Merdeka! Pada 17 Agustus, negeri ini merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-72. Beragam cara warga mengekspresikan peringatan hari bersejarah ini. Dari upacara bendera, sampai beragam kegiatan atau aksi dilakukan.
Salah satu, Melanie Subono, artis sekaligus pegiat lingkungan ini merayakan HUT Indonesia dengan mengeluarkan petisi “Merdeka besama Asap”di change.org, ditujukan pada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
”Simpel permintaan kita, pemerintah berani menindak tegas pelaku pembakaran, mencabut izin, bukan belaga (pencitraan, red) cabut besok kasih izin lagi,” katanya kepada Mongabay.
Pada kebakaran besar 2015, dia menunggu selama satu tahun janji umumkan kepada publik perusahaan yang membakar lahan. Kenyataan, hingga kini tak pernah membuka daftar itu.
Indonesia berulang tahun ke-72, Melanie mengajak masyarakat mengucapkan Selamat Ulang Tahun Asap ke-20. Simbol pembakaran lahan dan hutan sudah jalan tahun ke-20.
Meskipun sudah puluhan tahun karhutla berulang, dia menyayangkan penanganan pemerintah lamban, terutama menindak para pembakar hutan dan lahan. Padahal, dampak yang ditimbulkan sangat luar biasa, mulai kesehatan, pendidikan, ekonomi dan kerusakan lingkungan.
”Sudah tahun ke-20, malah sekarang bisa-bisanya mengeluarkan aturan rakyat tembak mati, sementara itu pelaku korporasi kok terus dibiarkan,” katanya. Melanie menanggapi pernyataan beberapa unsur pemerintah yang menyatakan, tembak di tempat bagi pembakar lahan. Seruan ini, khawatir malah menyasar warga kecil, seperti petani yang bakar lahan untuk cocok tanam.
Kenyataan sudah terjadi, katanya, banyak petani kena tangkap atas tuduhan bakar hutan. Saat bersamaan, kala kebakaran di konsesi perusahaan, demi ekspansi usaha dengan menghemat biaya malah didiamkan.
Komentar pun bersambut dalam petisi chane.org itu. Ada dari Puspita Indah Sari dari Palembang. Dia menulis pesan dengan hastag #masihmelawanasAPP, dapat dibaca masih melawan asap dan huruf kapital salah satu perusahaan yang bergerak di industri kertas, pulp and paper, Asia Pulp and Paper. Hingga 17 Agustus 2017, sudah ada 164 pendukung yang menandatangani petisi.
FWI di Puncak
Perayaan HUT RI lain oleh Forest Watch Indonesia (FWI). Mereka membentangkan, 66 meter persegi kain merah putih di Komplek Vila Tugu Utara, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Ia simbol aksi dari 66 kali luas Kebun Raya Bogor hutan alam hilang di Kawasan Puncak selama 16 tahun terakhir, 2000-2016.
Mengapa hutan di Puncak penting? Hutan di Puncak berperan sebagai pengatur tata air wilayah hulu hingga hilir Ciliwung, habitat satwa endemik, dan tempat hidup warga. DAS Ciliwung memiliki luas sekitar 38.000 hektar, tersisa 3.400 hektar hutan alam atau 8,9% luas wilayah dan berada di Puncak.
Dalam rilis FWI menyebutkan, pada 2017, 50% hutan lindung di Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan beralih fungsi jadi pemukiman, vila-hotel, dan kebun teh. Sejak 2015, masyarakat mulai alami kekeringan dan kesulitan air bersih, terlebih kala kemarau.
Kondisi tambah parah dengan ada vila dan hotel yang menguasai sebagian besar sumber mata air bahkan menutup akses masyarakat.
“Nyatanya, 72 tahun Indonesia merdeka, negara belum hadir memberikan keadilan dan penghidupan layak bagi rakyat,” kata Linda Rosalina, Pengkampanye FWI.