- Jane Goodall, peneliti dan tokoh konservasi legendaris merayakan ulangtahunnya yang ke-90 pada 3 April 2024 lalu.
- Untuk memperingati perayaan tersebut, Goodall duduk bersama Pendiri dan CEO Mongabay, Rhett Ayers Butler, di rumahnya di San Fransisco Bay, California.
- Dalam perbincangan tersebut, Goodall mendalami tentang perkembangan kesadaran mengenai degradasi lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati.
- Perbincangan ini juga menyentuh kekuatan transformatif dari keterlibatan pemuda dalam aktivisme lingkungan.
Konservasionis kondang dan legendaris Jane Goodall pada 3 April 2024 lalu berusia 90 tahun.
Jane mulai dikenal dunia, sejak penelitiannya di Taman Nasional Gombe Stream, Tanzania pada tahun 1960 mengobservasi dan mencatat perilaku simpanse. Penelitian ini, – di bawah bimbingan antropolog Louis Leakey, mentransformasikannya menjadi salah satu ahli primata dan pembela lingkungan paling berpengaruh di abad ke-20.
Kontribusi Goodall terhadap ilmu pengetahuan sangatlah besar. Sebelum karyanya muncul, para peneliti menarik batas tegas yang memisahkan antara manusia dan satwa. Namun, pengamatan cermat Goodall mengaburkan garis-garis itu.
Goodall telah mengungkap kompleksitas perilaku mendalam kelompok simpanse. Dia adalah orang pertama yang mendokumentasikan simpanse dalam membuat dan menggunakan alat, suatu perilaku yang sebelumnya hanya dianggap hanya sifat yang dimiliki manusia.
Penemuan ini menantang pandangan antroposentris tentang kecerdasan dan menimbulkan dampak di dunia ilmiah, serta mendorong evaluasi ulang tentang apa artinya menjadi manusia.
Selain karya ilmiahnya, Goodall secara konsisten mendukung advokasi dan upaya melindungi simpanse dan habitatnya. Lewat Yayasannya, Jane Goodall Institute (JGI), menggabungkan konservasi dengan program pembangunan yang berpusat pada masyarakat.
Melalui program Roots & Shoots, Goodall telah memobilisasi generasi muda menuju kepedulian terhadap lingkungan, dengan menggarisbawahi keterhubungan semua makhluk hidup. Karyanya telah mempengaruhi persepsi publik dan perubahan kebijakan mengenai konservasi satwa liar, serta menyoroti dampak yang lebih luas dari upayanya.
Pendiri dan CEO Mongabay, Rhett A. Butler mewancarai Jane di rumahnya di San Fransisco, yang disarikan dalam wawancara di bawah ini.
***
Mongabay: Terima kasih telah datang dan berkunjung ke rumah saya. Anda baru saja datang dari Carmel, tempat Anda mengadakan perayaan ulang tahun yang sangat istimewa. Bisakah Anda ceritakan sedikit tentang hal itu?
Jane Goodall: Ini ulang tahun saya yang ke-90. Yang di Carmel ini amat berbeda. Ada 90 anjing untuk menandai ulang tahunku yang ke-90, acara ini dilakukan di pantai. Amat-amat unik.
Mongabay: Anda telah bekerja di bidang konservasi dalam waktu yang panjang. Menurut Anda, apa perubahan terbesar sejak Anda memulainya?
Jane Goodall: Ada dua perubahan signifikan. Salah satunya adalah semakin banyak orang yang sadar, dan banyak LSM kecil yang bermunculan untuk mengatasi berbagai permasalahan.
Dampak lainnya adalah [makin banyak] kerusakan yang kita lakukan terhadap alam: hilangnya hutan, hilangnya keanekaragaman hayati.
Jadi ya, masyarakat makin sadar, namun ketika masyarakat terlalu banyak membaca tentang kesuraman ini mereka akan kewalahan dan mungkin akan berpikir, “Apa gunanya?” atau “Tidak ada harapan.”
Oleh karena itu, [peran kita] yang penting adalah memberi harapan kepada masyarakat.
Mongabay: Kecemasan terhadap lingkungan adalah masalah besar saat ini. Bagaimana Anda tetap dapat memiliki harapan, sekaligus apa pesan yang Anda ingin sampaikan, khususnya kepada audiens muda?
