Seekor ikan Mola-mola atau ocean sunfish (Mola alexandrini) ditemukan terdampar di perairan water sport Tanjung Benoa, Bali, pada Sabtu (4/8/2018). Sebagian tubuh sampai ekor terlihat tergigit dengan diameter gigitan sama. Para praktisi kelautan memperkirakan digigit hiu ukuran besar.
Ikan malang itu lalu ditangani tim dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Basuka Water Sport, Coral Triangle Center, dan Nusa Dua Reef Foundation yang datang ke lokasi setelah mendapat laporan oleh Niki, seorang penyelam pada Sabtu siang.
Ketika ditemukan terdampar di perairan depan Basuka Water Sport, dijelaskan seorang pegawainya, kondisi mola saat ditemukan sudah mati terluka, tersisa dorsal fin (sirip bagian atas), badan dan kepala. Sementara anal fin (sirip bagian bawah), dan ekor hilang, diduga dimakan hiu. “Hiu memakan bagian ekor dengan meninggalkan bekas 3 gigitan,” urai Permana Yudiarso dari BPSPL Denpasar dalam laporan penanganan yang diterima Mongabay-Indonesia.
baca : Pari Setan dan Ikan Mola-mola Terjaring Nelayan. Bagaimana Akhirnya?
Pariama Hutasoit dari Nusa Dua Reef Foundation yang dihubungi Mongabay-Indonesia juga meyakini tubuh mola hilang digigit hiu berukuran besar karena diameter gigitan sama pada potongan tubuh Mola. Hiu sendiri merupakan pemangsa puncak di laut, keberadaanya juga berperan penting dalam ekosistem.
Tim penanganan Mola melakukan pengukuran morfometri, dengan hasil panjang tubuh dari kepala sampai batas gigitan hiu 147 cm, lebar tubuh (dorsal ke anal) 240 cm, panjang sirip dorsal 78 cm, dan diameter gigitan hiu 32 cm. Sedangkan BPSPL Denpasar mengambil sampel daging untuk uji DNA dan sirip dorsal untuk diawetkan. Bangkai mola kemudian dikubur di lokasi penemuan.
Tanjung Benoa di ujung selatan Pulau Bali, dekat dengan kepulauan Nusa Penida merupakan tempat wisata olahraga dan rekreasi di laut seperti wakeboarding, parasailing, dan banana boat.
Tanjung Benoa merupakan salah satu area yang disukai Mola-mola untuk melakukan aktivitas membersihkan jamur atau parasit di tubuhnya (cleaning station). Pada musim tertentu, penyelam datang khusus untuk melihat ikan besar unik yang masuk kategori konservasi terancam ini.
baca juga : Mola-mola, Ikan Raksasa yang Menggemaskan
Penemuan Mola terdampar di Bali ini bukan pertama kalinya. Sebelumnya, seekor mola ditemukan sekarat di perairan dangkal dekat Pelabuhan Buleleng, Bali, Jumat (12/1/2018) malam. Warga berusaha mendorong ke dalam namun sesaat kemudian mati. Diperkirakan mola terdampar itu menjadi kejadian pertama di perairan Buleleng.
Gede Iwan Setiabudi, dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) melakukan nekropsi mola yang terdampar di Buleleng tersebut bersama rekannya di laboratorium Biologi kampusnya. “Data dan informasi terkait ikan ini jarang. Sampel kami pelajari bersama dan organnya dikeringkan untuk edukasi,” katanya. Sampelnya juga dibawa sejumlah pihak lain seperti akademisi Universitas Udayana.
Hasil nekropsi sementara menyimpulkan mola di Buleleng itu mati karena organ hati terinfeksi parasit cacing. Iwan juga menyebut penyebab penyakit belum bisa diidentifikasi karena referensi pihaknya soal ini masih terbatas.
Mola itu diuji DNA untuk memastikan spesiesnya. Dan diperiksa fisik dengan panjang 170 cm, lebar 130 cm, dan berat 375 kg.
baca juga : Mola-mola Diusulkan Jadi Ikan Dilindungi
Kode Perilaku Penyelam
Di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, ada kode perilaku untuk wisatawan dan operator kapal yang melihat Mola. Misalnya tak memegang, dan tak mengganggu kegiatan kesukaan mereka sampai berenang ke sini yakni area cleaning station.
Karakteristik mola lebih senang di laut dalam sekitar 100-150 m, dan pada waktu khusus naik ke permukaan seperti terlihat di kepulauan Nusa Penida. Warga diminta tak menangkap atau jika tertangkap tak sengaja segera dilepaskan.
Kebiasaan umum menyebut semua jenis ikan Mola sebagai Mola-mola kini perlu lebih dipertajam. Sebuah riset akhir tahun lalu dipublikasikan untuk mendefinisikan ulang termasuk untuk yang kerap ditemui di perairan Nusa Penida.
“Dulu kita bilang Mola-mola, padahal itu jenis lain. Bahwa Mola-mola itu bukan jenis di Penida tapi Mola ramsayi yang sekarang disebut Mola alexandrini,” kata Wira Sanjaya dari lembaga pendidikan dan konservasi CTC yang juga bekerja di Nusa Penida merespon hasil penelitian dari peneliti internasional itu dalam artikel Mongabay-Indonesia.
Dampaknya mungkin tidak langsung ke ekosistem namun edukasi dan tantangan jangka panjang menurutnya adalah menjaga ekosistem di Nusa Penida. “Bagaimana menjaga kondisi lingkungan di Penida agar mola ini tetap merasa nyaman untuk terus ada di sana,” kata pria ini. Misalnya mematuhi kode etik penyelaman mola agar para turis nyaman dan mola juga tidak terganggu.
Sebuah artikel mengingatkan bahwa kita telah salah mengidentifikasikan raksasa lautan ini selama bertahun-tahun. Sunfish laut (Mola mola) terdaftar di Guinness World Records sebagai ikan kura-kura terberat di dunia. Beberapa hiu lebih besar, tapi kerangka mereka terbuat dari tulang rawan daripada tulang.
Rekor tersebut telah berdiri sejak tahun 2002, berdasarkan spesimen yang tertangkap di lepas pantai Jepang pada tahun 1996. Namun sekarang analisis terperinci mengenai foto dan informasi lainnya tentang spesimen tersebut telah mengungkapkan bahwa ini bukan sunfish laut, namun ikan sekerabat bernama Mola alexandrini.