- Ratusan ikan terdampar dan mati secara misterius di pesisir pantai Maluku. Fenomena aneh itu baru pertama kali terjadi. Sebagian warga Ambon bahkan menduga akan terjadi tsunami di Maluku.
- Pusat Penelitian Laut LIPI Ambon sedang melakukan penelitian secara komprehensif untuk mengetahui penyebab fenomena kematian biota laut terutama ikan itu.
- Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon menduga kematian ikan karena adanya ledakan bawah laut sesuai informasi warga setempat dan bukan karena keracunan bom ikan karena warga yang mengkonsumsi ikan tersebut dalam kondisi baik-baik saja
- BMKG Stasiun Geofisika Ambon mengimbau kepada warga yang ketakutan karena informasi adanya tsunami pasca peristiwa matinya ikan itu, agar tenang karena kondisi di Ambon dan Maluku normal, tidak terjadi gempa dan tsunami
Ratusan ikan terdampar dan mati secara misterius di pesisir pantai Maluku. Fenomena aneh itu baru pertama kali terjadi. Sebagian warga Ambon bahkan menduga akan terjadi tsunami di Maluku.
Fenomena yang menggemparkan warga Ambon itu pertama kali diunggah oleh anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Maluku, Febryko Telussa D’fretes melalui akun facebooknya, Minggu (15/9/19).
Dalam postingannya, Febryko menyebut ikan-ikan yang mati terdampar telah dikonsumsi oleh warga tanpa mengetahui resikonya. Dan meminta pihak terkait untuk mendatangi lokasi terdamparnya ikan di Pantai Tihulessy, Desa Hukurila, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon.
Postingannya itu kemudian menyebar dan viral ke berbagai media sosial. Karena selain ikan, ada biota laut lain seperti siput yang ikut terdampar ke pesisir pantai.
Pantauan Mongabay Indonesia, fenomena itu tidak saja di Desa Hukurila, namun juga di pesisir Desa Rutong, Passo, Tulehu dan Desa Waai. Hingga kini pihak terkait masih melakukan identifikasi untuk mengetahui penyebab peristiwa tersebut.
baca : Satwa Laut Sering Mati Terdampar di Pesisir Pantai Maluku, Ada Apa?
Plt. Kepala Pusat Penelitian Laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Nugroho Dwi Hananto yang dihubungi Mongabay Indonesia, Senin (16/9/19) mengatakan pihaknya sedang melakukan identifikasi dan uji laboratorium untuk mengetahui penyebab kejadian itu.
“Kita tidak bisa terburu-buru karena perlu ketelitian mendalam. Uji toksisitas/kandungan racun dalam tubuh ikan tidak bisa dilakukan di Ambon, makanya harus dikirim ke LIPI di Ancol (Jakarta),” katanya.
Setelah serangkaian uji tersebut dilakukan disertai analisis oseanografi kimia, biologi dan geologi yang komprehensif, LIPI baru bisa memperkirakan penyebab kematian ikan-ikan serta biota laut di pesisir pantai di beberapa desa itu.
Nugroho mengatakan LIPI sudah menurunkan tim gerak cepat mengambil sampel untuk penelitian penyebab kematian di lokasi ikan yang mati.
“Penelitian sifat oseanografi fisika, kimia dan biologi serta geologi. Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data yang komprehensif baru kita bisa sampaikan penyebab kematian dan bagaimana cara yg tepat untuk menyikapinya,” katanya.
“Kita akan buat statistiknya, baik untuk ikan yang mati, hidup di dasar laut, di karang-karang dan juga yang ada di kolom air. Terhadap ikan yang mati, kebanyakan adalah ikan karang,” lanjutnya.
baca juga : Mola-mola Mati Terdampar (Lagi) di Perairan Maluku, Penyebabnya?
Agar hasil penelitian lebih akurat, LIPI juga mewawancarai masyarakat untuk mengetahui rentang waktu, lokasi dan tanda-tanda lainnya sebelum dan setelah kejadian berlangsung. “Kita juga sedang buat detil timeline-nya. Supaya bisa analisis time series dan spasial,” ujarnya.
