, ,

Ribuan Warga Lombok Protes Rencana Pengerukan Pasir Laut buat Reklamasi Teluk Benoa

Aparat kembali melakukan kekerasan menyikapi aksi warga penolak rencana tambang pasir laut, dengan lemparan batu dan gas air mata hingga menyebabkan beberapa bayi sakit dan orang dewasa luka-luka sampai pingsan.

Pada Rabu (27/1/16), ribuan warga dari Desa Labuan Haji, Tanjung Luar, Meringkik, Ketapang Raya, Surya Wangi dan Kerta Sari mendatangai Gedung DPRD dan Kantor Bupati Lombok Timur. Mereka protes rencana pengerukan pasir laut oleh PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) untuk reklamasi Teluk Benoa, Bali.

Aksi warga ini tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) Lombok Timur, antara lain, Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) NTB, Front Mahasiswa Nasional (FMN) Lombok Timur, Walhi NTB, LPSDN, OSD dan Pilar Seni.

Kala aksi di Gedung DPRD, sempat diwarnai tindakan aparat kepolisian yang melemparkan batu dan menyemburkan gas air mata. Jhony Suryadi, Divisi Kampanye Walhi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengatakan, polisi memprovokasi dengan melempar batu dan menembakkan gas air mata kepada massa. Tak pelak, lima bayi ikut aksi ibu, sakit, tiga orang luka lemparan batu dan dirawat di rumah sakit, serta empat pingsan karena gas air mata.

“Kami menuntut Kapolres Lombok Timur dan Kapolda NTB segera mengusut tuntas oknum aparat kepolisian yang represif dan memberi sanksi tegas,” katanya dalam keterangan yang dikirim kepada media.

Setelah di DPRD mereka aksi ke Kantor Bupati Lombok Timur. Dia menyayangkan, Humas Pemkab Lombok Timur berdalih tak mengetahui banyak rencana tambang pasir laut hingga belum bisa berbuat banyak. “Ini cukup aneh. Semestinya pemkab mengetahui rencana ini.”

Meskipun begitu, katanya, masyarakat tetap menolak dan tak membiarkan pasir laut terkeruk hingga merusak wilayah tangkap nelayan dan sumber kehidupan masyarakat.

Kalau penambangan pasir di Selat Alas, terjadi, mengancam kelangsungan hidup 16.437 keluarga nelayan.

Warga yang dilarikan ke RS. Foto: Walhi NTB
Warga yang dilarikan ke RS. Foto: Walhi NTB

Kurniawan Sabar, Manajer Kampanye Walhi Nasional mendesak, Pemkab Lombok Timur, Gubernur NTB, Kapolres Lombok Timur dan Kapolda NTB segera menghentikan rencana tambang pasir laut di Lombok Timur. “Juga mengusut dan menjatuhkan sanksi oknum kepolisian yang represif, dan menanggung perawatan masyarakat yang jadi korban,” katanya.

Walhi, katanya, mendukung penuh perjuangan masyarakat Lombok Timur dan berbagai daerah guna mempertahankan hak dan memastikan keberlanjutan lingkungan hidup.

Penolakan reklamasi Teluk Benoa, datang dari berbagai kalangan dan berbagai daerah. Dari tempat rencana reklamasi di Bali, lokasi pengambilan urukan pasir reklamasi di Lombok, sampai daerah-daerah lain yang bersolidaritas seperti Jakarta, Yogyakarta dan banyak lagi. Kini, pemerintah mulai membahas analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dari proyek ini. Rapat teknis sudah dilakukan di Jakarta, dilanjutkan rapat Komisi Amdal di Bali, Jumat (29/1/16).

Peta perbandingan antara kedua Perpres yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sebelum masa kepemimpinan berakhir, yang memberikan lampu hijau reklamasi Teluk Benoa. Sumber: ForBali

Penolakan musisi

Bulan lalu, konser dua band dari Bali di Yogyakarta, juga menyuarakan hal serupa. Berlokasi di Taman Pancasila, Univesitas Negeri Yogyakarta (UNY) dua band asal Pulau Bali: The Bullhead (TBH) dan Suitcase For Kennedy (SFK) menyuarakan ancaman perusakan alam di Bali. Mereka juga menyuarakan “Jogja Ora Didol” (Jogja tidak dijual) karena persoalan marak kerakusan pengusaha dan penguasaha merusak alam atas nama pembangunan.

Penampilan mereka di Jogja merupakan lokasi keempat dalam rangkaian tour di Jawa bertemakan Hantarapi.

Vokalis dari Band TBH, Ida Bagus Gede Naradivta, akrab dipanggil Copok menerangkan, sesuai makna kata Hantarapi berarti menggelorakan semangat perlawanan. Tur di lima kota ini TBH dan SFK menggelorakan semangat perlawanan terhadap rencana reklamasi berkedok revitalisasi di Teluk Benoa dan isu lokal lain.

“Kami disini memiliki visi misi sama. Ini semua untuk menyuarakan suara rakyat dan alam demi kebaikan negeri,” kata Arsa Akcaya, Ketua Panitia bertajuk “Berbagi Tak Pernah Rugi” oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY ini.

Dodo Putra Bangsa, aktivis Warga Berdaya menyatakan, atas nama pariwisata, dan musuh sama yaitu investor rakus yang kongkalikong dengan penguasa.

“Pembangunan hotel dan mal makin marak beberapa tahun terakhir di Yogyakarta, membawa dampak buruk bagi lingkungan. Saya mengajak masyarakat dan kaum muda bersama-sama memperjuangkan kepentingan rakyat yang kehilangan air.”

Senada dengan itu, Yohannes Christopher Siahaan, vokalis Broken Rose mengatakan, semoga tur ini menginspirasi band–band lain ikut melawan investor rakus yang merugikan rakyat.

Perbandingan Perubahan Perpres Serbagita

Aksi ribuan warga mebolak rencana penambangan pasir di laut Lombok.  untuk reklamasi Teluk Benoa, Bali. Foto: Walhi NTB
Aksi ribuan warga menolak rencana penambangan pasir di laut Lombok untuk reklamasi Teluk Benoa, Bali. Foto: Walhi NTB
Sumber: presentasi perusahaan
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,