pencegahan. Tetapi selalu saja ada yang memburu hewan ini secara sembunyi-sembunyi. Terutama di bagian barat pulau Ternate atau juga di bagian barat kota Ternate.
baca juga : Saat Kuskus Makin Sulit Dicari, Ritual Suku Nuaulu pun Bisa Hilang Lenyap
Abas bilang meskipun populasi hewan ini makin jarang ditemukan, mereka sampai saat ini belum memiliki data populasinya. Karena itu mereka tidak bisa menghitung seberapa besar keterancamannya.
Karena itu untuk memastikan populasi hewan ini di Pulau Ternate dan Tidore tahun 2024 ini akan BKSDA akan lakukan kajian. ”Tahun ini rencananya di Pulau Tidore. Sementara di Pulau Ternate akan diusulkan tahun 2025.
“Rencana kegiatan surveynya dimulai dari Pulau Tidore kemudian tahun berikutnya di Ternate. Kita berharap kantor BKSDA wilayah Maluku dan Malut menyetujui usulan tersebut,” harapnya.
Terpisah Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pulau Ternate dan Tidore Ibrahim Tuhateru dihubungi Sabtu (24/2/2024) lalu mengakui belakangan ini memang marak perburuan kuskus mata biru yang termasuk satwa endemik Ternate itu.
KPH Ternate Tidore sendiri dari 2023 lalu telah menyurat resmi ke seluruh kelurahan untuk melarang warganya melakukan perburuan satwa. Bukan hanya kus kus tapi juga satwa lain terutama yang endemik Maluku Utara. Sasarannya terutama untuk warga yang dekat dengan kawasan hutan dan perkebunan.
“Surat resmi kami sudah sampaikan ke lurah di tiap kelurahan di kota Ternate agar melarang warga melakukan aksi penangkapan maupun membunuh satwa terutama yang endemic Malut. Termasuk menembak jenis kuskus dan hewan
lainya terutama burung,” katanya.
Karena itu dia turut mengimbau, perlu ada upaya kolektif mencegah adanya perburuan dan penangkapannya. “Para aktivis lingkungan dan berbagai pihak, perlu ikut mendorong. Semua pihak peduli pada hewan yang masuk langka dan terancam ini. Perlu ada gerakan bersama dari pecinta lingkungan, tentu diinisiasi oleh pemerintah,” harapnya.
Ancaman terhadap hewan endemik sebenarnya tidak hanya karena masifnya perburuan. Pembangunan dan semakin bertambahnya pemukiman juga menjadi alasan hewan endemik ini makin terancam.
baca juga : Tak Tahu Jenis Dilindungi, Kuskus yang Baru Dibeli Akan Dijual Lagi lewat Facebook. Bagaimana Ceritanya?
Menyaksikan Kuskus Matabiru
Salah satu kawasan yang jadi ‘rumah’ Kuskus mata biru adalah di hutan Kelurahan Takome, Kecamatan Ternate Barat yang memiliki ekowisata Pulo Tareba di kawasan Danau Tolire.
Pada Sabtu (9/2/2024) malam, Mongabay bersama komunitas Halmahera Wildlife Photograpy (HWP) dan komunitas anak muda pengelola kawasan wisata Pulo Tareba Danau Tolire Ternate menggelar wisata malam menyaksikan satwa di kawasan wisata tersebut.
Kegiatan ini bertujuan mengamati beragam mahluk hidup yang keluar di malam hari di kawasan wisata ini sekaligus mengabadikanya melalui foto dan video. Beragam satwa berhasil ditemui, misalnya burung, reptil, kuskus mata biru hingga serangga.
Kawasan ini sebenarnya adalah salah satu habitat kuskus mata biru, sehingga bisa disaksikan satwa ini keluar mencari makan di malam hari. Saat kegiatan itu, ada dua ekor kuskus didapati pengunjung yang kemudian diabadikan melalui foto dan video.
Kuskus mata biru merupakan hewan omnivora pemakan serangga, daun, dan buah. Memiliki kantung mata besar dan berwarna biru. Beda dengan kuskus daerah lain seperti dari Sulawesi yang bermata hitam.(***)