,

Akhirnya, Badak Harapan Tiba di Way Kambas

Akhirnya, Harapan, badak Sumatera dari Cincinnati Zoo, Amerika Serikat, pada Minggu (1/11/15) tiba di Indonesia. Pada Senin (2/11/15) sekitar pukul 02.30, tiba di Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur.

Dodi Sumardi, Kepala Sub Bagian (Kasubag) Perencanaan dan Kerjasama Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), kepada Mongabay mengatakan, setelah tiba di Indonesia langsung dibawa ke Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas.

Pria yang juga Anggota Asian Rhino Spesialist Group (AsRSG) ini menjelaskan, kondisi Harapan cukup sehat dan masih proses karantina di Way Kambas. Jadi, belum ada publikasi khusus terkait kedatangannya.

Harapan, merupakan saudara Andalas, yang juga dikirim pulang dari Cincinnati. Harapannya, Harapan seperti Andalas, menjadi pejantan. Kini Andalas mempunyai satu anak, Andatu.

Badak Sumatera, katanya, dominan betina. Dengan kehadiran Hari, sapaan Harapan, ada harapan baru perkawinan dengan betina di Way Kambas hingga populasi terus bertambah. Di Way Kambas, juga ada betina hamil, diperkirakan tahun ini melahirkan.

Soal pakan di Way Kambas, jauh lebih banyak dari Cincinnati Zoo. Di AS, jumlah pakan sekitar 50 jenis, di Way Kambassampai 200 jenis. Dengan variasi pakan lebih banyak di Indonesia, badak akan lebih sehat.

Dodi mengatakan, populasi badak Sumatera memang lebih besar dibandingkan badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Tetapi ancaman badak Sumatera di TNGL lebih besar. Karena kawasan hutan tidak dibatasi seperti laut, hingga pengawasan lebih susah.

Perburuan badak Sumatera, katanya,  juga cukup tinggi karena hutan berbatasan langsung dengan manusia. Ditambah illegal logging dan perusakan kawasan hutan di TNGL, serta kebakaran hutan. “Ini menyebabkan habitat lebih terancam dibandingkan badak Jawa.” Badak Jawa, hidup dikelilingi laut, hingga lebih kecil dari gangguan manusia.

Dikutip dari website Cincinnati Zoo, Harapan lahir pada 2007 dari pasangan Emi dan Ipuh. Ipuh, yang dipercaya salah satu badak Sumatera tertua, mati pada 2013 dalam usia 22 tahun. Kini, tubuhnya diawetkan dan menjadi salah satu pajangan di Museum Cincinnati.

Harapan menghabiskan sebagian waktu di beberapa kebun binatang. Pada 2008, Harapan pindah ke Pusat Konservasi White Oak di Yulee, Florida, lalu ke Kebun Binatang Los Angeles, California. Pada Juli 2013, ia balik lagi ke Cincinnati.

Susi dan Emi, diduga menderita penyakit sama hingga dua satwa langka ini meninggalkan dunia. Masih dikutip dari situs Cincinnati.org, sebelum meninggal, dalam beberapa bulan berat badan Suci mengalami penurunan.

Setelah penelitian dan monitoring berhari-hari, staf Cincinnati mulai merawat Suci sebagai penderita hemochromatosis (gangguan genetik hingga tubuh kelebihan zat besi) atau dikenal dengan penyakit kelebihan zat besi (iron storage disease).

Meskipun penyakit ini sangat sulit buat didiagnosa pada badak Sumatera, namun, Emi, meninggal karena penyakit ini pada 2009. Suci pun mengalami penyakit sama. Kini, Harapan, terindikasi mengalami serupa.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,