Pecinta Satwa Ajak Pebisnis Kuliner Tak Pasok Ayam Petelur dari Kandang Baterai

 

 

Kali pertama, Animal Friends Jogja (AFJ) menginisiasi program kesejahteraan hewan ternak ayam petelur, dengan mengajak pebisnis kuliner di Yogyakarta, tak membeli ayam dengan sistem kandang baterai.

Angelina Pane ,Manajer Program AFJ mengatakan, inisiasi kegiatan ini diharapkan meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan ayam petelur.

“Kami ingin mengajak bisnis-bisnis kuliner di Indonesia berkomitmen beralih pakai telur bebas kandang baterai,” katanya, minggu lalu.

Dia ingin ayam petelur sejahtera. Ayam, katanya, tak hanya terpenuhi kebutuhan pakan tetapi punya kebebasan berperilaku alamiah seperti bersarang, bersembunyi saat bertelur, berjalan-jalan, dan bertengger mencengkeram pijakan saat beristirahat.

“Juga habiskan 50% waktu sehari menggaruk-garuk cari makanan, meregangkan sayap, dan mandi debu dua hari sekali untuk menjaga kondisi bulu tetap baik,” katanya.

Umumnya, ayam kampung (buras) petelur dan pedaging di peternakan tradisional, di Indonesia,  kebanyakan masih mendapat hak kebahagiaan.

Tak dengan ayam ras di peternakan modern dan komersil, terutama petelur yang diternakkan dengan sistem kandang baterai.

Sistem ini, katanya, sangat kejam, di mana ayam-ayam petelur dikurung dalam sekat-sekat kandang bambu atau kawat sempit sepanjang hidup untuk hasilkan telur.

“Ayam-ayam di kandang baterai sama sekali tak dapat mengekspresikan perilaku alamiah. Ini siksaan.”

Sejak 2015, AFJ mulai observasi perilaku produsen bahan pangan hewani. AFJ yakin masyarakat Indonesia perlu informasi mengenai bahan makanan yang mereka konsumsi, mulai asal, sampai proses produksi.

Konsumen cerdas, katanya,  selalu ingin tahu informasi detil makanan yang mereka konsumsi, proses produksi, label dan daftar bahan serta ulasan di media mengenai keamanan makanan dan sistem produksi.

“Bermula dari kepedulian kesehatan, makin banyak konsumen menyadari isu isu kesejahteraan satwa dan keberlanjutan lingkungan terkait makanan penting diperhatikan,” katanya.

Pada peluncuran program ini, AFJ menganugerahkan penghargaan perdana kepada Perkumpulan Milas Indonesia terutama Dapur Vegetarian Milas yang berkomitmen meningkatkan kesejahteraan ayam petelur dan menghentikan kekejaman kandang baterai dengan pakai telur ayam bebas kandang.

Kepala Dapur Vegetarian Milas Nur Zaina Afiati mengatakan, komitmen mereka sejalan tujuan dan upaya Milas menghadirkan menu makanan sehat. Mereka juga semaksimal mungkin pakai produk-produk lokal, alami dan bertanggungjawab.

 

Ayam petelur sistem kandang baterai. Foto: Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia

 

 

 

Mengapa ayam petelur?

Dari data AFJ,  produk-produk ternak, produksi telur komersial global menjadi trend-setter pemecah rekor. Setiap tahun diperkirakan produksi telur 10 negara penghasil dan pemasok telur terbesar di dunia 45,518 triliun kilogram.

Tren terkini produksi telur menunjukkan, negara berkembang, termasuk Indonesia jadi penghasil terbesar. Dari 10 negara penghasil telur terbesar di dunia, Indonesia peringkat ke tujuh dengan produksi 1,22 triliun kilogram per tahun.

Dari data statistik Kemeterian Pertanian 2015, populasi ayam petelur di 34 provinsi di Indonesia 151.419.000 ekor, pertumbuhan populasi dari 2014 sebesar 3,42 %. Mayoritas dari ratusan juta ayam petelur di Indonesia dipelihara di kandang baterai yang sempit demi intensifikasi produksi.

“Kondisi hewan ternak erat kaitan dengan kesehatan manusia, pencemaran lingkungan, dan seringkali melibatkan tindak kekejaman terhadap hewan,” ucap Ina.

Para advokat perlindungan satwa menyadari kategori terbesar dari satwa hewan ternak, seperti ayam. Secara global, manusia menternakkan 77 miliar hewan darat dimanfaatkan telur, daging dan susu seringkali dalam kondisi tak manusiawi dan tak perhatikan kesejahteraan mereka, serta 67 miliar di antaranya ayam.

AFJ, mengajak kesadaran masyarakat sebagai konsumen dan produsen, bahwa jadi keuntungan semua pihak ketika beralih ke sistem lebih ramah satwa seperti non-kandang baterai (bebas kandang) untuk ayam petelur.

“Hasil investigasi AFJ, justru peternak skala kecillah yang mempraktikkan sistem peternakan lebih ramah hewan dan lingkungan,” katanya.
 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,