Jane Goodall: [Agar memberi harapan] saya merasa perlu berada dan berbicara dengan banyak orang. Saat saya bepergian, saya bertemu orang-orang luar biasa yang melakukan hal-hal menakjubkan.
Saya melihat hutan dilindungi dan hutan direstorasi. Saya bertemu orang-orang yang mengatasi apa yang tampaknya mustahil dan tidak menyerah. Kelompok Roots & Shoots telah menanam ratusan ribu pohon, dan JGI melindungi hutan.
Hal ini termasuk mengembalikan spesies yang terancam punah, seperti burung condor california. Saya ingat ketika hanya tersisa 12 ekor, satu di penangkaran dan 11 di alam liar. Lalu dilakukan proses penangkaran, dan kini jumlahnya lebih dari 200 ekor.
Mongabay: Bagian dari mengatasi kecemasan masalah lingkungan adalah membuat perbedaan di dunia. Apa yang dapat dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari agar memberikan dampak positif?
Jane Goodall: Saya yakin hal ini dimulai ketika orang menyadari bahwa setiap hari yang mereka jalani dapat memberikan dampak tertentu.
Mereka dapat memulai dengan mempertanyakan pembelian konsumsi mereka: Di mana pembelian tersebut dilakukan? Apakah itu berbahaya bagi lingkungan? Apakah tindakan tersebut kejam terhadap hewan, apa yang dilakukan di peternakan? Apakah biaya yang rendah mengorbankan upah pekerja yang adil atau memerlukan kerja paksa?
Jika jawabannya ya, sebaiknya mereka tidak membelinya.
Memilih barang-barang yang diproduksi secara etis mungkin akan memakan biaya lebih banyak, namun ini berarti mereka mungkin akan lebih menghargai barang-barang tersebut dan mengurangi pemborosan. Seperti yang telah kita ketahui, limbah yang dihasilkan oleh manusia adalah masalah yang sangat besar [bagi lingkungan].
Jadi, pesannya sederhana: Ingat, setiap hari yang Anda jalani akan memberikan dampak. Pilihlah dengan bijak.
Mongabay: Kadang-kadang, kita perlu mempengaruhi orang-orang yang berada di posisi teratas seperti para pemimpin politik dan bisnis. Bagaimana caranya agar masyarakat dapat menyampaikan pesannya kepada orang-orang ini?
Jane Goodall: Setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengaruh. Ada kampanye dan petisi yang harus ditandatangani.
Saya selalu berharap melalui program pemuda kami, banyak orang tua dari peserta yang mengambil posisi dalam pengambilan keputusan. Saya tahu bahwa generasi muda dapat mempengaruhi generasi yang lebih tua; itu terjadi berulang kali.
Mongabay: Anda akan memulai kampanye baru. Bisakah Anda berbicara sedikit tentang hal itu?
Jane Goodall: Ada 50 negara di seluruh dunia yang sedang mempersiapkan pemilihan umum, meski tidak semuanya pemilihan presiden. Saya tahu banyak anak muda yang ragu-ragu memilih karena sangsi terhadap para kandidat. Mereka tidak melihat pentingnya memilih.
Jadi pesan utamanya adalah, “Suara Anda penting”. Pilih kandidat yang peduli dengan masa depan. Itulah pesan utamanya.
Hal lain, penting untuk melibatkan anak-anak muda dengan alam sedini mungkin. Ada banyak kisah anak muda yang belum pernah sekalipun berkesempatan menyelami alam, menyentuh bumi, menjelajahi sungai atau kali-kali kecil.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan di alam, maka makin berguna, baik secara psikologis maupun fisik.
Di era AI, ponsel, dan media sosial saat ini, makin banyak anak-anak yang melewatkan tempat-tempat indah dengan terpaku pada layar, dan hal ini amat mengkhawatirkan. Program Roots & Shoots kami bertujuan untuk membawa mereka ke alam bebas, jauh dari ponsel mereka.
Mongabay: Ya saya setuju, dunianya benar-benar berbeda saat ini. Alasan saya memulai Mongabay adalah karena pengalaman yang saya alami di alam. Menurut Anda apa yang membuat orang tertarik pada Anda dan apa yang Anda kerjakan?
Jane Goodall: Awalnya, ini dimulai tentang cerita seorang gadis muda yang berkelana ke hutan, -sesuatu yang tidak dilakukan gadis muda lainnya pada saat itu, untuk mempelajari simpanse.
National Geographic menggambarkannya sebagai “beauty and the beast”: makhluk misterius di hutan dan seorang gadis muda berambut pirang. Gambaran tersebut menarik perhatian orang dan merupakan awal yang luar biasa bagi saya.
Mongabay: Awalnya Anda diejek atau dikritik saat menyampaikan gagasan bahwa hewan memiliki sifat sangat mirip dengan kita. Mereka memiliki emosi; mereka merasakan sakit. Namun kini, sebagian besar dunia telah mengikuti pemikiran Anda. Saya yakin orang-orang mengenali dan menghargai hal itu.
Sekarang Anda sering bertemu dengan orang-orang, dan memberi mereka harapan dalam situasi [kondisi alam] yang dapat dengan mudah dianggap sebagai situasi yang penuh kesuraman. Ada yang ingin Anda jelaskan?
Jane Goodall: Sejujurnya, saya berniat memanfaatkan [kepopuleran saya] semaksimal mungkin. Upaya menyelamatkan planet kita akan bermanfaat jika orang-orang peduli dengan apa yang saya katakan karena mereka peduli terhadap saya.
Saya cukup terkejut bahwa saya ternyata dapat menjangkau anak-anak, -bahkan yang berusia enam tahun, dan banyak orang dewasa. Banyak dari mereka tertarik dan mendengarkan penjelasan saya.
Saya bersyukur diberi dua karunia yang memungkinkan saya terus melakukan pekerjaan ini. Pertama, saya memiliki gen baik yang membuat saya cukup sehat untuk bekerja di usia 90 tahun. Yang lainnya kemampuan komunikasi, yaitu menulis (suatu yang selalu saya sukai), dan berbicara.
Mongabay: Apa yang membuat Anda ingin orang ingat tentang Anda?
Jane Goodall: Pertama, memulai Roots and Shoots dan memberikan harapan kepada masyarakat khususnya generasi muda, dan melibatkan mereka dalam alam. Yang kedua, menyadarkan publik bahwa kita bukanlah satu-satunya makhluk yang berakal, makhluk sapien.
Louis Leakey, mentor saya pada tahun 1957 mengatakan kepada saya “Jane, aku memilihmu.” Dia memilihku untuk mempelajari simpanse.
Saat itu saya sama sekali belum terkontaminasi oleh opini sains yang sangat reduksionis terhadap hewan. Leakey lalu memberi saya tempat di University of Cambridge untuk belajar etologi, hingga saya memperoleh gelar PhD.
Saat itu, saya bahkan tidak tahu apa itu etologi. Jadi, saya gugup. Bayangkan bagaimana perasaan saya ketika semua profesor terpelajar ini memberi tahu saya bahwa saya telah melakukan berbagai kesalahan.
“Simpanse, kamu tidak boleh menyebutkan nama mereka, kamu harus memberi mereka nomor.”
Atau membayangkan saat mereka bilang: “Anda tidak dapat berbicara tentang satwa yang memiliki pikiran yang mampu mengambil keputusan dan menyelesaikan masalahnya. Anda sama sekali tidak dapat berbicara tentang mereka yang memiliki emosi seperti kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keputusasaan. Itu semua hal yang unik [yang hanya] manusia yang bisa.”
Itu pandangan umum saat itu.
Tapi saya ingat, waktu kecil saya punya seekor anjing. Anda tidak bisa berbagi hidup dengan seekor anjing, kucing, burung, atau hewan apa pun dan tidak menyadari bahwa kita bukanlah satu-satunya makhluk hidup berakal di planet ini. Ini membuka kesadaran.
Simpanse secara biologis sama seperti kita, berbagi 98,7% DNA. Perilaku mereka sangat mirip dengan perilaku kita, berciuman, berpelukan, berpegangan tangan, saling menepuk punggung, laki-laki bersaing untuk mendapatkan dominasi yang sangat mirip manusia, termasuk berdiri tegak, menyombongkan diri, dan mengepalkan tangan dengan bibir mengerucut dengan cemberut.
