Nama peneliti Indonesia kembali disematkan dalam penamaan spesies baru ikan dari keluarga Gobiidae. Kali ini, ikan air tawar yang ditemukan di sekitar air terjun Lubuk Hitam, Kecamatan Teluk Bungus, Padang, dengan nama ilmiah Schismatogobius risdawatiae itu, berasal dari nama belakang dosen biologi di Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan PGRI Sumatera Barat, Dra. Renny Risdawati.
Ikan dengan nama lokal ‘mungkuih’ atau ‘mungkus’ tersebut ditemukan dan diidentifikasi oleh peneliti gabungan dari Muséum national d’Histoire naturelle (MNHN), Institut de recherche pour le développement (IRD), serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Mei 2016.
Dalam jurnal ilmiah yang dipublikasikan Cybium: International Journal of Ichtyology, penyematan nama risdawatiae di belakang genus dari Schismatogobius diberikan para peneliti untuk dedikasi Renny selama riset berlangsung.
Renny Kurnia Hadiaty, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, temuan spesies baru itu merupakan hasil kerja sama Indonesia dengan lembaga penelitian Perancis dalam sebuah ekspesdisi riset yang dilakukan sejak 2012 hingga 2016. Dalam riset ini, selain Schismatogobius risdawatiae, ditemukan juga tujuh spesies baru ikan air tawar lainnya yang tersebar dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi hingg Papua.
Untuk mengetahui bahwa ikan tersebut merupakan jenis baru, ditentukan dengan melakukan identifikasi molekuler dan morfologi dari beberapa bagian tubuhnya. Kemudian membandingkannya dengan sampel ikan yang sudah ada. Hasilnya, secara molekuler ikan tersebut memang berdeda.
“Kami membandingkan sampel molekulernya dengan sampel spesies yang ada melalui National Center for Biotechnology Information (NCBI). Ternyata, ikan mungkuih belum terdata dalam database NCBI. Secara sederhana NCBI ini seperti database genetik,” tutur Renny kepada Mongabay Indonesia, Senin (2/4/2017).
Baca: 7 Spesies Ikan Tawar Baru Ini Ditemukan di Indonesia
Renny menuturkan, jenis baru itu memiliki perbedaan dengan spesies Schismatogobius lain yang sudah ada dan teridentifikasi. Misalnya, Schismatogobius saurii yang biasa ditemukan di pesisir selatan Indonesia dan Filipina. Beberapa ciri yang menonjol, ungkap Renny, adalah panjangnya berkisar 25-31 milimeter, corak lingkaran di tengah badan, kombinasi warna hitam-kuning, bentuk tubuh silinder dan licin, serta mulut bulat dengan bibir lebih menonjol ke depan. Selain itu, ikan tersebut memiliki karakter berenang di dasar perairan berbatu dan berpasir dengan arus sedikit deras.
“Sementara, spesies baru ikan tersebut baru ditemukan di Padang,” terangnya.
Kemungkinan, akan ada penemuan spesies baru di tempat lain di Indonesia. Mengingat, dalam susunan taksonomi, kelas vertebrata seperti reptil, amfibi dan ikan belum stabil. Artinya, dalam setiap tahun ada potensi besar untuk penemuan jenis baru.
“Hal penting lain yang perlu diyakini dari penelitian ini adalah meski sepintas terlihat sama, namun belum tentu spesiesnya sama. Untuk zaman sekarang harus dibuktikan dengan DNA yang sama pula,” jelasnya.
Tidak hanya satu
Jika mengingat ke belakang, ada sejumlah nama asli Indonesia yang bertengger di belakang nama genus spesies baru itu. Sebut saja, jenis ular yang ditemukan di wilayah Takengon, Aceh.
Ular yang mimicry dengan ular welang atau Bungarus candidus itu nyatanya spesies baru. Para peneliti yang dipimpin Amir Hamidy, ahli herpetolog dari LIPI memberikan nama ular tersebut Lycodon sidiki, yang mana Lycodon diambil dari genusnya dan sidiki dari nama ahli herpetologi senior LIPI, Irvan Sidik.
Lebih lanjut, akhir Desember 2017, Presiden Joko Widodo memberikan izin penggunaan nama ibu negara, Iriana Widodo untuk nama spesies burung baru yang ditemukan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Burung cantik tersebut diberi nama Myzomela irianawidodoae dan resmi dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Treubia Volume 44, edisi Desember 2017.
Baca juga: Cerita Dewi Prawiradilaga Menamai Burung Temuan dengan Iriana Widodo
Selain yang disebutkan di atas, masih banyak nama peneliti atau tokoh nasional yang mendapat kesempatan menjadi nama spesies baru di Indonesia. Misalnya cicak batu di Belitung; Cnemaspis purnamai (Basuki T. Purnama), tarsius di Sulawesi; Tarsius supriatnai (Jatna Supriatna), dan ikan flash di perairan Flores; Paracheilinus rennyae (Renny K. Hadiaty).
Mengenai penamaan terhadap spesies baru, Hari Sutrisno Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, sebagaimana dikutip dari BBC Indonesia mengatakan, pemberian nama merupakan hak prerogatif penemunya dan kebanyakan dari mereka menentukan temuannya atas dasar pertimbangan subjektif.
“Misalnya, dari asal usulnya spesies itu. Ada orangutan Pongo tapanuliensis, karena itu nama uniknya adalah asalnya Tapanuli. Kemudian, ada yang diberikan kepada seseorang, didedikasikan, misalnya kepada Ibu Jokowi karena dianggap orang yang peduli terhadap konservasi burung,” imbuhnya.
“Bahkan, ada beberapa orang yang memberikan nama spesies baru kepada istri, teman, atau orang yang dianggap berjasa terhadap penelitiannya,” jelasnya.