, ,

Losion Tubuh dari Lumpur Merauke

SENIN siang (6/8/12), Made Budi sedang melatih pemuda dari Kabupaten Yahukimo, Papua, mengolah biji cokelat menjadi cokelat kemasan. Tampak beberapa tamu datang mengamati mesin-mesin pengolahan.  Sesekali, mereka tampak berbincang-berbincang dengan Made.

Made Budi, Peneliti Biokimia dari Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua. Dia menyulap tanah lumpur menjadi handbody atau losion tubuh. Lumpur dipadukan dengan minyak kelapa lalu diproses menjadi body lotion. Sangat alami. Dia juga membuat bubuk kopi dan cokelat dan cokelat kemasan.

Made berhasil memproduksi beberapa botol handbody dari lumpur, akhir Juli 2012. Dia meneliti lumpur sejak 2011 di Merauke. Penelitian juga fokus minyak kelapa olahan alami masyarakat. “Minyak kelapa olahan masyarakat kurang memuaskan. Warna kecoklatan, tidak jernih. Tak bisa disimpan lama,  dan cepat menimbulkan bau tak sedap. Kurang menarik pembeli di pasaran,” katanya, Senin(6/8/12).

Melalui penelitian setahun ini, Made meminta warga menyumbang kelapa lalu dioalah. Hasilnya, jernih seperti air putih. Lalu, dia mulai berpikir memadukan minyak kelapa dengan lumpur. Dia berupaya mengembangkan ide ini.

Body lotion lumpur mulai dicoba. Pengelolaan sederhana. Lumpur diendapkan lebih dahulu dengan mesin filter. Sebelum itu, lumpur dari Merauke itu dimasukkan ke mesin absorbat. Mesin ini bernama efapurator. Semua mesin buatan Made sendiri. Setelah lumpur dipanaskan beberapa menit, minyak kelapa putih dimasukkan.

“Pemanasan minyak kelapa dan lumpur membutuhkan waktu satu jam. Pada saat pemanasan, minyak dan lumpur itu diputar dengan mesin.”

Dalam sehari, produksi lumpur dan minyak kelapa sekitar 20 liter. Dia belum memasarkan produk ini. Ke depan, dia berniat  mengolah lumpur itu menjadi sampo, sabun, pelembab muka, dan bahan dasar kosmetik lain. Dari penelitian Made, lumpur bisa diolah menjadi semen untuk membangun rumah.

Kopi dan Cokelat Kebun Rakyat

Made juga membuat kopi dan cokelat bubuk serta cokelat batang. Dalam sehari bisa menghasilkan 20-25 kilogram produk dalam kemasan siap dipasarkan.

Kopi didatangkan dari Wamena, daerah pegunungan Papua. Tinus Kogoya, warga sekaligus pemilik kebun kopi seluas 50 hektare di Yahukimo mengatakan, orang tahu daerah penyuplai kopi di Wamena. “Sebenarnya tak ada pohon kopi disana.”

Selama ini, daerah pegunungan yang menyuplai kopi ke Wamena yaitu Kabupaten Tolikara, Lani Jaya, Yahukimo, dan Pegunungan Bintang. “Daerah-daerah ini yang selalu kirim kopi ke Wamena baru disalur ke kota lain,” kata Tinus.  Ada satu perusahaan di Wamena membeli biji kopi warga. Harga sangat murah.

Made Budi dengan coklat batang hasil kebun rakyat Papua. Foto: Musa Abubar

Made sudah 25 tahun di Papua. Dia sudah meneliti cokelat di seluruh daerah ini. Jayapura, memiliki potensi cokelat cukup tinggi di beberapa kampung seperti Genyem, Ayapo, Koya, Ayapo dan Arso.

Warga di masing-masing tempat, tiap bulan menyuplai 200 kg cokelat. “Papua punya produksi cokelat sangat luar biasa. Aroma tajam dan alami,” kata Made. Potensi cokelat Papua cukup tinggi karena didukung ekologi dan cuaca serta belum terlalu banyak pupuk. Faktor ini, mendukung produksi dan aroma kopi yang khas.

Made tak berniat membuka usaha besar. Dia ingin masyarakat Papua dilatih agar dapat mengolah kopi dan cokelat.  Madepun berupaya sendiri tanpa bantuan pemerintah. Beberapa tamu pemerintah Jakarta dan luar negeri pernah berkunjung.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,