, ,

Abrasi Hingga Lahan Tambak, Ancaman Konservasi Penyu di Bantul

Tatapan Rujito mengarah pada reruntuhan bangunan rumah yang satu tahun lalu masih ia tampati. Namun tahun ini, rumah tersebut hancur terterjang ombak, akibat abrasi pantai. Tidak hanya rumah Rujito yang hancur, lebih dari dua puluh rumah ikut hancur, termasuk kolam konservasi Penyu yang dibangun oleh Forum Konservasi Penyu Bantul (FKPB).

“Abrasi membuat rumah kami hilang, termasuk kolam konservasi penyu. Belum ada bantuan dari pemerintah untuk rumah-rumah kami yang terkena bencana, termasuk untuk pembangunan kembali kolam konservasi Penyu,” kata Rujito.

Rujito menceritakan, kesadaran warga untuk menyelamatkan Penyu terbentuk sekitar tahun 2006 lalu. Sebelumnya warga pesisir menjadikan Penyu untuk kebutuhan konsumsi dan diperdagangkan. Mulai dari telur, daging dan karakas (cangkang). Warga bahkan dapat membaca situasi alam kapan Penyu akan naik untuk bertelur.

“Biasanya angin itu cukup tenang, ombak juga terdengar tidak begitu kuat dan tercium bau sedikit amis. Sedangkan di darat, suara burung dan anjing jadi pertanda juga,” tambah Rujito.

Komunitas Earth Hour Jogja dan ReIspirasi melepasliarkan Tukik di Pantai Samas, Bantul,  agar kelestarian Penyu terus terjaga. Foto : Tommy Apriando
Komunitas Earth Hour Jogja dan ReIspirasi melepasliarkan Tukik di Pantai Samas, Bantul, agar kelestarian Penyu terus terjaga. Foto : Tommy Apriando

Waktu menunjukkan pukul 16.57 WIB, berkisar tiga puluh anggota Earth hour Jogja bersama komunitas pecinta Penyu Reispirasi, Pak Rujito dari Forum Konservasi Penyu Bantul (FKPB), Arif Purnowo mewakili Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bantul dan warga lainnya berkumpul di pesisir Pantai Samas, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 19 Juli 2014. Mereka tidak sedang berlibur, namun Earth Hour Jogja memberikan donasi untuk pembangunan kolam konservasi Penyu dan dilanjutkan pelepasliaran tiga puluk ekor Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) kehabitatnya.

“Tahun lalu kami melakukan kegiatan pelepasliaran Penyu. Namun saat ini kami juga ingin mendonasikan sejumlah bantuan dari donatur untuk pembangunan kolam konservasi penyu. Semoga bisa memberikan manfaat untuk kelestarian Penyu,” kata Felix Krisnugraha, mewakili Earth Hour Jogja dalam sambutannya.

Felix menambahkan mereka datang untuk langsung melepasliarkan penyu dan tukik (anak penyu) di lokasi. Sedangkan lewat donasi, publik yang tidak ikut langsung melepas penyu dan tukik, diajak untuk berpartisipasi dalam konservasi hewan laut itu. “Semoga dengan pelepasliaran ini populasi Penyu bisa tetap terjaga dan kita bersama bisa menjaga habitat penyu,” tambah Felix.

Pelepasliaran Tukik di Pantai Samas, Bantul untuk menjaga populasi Penyu agar tidak punah. Foto : Tommy Apriando
Pelepasliaran Tukik di Pantai Samas, Bantul untuk menjaga populasi Penyu agar tidak punah. Foto : Tommy Apriando

Sejak bulan Mei hingga Juli 2014 ini, Forum Konservasi Penyu Bantul sudah menemukan enam sarang telur penyu. Waktu rutin penyu mendarat untuk bertelur hingga bulan Agustus. Penyu yang biasa bertelur atau mendarat adalah Penyu Lekang, sedangkan Penyu Hijau, Penyu Belimbing jarang mendarat. Selain itu,  lebih dari lima ribu tukik yang dilepasliarkan di pesisir Pantai Samas.

