,

Mongabay Travel: Mengejar Putri Dayang Merindu di Goa Putri. Cantikkah?

Menurut legenda masyarakat di Ogan Komiring Ulu (OKU), Sumsel, konon di jaman dahulu kala hiduplah seorang putri yang bernama Dayang Merindu, selir dari Prabu Amir Rasyid, penguasa Kerajaan Ogan.

Suatu pagi, dia mandi di muara Sungai Semuhun. Saat mandi, lewatlah seorang pengembara bernama Serunting Sakti atau Si Pahit Lidah. Serunting Sakti ingin sekali menyapa putri yang berparas cantik itu, tapi kehadirannya tidak diperhatikan Putri Dayang Merindu. Serunting Sakti gusar, dia pun berujar, “Sombong nian putri ini, diam seperti batu.” Belum kering ludahnya, Putri Dayang Merindu menjadi batu.

Serunting Sakti kemudian pergi ke desa tempat tinggal Putri Dayang Merindu dan keluarganya. Dilihatnya sepi, Serunting Sakti berujar, “Sepi desa ini seperti goa sepi.” Desa itu pun menjadi goa batu.

Begitulah secuil legenda keberadaan Goa Putri yang terletak di Desa Padangbindu.

***

Tertarik dengan legenda rakyat tersebut, saya pun memulai petualangan ke Goa Putri.  Padangbindu sendiri berjarak 280 kilometer dari Palembang dengan jarak tempuh sekitar tujuh jam, melewati kota Baturaja.

Sebelum masuk Goa Putri, saya membayangkan akan bertemu dengan wujud putri yang sudah menjadi batu. Saya pun terbayang wajah cantik dan keindahan tubuhnya.

Goa Putri merupakan goa terbesar dari lima goa yang ada di perbukitan karst Bukitbarisan di Desa Padangbindu. Kedalaman Goa Putri diperkirakan mencapai 150 meter, ketinggian sekitar 20 meter dan lebar 20-30 meter. Di Goa Putri ini terdapat goa lainnya, yakni Goa Penjagaan dan Goa Lumbung Padi.

Di goa ini mengalir Sungai Semuhun. Goa ini dipenuhi stalakmit– kerucut karang kapur yang muncul dari bawah—dan stalaktit—kerucut karang kapur yang muncul dari langit-langit goa, yang bentuknya cukup menarik.

Beberapa meter masuk Goa Putri, dapat dijumpai stalakmit yang menyerupai kembang. Jumlahnya sekitar empat buah. Lalu, belok ke kiri stalakmit yang berkumpul seperti panggung kecil disebut sebuah ruang tamu. Di samping ruang tamu ini terlihat aliran Sungai Semuhun seperti kolam, sehingga disebut kolam peliharaan pemimpin.

Tak jauh dari sana, ditemukan stalakmit seperti tungku masak, sehingga disebut dapur atau tempat memasak. Kesan dapur ini diperkuat susunan stalaktit yang memberikan kesan menjadi ruang pembatas.

Maju beberapa meter, kita dapat menemukan sebuah hamparan karst yang menyerupai panggung. Di belakangnya teruntai sejumlah stalaktit dari ukuran kecil dan besar. Lantaran mendapatkan penerangan lampu warna putih dan merah, panggung yang disebut warga setempat sebagai panggung tempat para putri menari, cukup menarik dinikmati.

Disisinya mengalir sungai Semuhun yang dipercaya sebagai tempat mandi para putri. Banyak pengunjung yang datang ke sini untuk mandi, dipercayai setelah mandi di sini apa yang menjadi keinginan akan terwujud. Tak heran di lokasi ini disediakan handuk dan kotak sumbangan bagi yang sudah mandi.

Di ujung Goa Putri, kita masuk ke Goa Penjagaan. Di sudut timur atas, terdapat sebuah lubang. Di sisi kiri lubang terdapat tonjolan batu karts menyerupai harimau. Kedua harimau itu disebut sebagai penjaga putri.

Menuju ke arah timur kita memasuki Goa Penjagaan. Goa ini naik sekitar 25 meter. Kondisi dalam goa tidak terlalu gelap dan tidak terlalu pengap karena adanya dua buah lubang tembus.

