Musisi Bali Nguripi Sumber Air dan Pertanian Kendeng Melalui Kendeng Berdendang

Sebuah kaos bergambar leak Bali usai disablon. Dua pemuda menggunakan kekuatan kakinya untuk menyablon gambar dengan teks “Solidarity Bali For Kendeng” itu. Suara penyelamatan alam kini makin meluas saat melekat di badan.

Aktivitas donasi Rp20 ribu dengan sablon di kaos yang dibawa sendiri ini menjadi perjumpaan awal yang menarik bagi mereka yang belum mengetahui apa yang diperjuangkan di pegunungan Kendeng, Jawa Tengah ini. Sebuah spanduk besar dengan teks “Nguripi Kendeng” ini menarik perhatian pengunjung dalam malam solidaritas Kendeng Berdendang di Rumah Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (2/06/2017) kemarin.

Kaos leak khas Bali itu melengkapi gambar-gambar lain yang dibuat dengan semangat solidaritas mendukung para petani Kendeng menyelamatkan sumber air bersih dan lahan pertaniannya dari usaha penambangan bahan baku semen ini. Misalnya desain Petani adalah Soko Guru Kehidupan dengan gambar perempuan petani dan alat keruk. Ada yang verbal “Selamatkan Kendeng. Sambung Seduluran Njogo Panguripan.” Lainnya, “Nguripi Kendeng. Tolak Pabrik Semen!”

 

 

Selain donasi barter sablon kaos, pelaksana fundraising juga mengajak warga donasi melalui tiket masuk Rp25 ribu per orang. Jumlah donasi yang dikumpulkan malam itu Rp10.615.000. Beberapa jam yang tak sekadar mengumpulkan donasi bagi perjuangan petani Kendeng. Juga diskusi dan bentuk penyadaran bagaimana kerja keras pejuang lingkungan di Indonesia.

Puluhan seniman dan musisi terlibat dalam aksi ini untuk berdendang dan merefleksikan situasi perjuangan petani Kendeng. Misalnya band Pygmos, Mata Jendela, Nosstress, Zat Kimia, vokalis beberapa band seperti Dadang (Dialog Dini Hari), Robi (Navicula), Jerinx-Bono Sony, Made Ardha,Sandrayati Fay, dan lainnya.

“Solidaritas menguat dan sangat terasa,” ujar Gede Ary Astina aka Jerinx, personil band Superman Is Dead (SID) yang memimpin malam solidaritas Kendeng Berdendang ini. Bersama Gede Robi dari band Navicula, Diana Surya, dan penggerak lainnya menyerahkan donasi langsung ke Gunretno, salah satu penggerak perjuangan Kendeng yang hadir di lokasi acara.

Jerinx menyebut ia dan seniman lain berdiskusi dengan Gunretno tentang pengalaman perjuangan Kendeng dan proses berliku yang menghadang di depan mata. Salah satu yang bisa memperpanjang perjuangan pelestarian alam menghadapi ekspoitasi adalah solidaritas.

Hal ini sangat nampak di lokasi acara. Sejumlah gerakan dengan nafas sama berbaur dan saling berinteraksi. Misalnya ada Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) dan gerakan Banyuwangi tolak tambang emas di gunung Tumpang Pitu. Aksi masyarakat di ketiga daerah masih menghadapi tekanan walau sudah menunjukkan fakta dan analisis dampak buruk usaha alih fungsi kawasan lindung seperti Tumpang Pitu dan area konservasi Teluk Benoa.

 

Band Zat Kimia di panggung dalam malam solidaritas Kendeng Berdendang yang digerakkan sejumlah seniman cum aktivis lingkungan seperti Jerinx-SID, dan lainnya. Foto : Luh De Suriyani

 

Gunretno menyebut para petani perempuan sebagai penggerak yang sangat militan. Walau menghadapi risiko tinggi seperti tekanan fisik, psikologi, dan lainnya. Adiknya, Gunarti bahkan sampai ke beberapa kota di Jerman untuk memberi alarm dan bertemu pengusaha Jerman yang memiliki saham di perusahaan semen yang akan beroperasi di Kendeng.

Selain itu, ada Patmi (48 tahun), salah seorang petani perempuan asal kawasan Pegunungan Kendeng yang meninggal dunia pada 21 Maret 2017 sesaat setelah melakukan aksi mengecor kaki di depan Istana Negara.Patmi disebut mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan dari kantor LBH Jakarta menuju rumah sakit di Jakarta Pusat.Patmi, salah seorang dari 50 warga Kendeng yang menyemen kaki di depan istana selama 8 hari. Warga Kendeng mendesak Presiden Jokowi segera mencabut izin lingkungan PT Semen Indonesia

Namun, aksi ini tak surut. Pada 13 April 2017 sebanyak 9 petani perempuan Kendeng kembali aksi protes pengecoran kaki didepan istana negara Jakarta.

