Sungai yang airnya mendidih itu memang ada. Letaknya nun jauh di pedalaman hutan Amazon yang berada di wilayah Peru.
Berawal dari cerita masyarakat setempat, Adres Ruzo, ahli geofisika yang juga mahasiswa PhD di Southern Methodist University, bergerak cepat untuk membuktikan kebenaran informasi tersebut.
Hasilnya? Sebagaimana dilansir dari Tech Insider, Ruzo membuktikan kebenaran akan sungai mendidih tersebut. Tidak hanya menemukan lokasi sungai, ia juga mengukur suhunya yang mencapai 200 derajat Fahrenheit atau setara 93 derajat Celcius.
“Rasanya seperti dalam oven pemanggang roti,” tutur Ruzo saat duduk di tepian sungai tersebut, sebagaimana yang ia tuliskan dalam bukunya “The Boiling River: Advanture and Discovery the Amazon.”


Sungai bertemperatur panas ini berada di hutan Mayantuyacu yang terletak di Amazon wilayah tengah Peru. Dari timur Kota Pucallpa, sekitar empat jam menuju sungai ini yang ditempuh dengan menggunakan mobil, dilanjutkan dengan perahu motor, lalu berjalan kaki. Sungai ini membentang sepanjang empat mil dengan kedalaman enam kaki dan lebarnya 80 kaki.
Menurut Ruzo, air sungai ini mulai terasa menyengat kulit saat berada di temperatur 117 derajat Fahrenheit. “Mencelupkan tangan dalam waktu setengah detik, akan memberikanku luka bakar serius. Bila terjatuh, pastinya melepuhkan kulit dan akan membunuhku,” tuturnya.



Sungai mendidih memang ada di dunia, yang biasanya berdempet pada gunung berapi aktif atau sistem magma yang ada, sebagaimana kolam mendidih yang berada di Yellowstone National Park.
Akan tetapi, sungai mendidih di Mayantuyacu yang letaknya 400 mil dari gunung berapi terdekat atau 643 kilometer adalah hal yang tidak lazim. Kemisteriusan air mendidih ini pula yang dianggap warga memiliki energi penyembuhan untuk pengobatan tradisional.

Belum ada penelitian intensif mengapa sungai ini begitu panas. Satu hipotesis awal menyatakan bahwa ratusan tahun lalu diduga ada ledakan ladang minyak dekat wilayah tersebut. Namun, hipotesis yang diberikan Ruzo lebih ilmiah dan meyakinkan. “Air panas bumi ini mengalir dari zona sesar, yaitu retakan bumi, yang menyebabkan suhu dan vulume airnya memanas.”