- Primata bonobo dikenal sebagai kera besar pecinta damai, lebih suka bermain, berbagi makanan, dan bercinta dibandingkan perilaku kerabatnya, simpanse.
- Dua jenis primata endemik Afrika ini berbeda perilakunya. Simpanse secara rutin berburu binatang lain termasuk monyet, juga makan daging saudara sendiri alias kanibal.
- Hasil sebuah penelitian menunjukkan ternyata bonobo jantan ternyata lebih agresif dibandingkan simpanse jantang ketika berebut mengawini betinanya.
- Penelitian yang dilakukan tim peneliti antropolog dari Universitas Minnessota, Amerika Serikat itu merupakan penelitian pertama yang membandingkan secara langsung perilaku kedua spesies dengan menggunakan metode lapangan yang sama.
Bonobo (Pan paniscus) dikenal sebagai kera besar pecinta damai. Hingga saat ini, belum ada laporan di antara mereka baku bunuh. Primata endemik di hutan hujan Kongo, Afrika ini lebih suka bermain, berbagi makanan, dan bercinta, bahkan dengan sesama jenis.
Sebaliknya, simpanse (Pan troglodytes) dikenal agresif. Simpanse menghuni kawasan hutan hujan Afrika yang lebih luas, dataran rendah, dan hutan pegunungan Afrika. Dengan bonobo, habitatnya hanya dibatasi oleh sungai Kongo yang membentuk busur dari Afrika Timur ke barat, di wilayah Afrika tengah. Meski hanya dibatasi sungai, sifatnya seperti berkebalikan 180 derajat dengan bonobo.
Simpanse secara rutin berburu binatang lain termasuk monyet, juga makan daging saudara sendiri alias kanibal. Mereka juga tak segan-segan melakukan perang dengan kelompok simpanse lain dan kerap berakhir dengan pertumpahan darah.
Namun penelitian terbaru telah mengubah pandangan bonobo yang seolah-olah pengusung slogan make love, not war itu. Kehidupan bonobo ternyata lebih kompleks dari yang diduga sebelumnya. Bonobo jantan lebih agresif dibanding simpanse jantan, terutama saat berebut untuk mengawini betinanya.
“Yang mengejutkan, kami menemukan tingkat agresi jantan-jantan yang lebih tinggi pada bonobo dibandingkan simpanse,” tulis Maud Mouginot, penulis pertama laporan yang dimuat di jurnal Current Biology, April 2024. “Pada kedua spesies, pejantan yang lebih agresif memperoleh keberhasilan kawin yang lebih tinggi.”
Baca : Studi Terbaru: Dominasi Jantan Bukan Hal Lazim Dalam Dunia Primata
Penelitian yang dilakukan antropolog dari Universitas Minnessota, Amerika Serikat bersama timnya itu merupakan penelitian pertama yang membandingkan secara langsung perilaku kedua spesies dengan menggunakan metode lapangan yang sama. Hasil temuan mereka membuyarkan sosok bonobo selama ini yang diromantisasi sebagai primata cinta damai dan berjiwa bebas.
Mereka menganalisis data simpanse liar di Taman Nasional Gombe, Tanzania dan bonobo liar di cagar alam Kokolopori, Kongo. Pengamatan dilakukan terhadap 14 simpanse jantan dewasa (berumur lebih dari 12 tahun), serta 12 bonobo. Meski bonobo sudah bisa dikatakan dewasa pada usia 10 tahun, namun para peneliti menyamakan usia bonobo yang diamati hanya yang lebih dari 12 tahun.
Pengamatan dilakukan sejak satwa itu bangun pagi hingga kembali tidur di sarangnya. Masing-masing individu diikuti sepanjang hari dan dicatat seberapa sering individu itu terlibat agresi, dengan siapa, dan seberapa jauh tindakan agresi itu dilakukan.
