Komnas HAM Didesak Bentuk Tim Investigasi Kematian Petani Tebo Jambi

Seorang anggota Serikat Petani Tebo (SPT) Jambi, Indra Kailani (23) ditemukan tewas mengenaskan dengan tangan terikat dan badan penuh luka memar setelah 17 jam hilang pada Sabtu (28/2/15). Indra tewas setelah dikeroyok tujuh anggota keamanan PT Wira Karya Sakti, anak usaha Asia Pulp and Paper (APP), Jumat(27/2/15).

Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Abetnego Tarigan mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai langkah untuk menanggapi kasus tersebut, antara lain telah mendampingi keluarga korban untuk melaporkan kejadian tersebut kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Karena kasus ini tindak pidana, kita juga mendesak kepada Polri untuk mengungkap kasus ini. Kami juga telah mengirimkan surat kepada Komnas HAM untuk membentuk tim investigasi. Karena kasus ini tidak bisa dilihat sebagai kasus kriminal murni,” kata Abetnego yang dihubungi Mongabay pada Selasa (03/03/2015).

Dengan dibentuknya tim investigasi oleh Komnas HAM, lanjutnya, dapat memberikan rasa nyaman bagi keluarga korban dan masayrakat umum karena menandakan kasus tersebut mendapat perhatian dari lembaga nasional.

“(Dengan dibentuknya tim investigasi) juga untuk memperhatikan praktek pengamanan yang dilakukan oleh perusahaan. Karena kami telah lama menduga bahwa perusahaan memiliki pengamanan yang cukup masif, atau bahkan menggunakan pasukan keamanan reguler seperti polisi dan tentara. Ini memastikan agar situasi tidak kembali terjadi,” katanya.

Kasus kematian petani tersebut, lanjutnya, ada keterkaitan dengan peristiwa lainnya yang lebih luas, karena petani yang menjadi korban tersebut sedang bermasalah dengan PT WKS.  “Sejarah perusahaan ini,  di kawasan konsesi ini pernah ada yang meninggal tahun 2010 oleh aparat Brimob.  Sekarang oleh URC PT WKS, anak perusahaan APP,” lanjut Abetnego.

Oleh karena itu, aparat penegak hukum harus melihat bagaimana perusahaan tersebut menangani konflik, dan kenapa perusahaan harus membentuk unit reaksi cepat. “Biasanya kan emergency response untuk kebakaran. Kalau ada URC, berarti daerah  itu ada masalah,” katanya.

Pihak Kepolisian juga tidak hanya menyelidiki dan menangkap pelaku pembunuhan, tetapi juga harus melihat bagaiman rantai komando dalam penanganan konflik di perusahaan tersebut.

“Kita berharap ada evaluasi mendalam dari pemerintah terkait dengan konflik yang ada. Perlu penanganan secara komprehensif konflik yang berkaitan dengan tenurial karena efek samping banyak sekali. Ini bisa menjadi lingkaran setan, ketika masyarakat melakukan aksi balas dendam,” katanya.

Greenpeace Menarik Diri

Menanggapi kasus kematian petani tersebut, Greenpeace sangat terpukul dengan berita kematian brutal ini, dan mengutuk  tindakan kekerasan, serta turut bersama solidaritas masyarakat dan keluarga Indra di masa sulit ini.

“Mengingat betapa seriusnya kejadian ini, proses resolusi konflik harus diutamakan, tak hanya terkait kasus tersebut, tetapi juga di seluruh operasi APP guna memperoleh keadilan. Untuk sementara waktu, Greenpeace akan menarik diri dalam setiap keterlibatan dengan APP dan fokus untuk mendorong penyelesaian isu serius yang muncul dalam kasus ini,” kata Kepala Kampanye Greenpeace Global  Indonesia, Bustar Maitar.

“Setelah investigasi menyeluruh dan adil, baik langsung maupun tidak langsung, semua yang bertanggung jawab atas kematian Indra, termasuk anggota-anggota perusahaan sekuriti dan APP, harus bertanggung jawab dalam hukum apabila ditemukan terkait dengan kematian tragis ini,” lanjutnya.

Bustar  megnatakan APP harus segera mengambil langkah cepat untuk memastikan bahwa peristiwa tersebut diinvestigasi secara menyeluruh dan adil oleh pihak berwenang, dengan kerjasama penuh tanpa syarat dari perusahaan. APP juga harus mengadakan sebuah investigasi menyeluruh terhadap prosedur keamanan dan jasa keamanan dari pihak ketiga guna  memastikan peristiwa seperti ini tidak lagi terjadi. “Kami berharap perusahaan terbuka dalam mengatasi masalah ini,” tambahnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,