Jopi, Aktivis Lingkungan Ini Tewas Dibunuh

“Bekerja dan berjuang…akh..terlalu sombong kalau dikatakan berjuang. Tapi tidak apa, saya katakan berjuang!” Begitu bunyi keterangan profil pada blog milik Jopi Perangingangin. Bekerja dan berjuang,  itulah yang dilakukan pria kelahiran Kisaran, Sumatera Utara, 39 tahun lalu bernama lengkap Jopi Teguh Laksana Peranginangin ini, semasa hidup.

Dia sosok kritis dalam menyuarakan berbagai masalah terutama soal sosial dan lingkungan. Dia keras meneriakkan soal konflik-konflik masyarakat adat  maupun petani yang hak-hak terampas industri ekstraktif, seperti sawit, tambang dan lain-lain.  Dia juga aktif menyuarakan berbagai permasalahan di negeri ini di media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Jopi aktif di Sawit Watch, dan  anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Jopi adalah pegiat reformasi 1998. Pada 17 tahun lalu, dia bersama-sama aktivis mahasiswa dan rakyat menggulingkan Soeharto.  Dia juga  pernah di Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND), organ underbow Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Rekan-rekannya mengenang gaya santai dan keceriaan Jopi.  Seperti diungkapkan Rukka Sambolinggi, Deputi II Bidang Advokasi AMAN, dalam laman Facebook-nya. “Biasanya kau berjalan dengan gaya khas ke meja rendah di pinggir kolam ikan atau meja rendah di ruang tengah. Gaya jalanmu yang selalu aku tuduh,” sengaja dibuat buat agak lunglai untuk memikat cewek”.. lagi -lagi kau pasti hanya sambut dengan ha..ha..ha…” kenang Rukka.

“Jopi, ingat janji kita untuk membuat profil dan memantau anggota parlemen dan pejabat publik yang terkait dengan perusahaan-perusahaan jahat? Kau bilang, itu gampang sekali Ka, pasti bisa itu! Janji bertemu setelah Rakernas AMAN belum terwujud, kau sudah pergi kawan…” lanjut Rukka.

Ya, sosok ceria dan kritis itu telah pergi. Pada Sabtu subuh (23/5/15), naas menimpa dia kala bersama teman-teman menyongsong pagi di Venue Club, Kemang, usai menyaksikan pertunjukan Navicula Band, grup band asal Bali yang banyak membawakan lagu-lagu soal lingkungan dan sosial.

Subuh itu, Jopi dikeroyok pria berbadan tegap dan cepak, lalu salah satu dari mereka menusukkan bayonet hingga tewas. Kini, polisi masih mengusut kasus penusukan Jopi dan memeriksa beberapa saksi juga menganalisa rekaman CCTV.

“Sampai pukul 03.00 tadi, bersama Kalpolres Jaksel juga sudah berkoordinasi untuk pendalaman penyelidikan kasus,”  kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol M Iqbal, dikutip dari Detikcom, Minggu (24/5/15).

Penyidik, kata Iqbal,  masih mendalami kasus dengan menganalisa rekaman CCTV dari Venue Club. Polisi juga sudah memeriksa keterangan empat saksi, satu teman korban dan tiga pengunjung club namun belum mengarah kepada pelaku. Menurut dia, analisi CCTV belum selesai.

Jopi, sosok aktivis lingkungan yang dikenal  ceria dan kritis. Foto: Facebook Jopi
Jopi, sosok aktivis lingkungan yang dikenal ceria dan kritis. Foto: Facebook Jopi

Sandra Moniaga, Komisioner Komnas HAM mengatakan, mengenal Jopi sejak masih di AMAN. “Jopi salah satu dari sedikit aktivis gerakan sosial yang kritis dan konsisten. Kita kehilangan seorang aktivis yang konsisten. Yang menyedihkan Jopi meninggalkan kita semua melalui cara yang kita lawan: kekerasan yang cenderung terkesan sebagai tindakan pembunuhan,” katanya kala dihubungi Mongabay, Minggu di Jakarta.

Dia berharap,  kebenaran atas kematian Jopi  terungkap sepenuhnya, baik pelaku dan motif di balik itu. “Saya berharap pemerintah bersikap jelas mencegah berulangnya kejadian seperti dialami Jopi. Dengan mengatur tegas masalah senjata tajam dan senjata api di manapun serta memastikan proses hukum terhadap pelaku secara transparan dan adil.”

Adapun kronologis penusukan itu, pukul 03.30 Jopi bersama tujuh teman masuk ke Venue Kemang.  Kala itu, mereka sudah melihat rombongan beberapa pria berperawakan tegap dan cepak. Kata pihak keamanan di sana, mereka lagi dinas.

Pukul 04.00 Venue tutup ditandai lampu terang. Semua keluar. Saat mau keluar pria-pria tegap itu bilang ke Amar, rekan Jopi, “finish, out out.” Gelagat mabuk.

“Oh iya bro kita juga mau keluar,” kata Amar.

Pria itu terus berbicara tak jelas dengan intonasi tinggi. Jopi mendatangi Amar dan pelaku untuk mengetahui apa yang terjadi. “Ada apa nih,” kata pelaku.

Pelaku tampak naik pitam. Dia berusaha memukul Jopi dengan menarik tangan. Teman pelaku berusaha menarik pelaku. Begitu juga teman-teman Jopi berusaha menarik Jopi agar keluar Venue. Sempat terjadi keributan antara pelaku dan Jopi.

Akhirnya Jopi keluar. Teman-teman pelaku malah mengejar Jopi, begitu juga pelaku. Pelaku membuka tas selempang kecil, warna krim, ternyata mengeluarkan pisau sambil teriak, “Saya ini tentara!”

Di depan Habibie Center, Jopi dikeroyok. Terdengar teriakan Jopi,” salah gua apa?”

Mario, berusaha mengangkat Jopi, setelah dikeroyok. Mereka tak tahu kalau Jopi terluka. Mario baru sadar, setelah badannya basah dan ternyata darah…Ketika tahu Jopi terluka, merekapun lantas membawanya ke Rumah Sakit Pusat Pertamina.

Pukul 04.30,  masuk RSPP langsung ke instalasi gawat darurat. Penjelasan dokter, keadaan Jopi kritis karena luka tusuk mengenai paru-paru, diindikasikan ada pendarahan massif. Kondisi Jopi memburuk. Pukul  06.00 aktivis lingkungan ini dinyatakan meninggal.

Rekan-rekan pun berdatangan ke RSPP. Beramai-ramai, para aktivis mengantarkan jenazah kala otopsi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, selama tiga jam. Setelah otopsi, Jopi disemayankan di rumah duka, Sekretariat AMAN di Jl Tebet Timur Dalam Raya, Jakarta. Para aktivis dan rekan-rekan Jopi datang ke rumah duka, memberikan penghormatan terakhir. Minggu pagi (24/5/15), jenazah Jopi dibawa ke kampung halaman di Kisaran, Sumut.

Rekan-rekan Jopi memberikan penghormatan terakhir di Rumah Duka di Sekretariat AMAN di Tebet, Jakarta. Foto dari Facebook Mina Susana Setra
Rekan-rekan Jopi memberikan penghormatan terakhir di Rumah Duka di Sekretariat AMAN di Tebet, Jakarta. Foto dari Facebook Mina Susana Setra
Artikel yang diterbitkan oleh
, ,