“Kolam konservasi hanya sebagai tempat transit sementara Tukik sebelum dilepasliarkan. Penyu harus dikembalikan kehabitanya, karena populasinya terus terancam. Selain pelepasliaran, kami juga memberikan porsi untuk pendidikan, terutama penelitian,” ujar Rujito.

Sementara perwakilan BKSDA Bantul, Arif Purnowo mengatakan pihaknya telah memberikan dukungan kepada FKPB untuk konservasi Penyu sejak tahun 2000. Dukungan berupa dana untuk sarana dan prasarana maupun perijinan untuk kegiatan konservasi.

“Pelepasliaran ini adalah yang pertama setelah abrasi. 16 Juli 2014 kemarin Penyu menetas dan hari ini akan kita lepasliarkan,” kata Arif.

Berdasarkan keputusan menteri pertanian nomor 716/Kpts-Um/10/1980, Penyu Lekang berstatus dilindungi. Ancaman hidup Penyu saat ini diantaranya pencurian telur dan tertangkap baik sengaja dan tidak sengaja oleh jaring nelayan, kehilangan habitat atau perubahan fungsi habitat peneluran yang berubah, selain itu banyakanya kawasan pesisir yang telah berubah menjadi pemukiman atau fasilitas pariwisata dan reklamasi pantai. Adapun ukuran dewasa Penyu Lekang, untuk panjang karapas berkisar 62 sampai 70 cm dan berat penyu dewasa berkisar 35 kg hingga 45 kg.

Ancaman Abrasi Hingga Lahan Tambak

Abrasi pantai yang telah merusak puluhan rumah warga di pesisir Pantai Samas, Bantul dan kolam konservasi Penyu hanya satu dari faktor terancamnya kerusakan ekosistem pesisir. Lahan pertanian lahan pasir dan persawahan di pesisir Samas saat ini juga terancam dari rencana alih fungsi kawasan pesisir menjadi lahan tambak udang seluas kurang lebih 20 hektar. Selama ini sekitar seratus Kepala keluarga menggantungkan hidupnya pada pertanian lahan pasir dan sawah.

Rujito yang juga bertani dilahan pasir mengatakan, saat ini masyarakat terbelah antara yang mendukung dan menolak tambak. Banyak masyarakat yang belum paham dari dampak adanya tambak, pemerintahpun belum memberikan sosialisasi.

“Jika lahan yang digunakan untuk tambak adalah lahan yang tidak produktif untuk pertanian itu tidak masalah dan jangan dilahan produktif. Lakukan sosialisasi ke masyarakat yang pro dan menolak tambak, sehingga tahu dampak positif dan negatifnya.”

“Kami juga ingin tahu apakah lahan tambak akan berdampak pada pesisir pantai, karena pesisir pantai menjadi lokasi untuk Penyu mendarat dan bertelur. Jika tambak berdampak negatif terhadap konservasi penyu harusnya pemerintah melarang per-tambak-an,” kata Rujito.

Salah satu aksi protes warga memasang papan tuntutan menolak tambak udang di pesisir Pantai Samas, Bantul, Yogyakarta. Foto : Tommy Apriando
Salah satu aksi protes warga memasang papan tuntutan menolak tambak udang di pesisir Pantai Samas, Bantul, Yogyakarta. Foto : Tommy Apriando

Deni Widyanto dari komunitas Pecinta Penyu, Resspirasi Jogja kepada Mongabay mengatakan, selain tambak dan abrasi hingga saat ini masih ada perburuan karena ada rantai perdagangan telur Penyu yang menguntungkan. Mereka berharap masyarakat lebih peduli terhadap kelestarian penyu.

“Untuk pemerintah kami harap ada kerja nyata pengabdian untuk masyarakat dan kelestarian penyu, bukan sekedar proyek kerja berbasis wacana tanpa melakukan tindakan nyata,” tutup Deni.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,