Beberapa petugas penyuluh pertanian berkumpul di halaman Januraga Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu. Mereka berkutat dengan jerami dan media plastik berbentuk persegi empat. Uniknya, yang sibuk mengatur media plastik tersebut berseragam polisi.
“Mereka adalah Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas),” ungkap Direktur Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Komisaris Besar Polisi Suhadi Suwondo. Bekerja sama dengan penyuluh dari Dinas Pertanian Kalimantan Barat, mereka tengah diajarkan cara mengembangbiakkan trichoderma sp.
Trichoderma adalah sejenis cendawan yang dapat menambah unsur hara tanah. Nantinya, cendawan ini akan berperan penting dalam pengolahan lahan tanpa bakar. Para Bhabinkamtibmas ini, kata Suhadi, diberdayakan untuk mengadopsi ilmu dari para penyuluh pertanian. Sebanyak 1.800 lebih anggota Bhabinkamtibmas di Kalimantan Barat ini, akan mengajarkan cara membuat trichoderma kepada para petani di penjuru Kalimantan Barat nantinya.
Upaya ini merupakan salah satu komitmen Polda Kalimantan Barat dalam menekan angka kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat. Suhadi bahkan menekankan agar seluruh Bhabinkamtibmas melaporkan kegiatan kejadian kebakaran hutan dan lahan, yang berada di wilayah kewenangannya. “Bahkan dilengkapi dengan foto. Syukurnya, saat ini komunikasi dimudahkan dengan teknologi,” tukasnya.
Kapolda Kalimantan Barat, Brigadir Jenderal Polisi Arief Sulistyanto, mengatakan, pemberdayaan Bhabinkamtibmas dalam penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan ternyata cukup efektif. “Buktinya, terjadi penurunan jumlah titik api yang cukup signifikan. Ini membuktikan, masalah asap ternyata bisa diantisipasi jika kita benar-benar bergerak.”
Secara terpisah, Plt Dinas Perkebunan dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat, Hazairin Haderi mengatakan, pembukaan lahan dengan cara membakar bertentangan dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Medote pembukaan lahan tanpa bakar ini, akan kita kembangkan ke seluruh Kalbar.
“Pelaksanaan pembukaan lahan tanpa bakar untuk pengembangan usaha perkebunan dan ladang, disesuaikan dengan kondisi vegetasi yang akan dibuka,” ujarnya.
Menurut Hazairin, selain berkembang biak secara alami di alam bebas, trichoderma dapat juga dibiakan secara buatan. Prosesnya melalui dua tahapan yaitu starter dan pembiakan pada media tanah.
Untuk starter, digunakan beras, sekam padi, dan biang Trichoderma Sp. Biang ini tersedia di Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Dinas Perkebunan dan bisa dikembangkan.
Sosialisasi
Hazairin mengatakan, penggunaan trichoderma di Kalimantan Barat sudah disosialisasikan sejak 2010. Namun, kegunaannya lebih pada pemupukan. Trichoderma sebagai pupuk alternatif pada tanaman padi, menjadi solusi untuk meningkatkan produksi padi Kalimantan Barat. “Uji cobanya di Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya,” ujarnya.
Sebagai perbandingan, hasil panen padi tanpa Trichoderma hanya sebanyak 2.729 kilogram per hektar. Dengan menggunakan Trichoderma cair hasilnya mencapai 3.591 Kilogram. Sedangkan menggunakan Trichoderma padat, panennya dapat mencapai 4.022 kilogram per hektar.
Untuk pembukaan lahan tanpa bakar, menurut Hazairin, trichoderma diperbanyak dengan sekam padi. Satu hektar padi yang menghasilkan 200 kilogram jerami dicampur trichoderma. Setelah dibiarkan dua minggu lalu ditebar ke lahan yang telah disiangi. “Biasanya, alasan masyarakat melakukan pembakaran lahan untuk menghilangkan keasaman tanah. Namun, dengan trichoderma, masalah ini bisa diatasi.”
Pada 4 Juni ini, Dinas Pertanian Kalimantan Barat dan Polda Kalbar akan membagikan secara gratis trichoderma kepala seluruh kepala desa. Terutama, daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan. “Saat ini tengah kita biakkan,” pungkas Hazairin.