Simpanse juga memiliki masa kanak-kanak yang panjang, yang memungkinkan mereka belajar melalui observasi maupun melalui pengalaman langsung. Jadi, secara bertahap, sains harus mengubah sikapnya.
Dan begitu simpanse memberi gagasan bahwa kita bukanlah satu-satunya makhluk yang berakal dan sapien, hal itu membuka pintu untuk memahami makhluk lainnya.
Jadi sekarang kami mempelajari dan mencari tahu tentang kecerdasan bagi berbagai satwa, seperti gajah, paus, dan lumba-lumba, juga tikus, babi, dan gurita. Saya pikir ini membuka pintu bagi generasi muda yang ingin belajar lebih banyak tentang perilaku hewan dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Mongabay: Terkait dengan konservasi, adakah area yang kurang dihargai atau diabaikan, namun menurut Anda, jika diberi lebih banyak perhatian atau ditangani, bisa berdampak besar pada dunia?
Jane Goodall: Banyak isu-isu yang menjadi perbincangan arus utama, seperti pentingnya koridor satwa liar. Seperti membiarkan tumbuh-tumbuhan alami tumbuh di sepanjang sisi jalan dan mendorong penghijauan kota. Topik-topik ini semakin banyak dibicarakan.
Lalu ada pula pertanian permakultur dan regeneratif. Dengan semakin berkembangnya pemahaman bahwa pertanian industri merusak tanah dan merusak keanekaragaman hayati.
Terkait dengan peternakan, semakin banyak pengakuan akan kekejaman industri peternakan, serta perannya dalam menghasilkan CO2 dan metana dalam jumlah besar. Masyarakat mulai menyadari permasalahan ini.
Namun, degradasi tanah adalah sesuatu yang menurut saya masih belum sepenuhnya dipahami oleh banyak orang.
Mongabay: Apakah menurut Anda empati yang lebih besar terhadap hewan dan tumbuhan merupakan peluang yang terabaikan dalam konservasi?
Jane Goodall: Ya. Kami sekarang memahami bahwa pepohonan di hutan dapat berkomunikasi di bawah tanah melalui jaringan mikoriza, mengirimkan feromon agar lebih siap menghadapi serangan predator yang akan datang. Pengetahuan ini menarik dan semakin dikenal.
Empati juga memainkan peran penting. Misalnya, saya merasakan kesedihan yang mendalam ketika hutan-hutan tua ditebang. Dan tentu saja, saya memiliki empati terhadap hewan.
Hal ini kontras dengan apa yang diberitahukan kepada saya di Cambridge: bahwa seorang ilmuwan tidak boleh memiliki empati terhadap subjek penelitiannya tanpa mengorbankan obyektivitas.
Menurut saya ini sama sekali tidak benar. Empati dan obyektivitas dapat hidup berdampingan. Hal lain yang sering disalahpahami adalah ketergantungan kita pada alam untuk kebutuhan penting seperti makanan, udara, dan air.
Kita bergantung pada ekosistem yang sehat, jaringan tumbuhan dan hewan yang kompleks yang masing-masing memainkan peran unik. Saya menyamakannya dengan permadani: setiap spesies adalah sebuah benang, dan memiliki saling ketergantungan di antara mereka.
Ketika spesies punah, ekosistem pun terurai dan menyebabkan keruntuhan. Hal ini merupakan tren yang terjadi saat ini, dan hal ini menggarisbawahi kebutuhan kita akan ekosistem yang sehat.
Mongabay: Saya merasa anak-anak pada umumnya lebih mudah berempati terhadap hewan, tumbuhan, dan organisme lain.
Jane Goodall: Tetapi banyak orang dewasa juga demikian. Setelah ceramah saya, orang-orang dewasa mendekati saya atau menulis surat kepada saya dan berkata, “Kamu telah membuat saya berpikir secara berbeda”, “Kamu telah mengubah hidup saya”, atau “Kamu telah mengubah cara saya berpikir tentang hewan atau alam.”
Mongabay: Apakah Anda memiliki prinsip panduan yang Anda terapkan dalam hidup dan pekerjaan Anda?
Jane Goodall: Respek. Menghormati manusia, satwa lain, dan lingkungan. Ini sangat penting.
Mongabay: Di kalangan LSM-LSM besar tertentu, mereka mempunyai reputasi kurang kolaboratif. Menurut Anda mengapa hambatan tersebut ada, dan apa yang dapat dilakukan untuk mendorong lebih banyak kerja sama?
