Terus Tebangi Hutan Alam, APRIL Terancam Didepak dari WBCSD

Salah satu produsen raksasa pulp and paper Indonesia, Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) terancam dikeluarkan dari keanggotaan World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), atau Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan yaitu sebuah organisasi yang beranggotakan 200 perusahaan besar di seluruh dunia yang membuat komitmen bisnis ramah lingkungan dan berkelanjutan, jika mereka gagal menghentikan penebangan hutan alam dan lahan gambut di Sumatera, seperti dilaporkan oleh Greenpeace.

Menurut surat resmi yang dilayangkan oleh WBCSD, APRIL dimasukkan ke dalam masa “formal probation” atau masa percobaan untuk menyesuaikan manajemen kehutanan dan praktek produksi serat pulp mereka agar sesuai dengan nilai-nilai, tujuan dan prinsip yang dianut oleh organisasi WBCSD. APRIL memiliki waktu 12 bulan untuk  memperbaiki praktek produksi mereka agar sesuai dengan standar ramah lingkungan yang ditetapkan, atau mereka akan dikeluarkan dari WBCSD.

WBCSD juga meminta APRIL untuk mempertimbangkan pemindahan keanggitaan kepada perusahaan induk mereka, Royal Golden Eagle (RGE Group) meliputi seluruh unit operasi mereka; termasuk kemungkinan operasi industri RGE lainnya dengan prinsip-prinsip keanggotaan FSG. Sebuah langkah yang mungkin akan efektif untuk membuat perusahaan penebangan dan perusahaan kelapa sawit yang bernaung dalam grup APRIL untuk menyesuaikan standar ramah lingkungan yang ditetapkan.

Salah satu kanal untuk perkebunan milik APRIL di Semenanjung Kampar di Riau. Foto: Eyes on the Forest
Salah satu kanal untuk perkebunan milik APRIL di Semenanjung Kampar di Riau. Foto: Eyes on the Forest

Greenpeace sendiri yang meminta WBCSD untuk mengambil langkah tegas sejak lama menyambut baik keputusan yang ditetapkan ini. “Jika sebuah organisasi yang dipimpin oleh sejumlah petinggi perusahaan-perusahaan raksasa di dunia yang melakukan ancaman untuk mengeluarkan perusahaan anda dari organisasi tersebut, maka mungkin APRIL akan mau mendengar,” ungkap Phil Aikman, Juru Kampanye Senior di Greenpeace. “Ini saatnya bagi APRIL untuk menganggap serius ancaman ini dan mengimplementasikan moratorium sesegera mungkin dalam semua aktivitas penebangan mereka. Jika perusahaan seperti APP bisa, lalu mengapa APRIL tidak?”

Data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Kehutanan RI mengindikasikan bahwa sekitar 60% dari kayu yang digunakan oleh APRIL dalam pabrik pengolahan mereka berasal dari hutan alam. Perusahaan ini kini menjadi salah satu penyebab deforestasi terbesar di dunia.

Para aktivis lingkungan sudah melakukan sejumlah kampanye untuk mengubah pola produksi APRIL setelah kompetitor mereka, Asia Pulp & Paper (APP) meluncurkan Kebijakan Konservasi Hutan pada bulan Februari 2012 silam, sementara APRIL hingga kini masih tidak memiliki komitmen serupa.

“Mengingat ketergantungan APRIL terhadap hutan alam dalam produksi mereka saat ini, Greenpeace sangat prihatin tentang komitmen APRIL akan nol deforestasi mereka dan segala ambisi yang ada karena mereka akan tergantung sepenuhnya pada serat fiber dari hutan alam,” ungkap Aikman lebih lanjut. “Greenpeace akan terus mengungkap aktivitas APRIL dan RGE dalam perusakan hutan yang dilakukan oleh perusahaan ini.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,