Pelabuhan berskala internasional akan dibangun di empat kota yang posisinya strategis di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Pembangunan tersebut digagas Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Bidang Kelautan dan Perikanan bersama Komite Pembangunan Tiongkok.
Empat kota yang mendapat prioritas untuk menjadi lokasi pembangunan pelabuhan, adalah Sorong (Papua Barat), Bitung (Sulawesi Utara), Kendari (Sulawesi Tenggara), dan Morowali (Sulawesi Tengah). Pembangunan tersebut murni dilakukan antara pelaku usaha Indonesia dan Tiongkok (business to business).
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto mengatakan, pembangunan pelabuhan dan dermaga yang akan dilakukan sekarang, menjadi bagian dari komitmen KADIN untuk bersinergi dengan program Pemerintah saat ini yang fokus membangun Indonesia menjadi negara maritim yang kuat.
“Kita ingin terlibat dan menjadi bagian dari pembangunan poros maritim yang sekarang sedang dijalankan Presiden Jokowi. Karenanya, kita mengajak pengusaha Tiongkok untuk mewujudkan pembangunan pelabuhan,” ucap Yugi.
Tentang pemilihan kota-kota tersebut, dia mengungkapkan, karena pelabuhan yang saat ini ada di kota-kota tersebut kondisinya relatif masih kecil dan belum dikembangkan menjadi skala besar. Sementara, kalau memilih pelabuhan yang ada di Pulau Jawa atau Sumatera, kondisinya akan lebih sulit karena sudah terbangun dengan baik.
“Bukan berarti di Indonesia Timur dan Tengah belum terbangun dengan baik ya, saat ini dermaga dan pelabuhan yang ada sudah baik. Tetapi, memang potensi untuk dikembangkan dan ditingkatkan skalanya jauh lebih besar di Indonesia timur dan tengah,” tutur Yugi.
Untuk rencana awal, KADIN merencanakan pelabuhan yang akan dibangun di Bitung sebagai pelabuhan berskala paling besar dibandingkan dengan tiga kota lain yang juga akan dibangun pelabuhannya. Selanjutnya, pelabuhan tersebut ditargetkan menjadi hub utama di Indonesia Timur menuju Tiongkok dan sekitarnya.
Pelabuhan Sorong
Meski Bitung diproyeksikan menjadi yang terbesar, namun dari empat kota yang akan dikembangkan pelabuhan berskala internasional, Sorong menjadi yang pertama akan dibangun. Hal itu, karena pembangunannya saat ini sudah mendapatkan investor dari Tiongkok. Untuk pembangunan tersebut, Tiongkok menanamkan modal sebesar USD2 miliar.
Menurut Yugi, pembangunan Pelabuhan Sorong sudah memasuki tahapan kerja sama melalui penandatanganan MoU antara Indonesian Sorong Port dengan China North Bay Shatin Port yang dilaksanakan pada Selasa (17/11/2015).
Salah satu alasan masuknya investor Tiongkok ke Sorong, menurut Yugi, karena negara tersebut ingin berpartisipasi dalam pembangunan maritim dan tol laut yang sekarang sedang digenjot Pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo.
Sementara itu Presiden Direktur PT Galeri Indonesia Pratama, salah satu mitra lokal yang ikut terlibat dalam pembangunan Pelabuhan Sorong, menjelaskan bahwa pembangunan tersebut mencakup juga kawasan industri yang menjadi pelengkap di dalamnya. Untuk di Sorong, pembangunan proyek tersebut diperkirakan perlu waktu minimal dua tahun.
“Pembangunannya sebentar, tapi perizinannya yang lama bisa sampai setahun. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa dibangun di Sorong,” ungkap George.
Secara teknis, menurut dia, pembangunan di Sorong diharapkan bisa menjadi paramater pembangunan pelabuhan berskala internasional seperti yang sudah ada di Tiongkok. Dimana, pelabuhan internasional selalu mengedepankan pelayanan dan kecepatan, dan itu belum ditemukan di pelabuhan yang ada di Indonesia saat ini.
“Ide awalnya kan saat kita datang ke Tiongkok dan menyaksikan betapa cepatnya pelayanan bongkar muat kapal di pelabuhan. Disana hanya butuh waktu 3 sampai 5 jam saja untuk pemeriksaan dokumen, sementara disini itu butuh waktu hingga berhari-hari,” jelas dia.
Data Pemerintah
Sebagaimana diketahui, biaya logistik di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan dengan negara lain. Biaya logistik di Indonesia yang mencapai 26,4% dari PDB dinilai lebih tinggi dibandingkan dengna negara lain seperti Malaysia yang hanya 15%, Korea Selatan 16,3%, Jepang 10,6%, dan Amerika Serikat 9,9%. Bahkan, rerata negara di Eropa berkisar antara 8 hingga 11 persen.
Tidak hanya itu, KADIN Indonesia mencatat, berdasar data Bank Dunia yang dipublikasikan pada 2012, Logistic Performance Index (LPI) menempatkan Indonesia lebih rendah dari Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam.