Konservasi Laut Berbasis Masyarakat Sukses di Taman Nasional Karimun Jawa

Para nelayan di kepulauan Karimun Jawa kini bisa melakukan pengambilan ikan dengan lebih berkelanjutan setelah berhasil melakukan program pengelolaan dan sistem insentif untuk meningkatkan taraf hidup mereka sekaligus menjaga keberlangsungan alam sekitar.

Dalam lima tahun belakangan, bersama dengan para peneliti dari Wildlife Conservation Society dan University of Western Australia, para nelayan di Karimun Jawa di utara Pulau Jawa ini mengembangkan sebuah model kerjasama yang meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan Taman Nasional Karimun Jawa sekaligus menyediakan insentif ekonomi dari pengembangan ekoturisme dan pengembangan bisnis lokal untuk mengurangi resiko dan tekanan dari aktivitas mencari ikan.

Hasil studi ini dimuat dalam jurnal Marine Policy bulan Februari 2013. Para penulis terdiri dari Stuart J. Campbell, Tasrif Kartawijaya, Irfan Yulianto dan Rian Prasetia dari Wildlife Conservation Society, serta Julian Clifton dari University of Western Australia.

“Keterlibatan masyarakat dala pengelolaan perikanan di Karimun Jawa telah memberikan dampak yang siginifikan terhadap keberlangsungan berbagai sumberdaya di wilayah ini,” ungkap Dr. Stuart Campbell, penulis utama laporan ini. “Salah satu hasil nyata adalah meningkatnya stabilitas biomassa terumbu karang sejak peraturan zona diberlakukan disini. Hal lain yang juga penting adalah meningkatnya kondisi sosial ekonomi dan daya tawar masyarakat secara politis, mereka adalah kunci dalam pengembangan pengembangan keberlanjutan alam di wilayah ini.”

Taman Nasional Karimun Jawa memliki luas sekitar 1100 kilometer persegi dan terdiri dari 27 pulau besar dan kecil serta didiami oleh sekitar 9000 orang. Kawasan perlindungan ini adalah salah satu kawasan konservasi laut pertama di Indonesia yang dinilai memiliki keragaman hayati yang luar biasa di Indonesia. Sistem terumbu pesisir memberikan perlindungan bagi berbagai jenis ikan yang ada di wilayah ini, sekaligus menjadi sebuah upaya konservasi jangka panjang untuk menjaga berbagai spesies yang ada di kawasan ini. Wilayah Karimun Jawa adalah wilayah yang penting untuk penyu laut dan burung-burung laut berkembang biak.

Sejak tahun 2006 silam, WCS menemukan bahwa kawasan Karimun Jawa dan sumber daya alam mereka tengah terancam akibat pengambilan ikan secara berlebihan, ditambah lagi kondisi terumbu karang dan biomassa ikan yang buruk akibat aktivitas tersebut.

Sejak saat itu otoritas Taman Nasional Karimun Jawa meningkatkan partidipasi masyarakat dalam manajemen dan pengelolaan sumber daya alam kepulauan ini. Desa-desa di kawasan ini kini memiliki lembaga khusus untuk mengatasi masalah diantara para pihak. Insentif diberikan bagi komunitas warga yang mempromosikan dan mendukung peraturan pengambilan ikan serta pembatasan penggunaan alat yang ditentukan sendiri oleh warga masyarakat.

Insentif ekonomi ini telah menurunkan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam di Taman Nasional Karimun Jawa , upaya ini sekaligus menurunkan tingkat kerusakan akibat pengambilan ikan yang menggunakan cara-cara berbahaya. Dan hal terpenting adalah otoritas taman nasional dan warga bekerja berdampingan untuk menentukan regulasi dan mengawasi berjalannya peraturan tersebut.

“Manajemen kemitraan ini adalah sebuah model yang sempurna baik untuk konservasi kaluatan dan pemberdayaan masyarakat lokal,” ungkap Dr Caleb McClennen, Direktur WCS Marine Program.

Stuart J. Campbell, Tasrif Kartawijaya, Irfan Yulianto, Rian Prasetia, Julian Clifton. Co-management approaches and incentives improve management effectiveness in the Karimunjawa National Park, Indonesia. Marine Policy, 2013; DOI: 10.1016/j.marpol.2012.12.022

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,