Jane Goodall: Saya pikir LSM besar sering bersifat kompetitif dan tidak ingin berkolaborasi dengan LSM lain karena takut membantu mereka mendapatkan lebih banyak pendanaan.
Namun, percuma saja kita hanya duduk. Kita harus mempersiapkan diri, menyingsingkan lengan baju, dan mengatasi semua rintangan yang ada. Hal ini termasuk perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, kemiskinan, degradasi tanah, industri pertanian, konsumsi bahan bakar fosil, dan masih banyak lagi.
Saya berpikir bahwa umat manusia berada di mulut terowongan gelap yang sangat panjang dan tepat di ujungnya ada bintang kecil yang bersinar. Dan itulah harapan.
Bersyukurnya, ada orang-orang yang mengatasi masalah ini masing-masing. Meski sayangnya, mereka sering bekerja secara terpisah.
Contoh sederhananya ada kelompok yang merayakan penutupan tambang batu bara untuk mengurangi emisi CO2 tanpa mempertimbangkan para penambang yang kehilangan pekerjaan, jatuh miskin, dan pada gilirannya dapat merusak lingkungan.
Namun, ada kelompok yang mengajarkan mata pencaharian alternatif ketika industri tutup. Jika kelompok pertambangan batu bara berkolaborasi dengan mereka, hal ini bisa menciptakan situasi triple win.
Mongabay: Anda adalah pencerita yang hebat. Apakah ada cerita yang sudah sering atau sudah lama tidak Anda ceritakan, yang ingin Anda bagikan?
Jane Goodall: [Tersenyum] Astaga, cerita yang mana ya?
Ada cerita yang saya suka tentang Roots & Shoots di Goma, di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC), tempat JGI berkantor. Ini adalah wilayah yang kaya akan mineral sehingga rawan konflik dengan berbagai milisi.
Sekelompok kecil anak muda, berusia 10 hingga 12 tahun, melihat sebuah bukit yang dulunya dianggap keramat dan ditumbuhi pepohonan, kini sebagian besar telah gundul. Mereka ingin menanami kembali pohon-pohon tersebut.
Mentor mereka Dario yang menyadari skala proyek tersebut, tidak ingin menyurutkan semangat mereka. Maka, dia mendapatkan sumbangan bibit pohon dari temannya yang merupakan seorang ahli kehutanan.
Kemudian, dia memerlukan persetujuan dari milisi setempat. Pemimpinnya, yang menganggap proyek tersebut tidak berbahaya meski dianggap tindakan bodoh, setuju. Tetapi bersikeras agar para tentaranya menemani anak-anak tersebut.
Bayangkan, 15 anak sambil memegang pohon muda dan peralatannya, memulai perjalanan yang panjang dan panas menuju bukit, dikawal oleh empat tentara Kongo berbadan besar dengan AK-47.
Sekitar 10 hingga 15 menit kemudian, seorang gadis berusia sembilan tahun mulai menangis. Tak lama kemudian, seorang tentara menyandarkan senjatanya ke pohon dan membantunya. Dalam seperempat jam berikutnya, seluruh tentara sudah ikut menanam pohon.
Bagi saya, ini adalah simbol dari misi yang lebih luas. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah lingkungan hidup jika masih ada konflik antar manusia.
Penting bagi semua orang untuk memahami bahwa setiap hari kita hidup, kita memberikan dampak, dan memilih dengan bijak dampak yang kita buat. Setiap orang dapat berkontribusi.
Mongabay: Sekali lagi terima kasih telah mengunjungi dan berbincang dengan saya. Selamat ulang tahun.
Jane Goodall: Selamat yang sebesar-besarnya atas kesuksesan Mongabay. Sejujurnya, Mongabay selalu menjadi sumber utama rujukan saya. Mongabay benar-benar menjadi organisasi yang luar biasa, dan setiap orang harus merujuk kesana untuk mendapatkan informasi yang jujur.
Tulisan asli: Jane Goodall at 90: On fame, hope, and empathy. Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita
***
Foto utama: Jane Goodall saat mewawancarai pendiri dan CEO Mongabay Rhett Ayers Butler untuk podcast Hopecast-nya.