Saya kemudian ke arah samping atau timur dari Goa Putri. Setelah melalui jalan yang sempit di antara dua batu, saya masuk ke Goa Lumbung Padi. Meskipun celah sepanjang 45 centimeter itu sempit, tapi setiap orang dengan ukuran sebesar apa pun dapat melaluinya. “Saya belum pernah menemukan orang tidak dapat lewat, meskipun dia bertubuh gemuk,” kata Jafri, petugas di Goa Putri, sambil tersenyum.

Jafri (70) kemudian menjelaskan batu yang disebut sebagai Putri Dayang Merindu berada di muara Sungai Semuhun, yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari Goa Putri.

Saya pun bergegas ke sana. Dan, batu yang disebut sebagai Putri Kembang Dadar itu sama sekali tidak menampakan sebuah wujud manusia. Dia merupakan batu yang ditumbuhi lumut dan rumput. Batu ini berada di pinggir Sungai Ogan atau di muka muara Sungai Semuhun.

 

Stalakmit yang terbentuk yang disebut singgasana raja di pintu masuk Goa Lumbung Padi. Foto Taufik Wijaya
Stalakmit yang terbentuk yang disebut singgasana raja di pintu masuk Goa Lumbung Padi. Foto Taufik Wijaya

Potensi Wisata Budaya dan Kajian Arkeologi

Kristantina Indriastuti, arkeolog dari Balai Arkeolog (Balar) Palembang, menilai Goa Putri sangat berpotensi menjadi objek wisata arkeologis, selain keindahan batuan karstnya.

Berdasarkan penelitian Balar Palembang pada 2004, ditemukan banyak bukti arkeologis di Goa Penjagaan dan Lumbung Padi. Hasil temuan dari Goa Penjagaan berupa fragmen gerabah, baik polos maupun berhias, kemudian fragmen keramik, kulit kerang, fragmen fauna, biji kemiri, maupun beliung.

Goa Penjagaan dikatagorikan sebagai goa hunian yang layak dan ideal, yang digunakan sebagai tempat berlindung atau bermukim pada masa lalu.

Berdasarkan hasil penelitian, teras Goa Lumbung Padi pernah dihuni untuk beberapa periode waktu, mulai dari tingkatan budaya Paleolitik sampai ke masa Neolitik. Intensitas bermukim dicerminkan penguasaan teknologi yang berkembang saat itu sebagai upayanya dalam beradaptasi dengan lingkungan alam sekitarnya.

Alat-alat tersebut diantaranya fragmen gerabah, fragmen keramik, himpunan alat-alat batu yang  umumnya bahan baku dari chert, gamping kersikan, batu andesit, rijang, kalsedon yang berjumlah sekitar 300 buah, di antaranya berupa batu pukul, batu pelandas, kapak perimbas, kapak genggam, serpih, serpihan, serta ditemukan juga dalam jumlah yang cukup melimpah fragmen tulang hewan dan moluska yang sudah dipangkas ujungnya.

Melihat dari berbagai pertemuan tersebut, “Goa Putri secara fisik merupakan salah satu tempat yang sangat ideal sebagai tempat hunian manusia sejak masa prasejarah, seperti masa Paleolitik,” katanya.

Pendapat senada dikatakan Dr. Harry Truman Simanjuntak, Pengarah Ekskavasi Goa Harimau dari Pusat Arkeologi Nasional, pada 2011 lalu. Menurut dia, di lokasi tersebut dapat dibangun tracking yang menghubungkan Gua Putri dengan situs-situs lain, yakni Goa Harimau, Goa Selabe 1, Goa Akar dan Goa Karang Pelaluan.

Menurutnya, keempat goa lainnya selain memiliki keindahan stalakmit dan stalaktit, terowongan yang dalam, sungai bawah tanah, serta konservasi tinggalan prasejarah.

***

Meskipun saya tidak bertemu langsung dengan wujud Putri Dayang Merindu, kecantikan dan kemegahan Goa Putri, sungguh membuat saya merasa telah bertemu dengan sang putri sendiri.

Namun, ada satu hal yang menganggu saya dalam kunjungan ke situs goa ini.  Saya menemukan banyak sekali coretan di dinding goa yang dilakukan pengunjung, baik menggunakan pensil, spidol, maupun yang dipahat. Selain coretan, lingkungan goa tampak kotor oleh sampah makanan instan dan botol minuman.

Semoga kelestarian goa di Padangbindu akan tetap abadi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,