Koalisi Kendeng Lestaridalam siaran persnya pada April lalu seperti dikutip dari web Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA),kpa.or.id menyebut kematian bu Patmi dalam aksi pasung semen jilid II merupakan preseden buruk bagi kebijakan pembangunan rezim pemerintahan yang sedang berjalan saat ini. Negara dinilai mengutamakan kepentingan investasi modal, namun disisi lain abai dalam melindungi hak-hak masyarakat terdampak. Bu Patmi gugur dalam perjuangannya mempertahankan pegunungan wilayah Kendeng agar tetap lestari dan terhindar dari pengerusakan pabrik semen.

Mahkamah Agung dalam putusan Peninjauan Kembali No. 99/PK/TUN/2016 telah memutuskan bahwa Kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih dimana PT. Semen Indonesia akan melakukan penambangan, merupakan Kawasan Bentang Alam Karst yang harus dilindungi. Putusan Mahkamah Agung itu berdasarkan Surat Badan Geologi Kementerian ESDM Nomor 3131/05/BGL/2014 tertanggal 1 Juli 2014, yang dalam pertimbangannya halaman 112 menyebutkan : “…Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) dalam Suratnya Kepada Gubernur Jawa Tengah (bukti P-32) menyampaikan pendapat untuk menjaga kelestarian akuifer CAT Watuputih agar tidak ada kegiatan penambangan..”

 

Sejumlah desain kaos kampanye dari cukil kayu yang bisa disablon di kaos yang dibawa sendiri dalam acara Kendeng Berdendang. Foto : Luh De Suriyani

 

Perdebatan tentang CAT Watuputih sebagai Kawasan Bentang Alam Karst dinilai telah selesai diperdebatkan yang dalam proses di pengadilan dengan merujuk dua hal. Pertama, pertanyaan tentang ada atau tidaknya Sungai Bawah Tanah telah disajikan melalui bukti-bukti oleh masing-masing pihak di Pengadilan. Mahkamah Agung dalam pertimbangannya halaman 113 menyebutkan “.. penambangan yang dilakukan sebagaimana tergambar dalam Amdal mengakibatkan runtuhnya dinding-dinding sungai bawah tanah..”

Kedua, Amdal PT. Semen Indonesia tahun 2012 pada BAB VI Halaman 28 mengakui adanya sungai bawah tanah di area tambang mereka.Selain itu, status CAT Watuputih adalah Kawasan Lindung Geologi berdasarkan fungsinya sebagai resapan air tanah sesuai dengan Perda Kabupaten Rembang No.14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 2011-2031 Pasal 19/a.

CAT Watuputih juga telah ditetapkan oleh Presiden sebagai salah satu Cekungan Air Tanah (CAT) dengan luas 31 Km2 berdasarkan Keputusan Presiden No. 26 Tahun 2011.

Dalam siaran pers ini juga dipaparkan data tekanan lingkungannya. Pulau Jawa memiliki luasan karst paling kecil, yaitu 529.290 hektar dari 15,4 juta hektar dari wilayah karst di Indonesia. Wilayah bentang alam karst memiliki fungsi hidrologi yang mengontrol sistem ekologi di dalam kawasan, permukaan bukit karst berperan sebagai penyimpan utama air. Artinya, jika merujuk pada luasan kawasan karst, selama ini Pulau Jawa telah mendapatkan beban sangat berat karena populasi terbesar tinggal di pulau Jawa.

Saat ini Pulau Jawa dalam tekanan dan ancaman bencana luar biasa. Semua provinsi di Pulau Jawa mempunyai indeks rawan bencana banjir, longsor, dan kekeringan yang tinggi. Sekitar 80 persen kabupaten/kota mempunyai risiko banjir tinggi dan 93 persen mempunyai risiko kekeringan yang juga tinggi. Kondisi hutan di Pulau Jawa berada pada titik kritis perlu mendapat perhatian serius. Luas tutupan hutan Jawa juga semakin berkurang. Pada tahun 2000 luas hutan Jawa masih 2,2 juta hektar, merosot tinggal 800 ribu hektar pada 2009. Sebanyak 123 titik DAS dan sub-DAS di Pulau Jawa terganggu akibat degradasi dan deforestasi hutan.

Jika ini terus berlangsung, 10,7 juta hektar DAS dan sub-DAS di Pulau Jawa akan semakin terancam. Belum lagi tekanan dari maraknya pertambangan batu gamping dan pabrik semen terhadap kawasan karst, baik yang illegal maupun legal. Saat ini sudah ada 21 pabrik semen beroperasi di Jawa (Falah, 2016). Jumlah izin tambang di pulau Jawa kini mencapai 1.131 izin pertambangan yang berarti Bertambahnya tambang gamping dan pabrik semen akan memperburuk kualitas lingkungan di Pulau Jawa.

Bencana alam juga disebut mengintai pulau Jawa. Data Walhi (2015) menunjukan setidaknya ada 1.071 desa terkena bencana seperti banjir, tanah longsor dan rob di Jabar. Korban bencana ekologi terbesar di Jateng, 152 orang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat selama tahun 2016 terjadi 766 banjir, 612 longsor, 74 kombinasi banjir dan longsor, 178 kebakaran hutan dan lahan, 23 gelombang pasang dan abrasi dengan kejadian terbanyak di Jawa Tengah (334 kejadian). Lebih dari setengah kejadian bencana alam di daerah tersebut adalah banjir dan tanah longsor.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,