Peneliti mengolah data dari 2.047 jam pengamatan terhadap bonobo jantan dan untuk simpanse sebanyak 7.309 jam yang diperoleh selama dua tahun. Hasilnya terdapat 521 interaksi agresif di antara bonobo dewasa, sementara pada simpanse terdapat 654 interaksi egresif. Agresi dibedakan menjadi agresi kontak (misalnya memukul, menggigit) dan nonkontak (misalnya berteriak dan mengejar).
Dengan pendekatan statistik,diperoleh angka, agresi antara jantan dengan jantan pada bonobo 2,8 kali lebih sering dibanding simpanse. Bahkan angka agresi kontak bonobo tiga kali lebih sering dilakukan dibanding simpanse.
Baca juga : Seperti Manusia, Kera Besar Ternyata Bisa Konyol dan Menggoda yang Lain
Sudah lebih dulu diketahui bahwa simpanse jantan kerap bertindak agresif pada simpanse betina dibanding bonobo. Simpanse jantan juga sedikit mengalami agresi dari simpanse betina. Ini sejalan dengan sistem sosial patriarkat pada simpanse yang menempatkan jantan sebagai pemegang kekuasaan. Sebaliknya, bonobo menempatkan betina senior sebagai pemimpin mereka.
Para peneliti menemukan, meski agresi antara jantan dengan jantan lebih sering terjadi pada bonobo, namun agresi yang dilakukan secara keroyokan lebih sering terjadi pada simpanse. Bonobo jantan cenderung menyelesaikan konflik secara individu.
Baik pada simpanse maupun bonobo, para jantan bersaing agar dapat kawin dengan betina yang matang secara seksual. Betina kedua spesies menunjukkan tanda-tanda pembengkakan pada genital saat ovulasi, meski pada bonobo sedikit tersamar.
Penelitian itu menemukan simpanse jantan yang agresif memperoleh kesempatan lebih banyak untuk kawin dengan betina yang matang secara seksual. Demikian pula pada bonobo jantan. Namun bonobo jantan lebih sedikit menggunakan agresi kepada bonobo betina dan jarang menggunakan strategi kawin paksa, seperti tabiat simpanse.
Baca juga : Suara Simpanse dan Manusia Sama dalam Perkara Ini
Populasi simpanse kini diperkirakan antara seratus lima puluh ribu hingga tiga ratus ribu ekor di seluruh dunia. Dibanding simpanse yang mendiami wilayah lebih luas, habitat bonobo makin menyempit dan terfragmentasi. Populasinya di alam diperkirakan tinggal sekitar lima belas ribu ekor saja.
Hilangnya habitat akibat penebangan hutan telah mengancam keberadaan mereka. Setiap kali Mouginot mengunjungi tempat-tempat seperti Kokolopori, dia melihat semakin banyak hutan yang diubah menjadi ladang.
“Kita cenderung fokus pada perilaku mereka dan penelitian di sekitar mereka, dan kita cenderung lupa bahwa spesies tersebut mungkin akan punah suatu hari nanti,” kata Mouginot, seperti dikutip dari Mongabay. “Ini mungkin lebih cepat dari yang kita kira.”
Dikutip dari nature, Simpanse, bonobo, dan manusia menurut sains memiliki nenek moyang yang sama. Manusia terpisah sekitar lima juta hingga tujuh juta tahun lalu dengan nenek moyang simpanse dan bonobo. Sementara simpanse dan bonobo berpisah sekitar dua juta tahun lalu. Dibanding simpanse, genom manusia lebih dekat dengan bonobo.
Simpanse dan bonobo diketahui berbagi 97,8 persen DNA dengan manusia. Itu sebabnya secara anatomi bentuknya mirip. Dikutip dari The Conversation, secara sosial ketiganya juga memiliki hirarki yang kompleks, dan sama-sama punya kemampuan memecahkan persoalan.
Mempelajari kedua spesies ini bisa membantu kita mengetahui evolusi manusia di masa lalu. (***)