Apakah pembaca masih ingat tentang orangutan albino di Kalimantan Tengah yang sebelumnya pernah diberitakan oleh Mongabay? Saat ini, orangutan albino, yang kemudian diberi nama Alba, semakin baik kondisinya di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng. Meski tidak mampu melihat jauh, Alba menggunakan kemampuan indranya yang lain.
Albinisme atau lahir tanpa pigmen melanin membuat Alba si orangutan menjadi primata yang sangat istimewa. Namun hal itu juga membawa kekurangan, yakni kurangnya kemampuan untuk melihat pada siang hari.
Tidak adanya pigmen melanin pada mata Alba membuat penglihatannya tidak normal ketika terkena sinar ultraviolet. Berdasarkan observasi tim Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Nyaru Menteng, jarak pandang maksimal Alba hanya berkisar 5 meter.
“Untuk melihat benda yang agak jauh, lebih dari 5 meter, matanya kurang awas,” jelas Kordinator Komunikasi dan Pendidikan BOSF Nyaru Menteng, Monterado ‘Agung’ Friedman di Palangka Raya, Sabtu (17/6/2017).
Baca juga: Orangutan Berwarna Putih Ini Ditemukan di Kalteng
Namun kekurangan yang dialaminya, tidak membuat Alba kurang aktif dalam menjalani kehidupannya. Dia mengatasi itu dengan memaksimalkan kemampuan mendengar dan mencium bau guna mengetahui bahaya.
Hal ini terlihat saat pelatih orangutan di Nyaru Menteng mencoba mendekatinya. Alba akan mengambil posisi diam sementara hidungnya mengendus bau dan telinganya dikonsentrasikan untuk mendengar suara yang timbul akibat gerakan.
Setelah dapat memprediksi apa yang mencoba mendekatinya, Alba baru akan mengambil sikap. Meski tidak semaksimal kemampuan mata, namun yang dia lakukan adalah upaya untuk bisa bertahan hidup kelak di hutan.
Selama berada di fasilitas BOSF Nyaru Menteng di Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya, Alba menunjukkan peningkatan yang signifikan. Saat dia disita pada 30 April 2017, berat badannya 8,7 kilogram dan kini berat badannya naik menjadi 15,57 kilogram.
Selain itu kini lebih mampu beradaptasi dengan cahaya. Hal itu terlihat dari kurangnya iritasi pada kulitnya seperti sebelumnya, meski seharian berada di bawah sinar matahari.
“Lebih mampu beradaptasi dengan matahari, mata jarang berair dan lebih suka jalan-jalan di luar (tempat terbuka). Tambah gendut dan gerakan makin lincah,” tutur Agung lebih jauh mengenai Alba.
Lebih jauh dijelaskan Agung, hasil test menunjukkan bahwa Alba bebas dari Hepatitis A, B dan C. Kemudian jantung dan paru-parunya berfungsi dengan normal.
Alba belum akan dilepasliarkan karena hasil uji laboratorium dari sampel darahnya belum keluar. Namun cepat atau lambat, janji Agung, Alba pasti akan dipulangkan ke tempat seharusnya dia hidup yakni hutan.
Alba sebagai orangutan dengan fisik berwarna putih, dianggap memiliki keistimewaan.
Damang atau Kepala Adat Pahandut, Marcos S Tuwan, menyebut di tengah-tengah masyarakat hidup kepercayaan bahwa memelihara satwa albinisme dapat membawa keberuntungan, kesehatan dan rezeki. “Dalam suku dayak tidak ada, tapi kepercayaan seperti itu hidup di tengah-tengah masyarakat,” tuturnya.
Sehingga dengan demikian, keamanan Alba menjadi perlu ekstra perhatian. Hal itu tentu saja memberikan tantangan tersendiri bagi BOSF untuk memikirkan secara matang dimana nantinya Alba dilepasliarkan.
video courtesy: BOSF
“Kami tidak bisa begitu saja menempatkannya di hutan atau di suaka, tanpa mempertimbangkan semua kemungkinan terlebih dulu. Kesejahteraan dan keamanan merupakan prioritas dalam pengambilan keputusan mengenai masa depannya,” jawab CEO BOSF Jamartin Sihite terkait hal itu.
Alba diselamatkan Polsek Kapuas Hulu, BKSDA bersama BOSF dari warga Desa Tenggirang Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Alba ditangkap warga setelah keluar dari hutan dan diserahkan ke aparat pada 29 April 2017.