LIPI tidak berani menyebutkan dugaan sementara peristiwa itu agar tidak memancing spekulasi di masyarakat. “Kita harus menjaga dan tidak boleh memancing, sembari menunggu proses yang sedang berlangsung, agar masyarakat tidak panik dan terpengaruh spekulasi dini seperti ledakan, gempa, longsoran bawah laut dan lain-lain,” imbaunya.
Karena Ledakan?
Fenomena matinya ratusan ikan di pesisir pantai itu, diduga karena adanya ledakan yang berdampak guncangan hebat di dasar laut.
Steve Patty, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon kepada wartawan mengatakan dugaan sementara itu setelah pihaknya mengambil sampel ikan mati dan meneliti bagian tubunya.
Steve mengatakan sudah dilakukan peninjauan oleh Petugas dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ambon, Satuan Polisi Pamong Praja, beserta tim dari Balai Karantina, Balai Pengawasan dan Balai Riset Perikanan.
“Hasil yang diperoleh sementara ini, ikan-ikan tersebut mati bukan karena keracunan, pasalnya berdasarkan pengakuan warga mereka juga konsumsi dan tidak ada tanda-tanda keracunan,” katanya.
menarik dibaca : ‘Perang’ Gubernur Maluku Karena Kesal Tak Kunjung Jadi Lumbung Ikan Nasional
Konon warga setempat sempat mendengar ledakan hebat yang berasal dari dalam laut. Tak lama kemudian, muncul fenomena ikan mati yang terapung dan terdampar di pantai.
Dari hasil penelitian laboratorium Balai Karantina Ikan Ambon menduga, kata Steve, ikan-ikan yang mati dan terdampar disepanjang pantai Kecamatan Leitimur Selatan lantaran faktor ledakan yang cukup kuat.
“Hasil itu ditemukan karena terjadi kerusakan pada bagian tulang ikan dan juga pada mata ikan. Sementara tekstur daging tidak mengalami kerusakan apa-apa,” katanya.
Menurutnya, sebagian besar ikan yang mati merupakan ikan demersal, ikan yang hidup dan berada pada kedalaman 100 meter dibawah permukaan laut.
Meski demikian, belum bisa dipastikan karena ledakan alga atau fitoplankton (blooming algae). DKP masih menganalisis setiap 200 meter di pantai Hutumuri hingga Hukurilla. Selain itu direncanakan melakukan penyelaman untuk melihat kondisi bawah laut terutama terumbu karang.
menarik dibaca : Terjadi Lagi, Jutaan Ekor Ikan Mati di Danau Toba
Karena Tsunami?
Mengenai kekhawatiran warga Ambon yang mengaitkan fenomena kematian ikan itu dengan bakal terjadinya tsunami, Walikota Ambon Richard Louhenapessy meminta agar warga tidak panik, sembari menunggu hasil penyelidikan instansi terkait.
“Memang ini fenomena baru. Sebaiknya kita semua menahan diri, jangan sebar hoaks apalagi sampai menyebutkan akan terjadi tsunami,’’ imbau Louhenapessy kepada wartawan, Senin (16/9/19).
Walikota telah memerintahkan Kepala Dinas Perikanan dan Kasatpol PP untuk turun lapangan merespon informasi tersebut. “Hasil yang kami terima, ikan tidak saja mati di Latuhalat, Seri dan sekitarnya, tapi juga di Desa Tulehu dan Waai,” katanya.
Memang ada informasi dari masyarakat menyebut terjadi ledakan sebelum ikan-ikan mati berserakan di pesisir pantai. Tetapi bila ledakan itu daria bom ikan, Louhenapessy mengatakan ikan mabuk dan mati hanya pada radius terbatas. Sehingga dai mengasumsikan ada ledakan dibawah laut. “Apakah itu ledakan akibat bom atau ledakan lain. Yang pasti kita belum tahu penyebab,” katanya.
Sedangkan Andy Azhar Rusdin, Kepala Seksi Data dan Informasi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Ambon, mengimbau kepada warga yang ketakutan dan mengungsi ke dataran tinggi lantaran takut tsunami, segera kembali ke rumah masing-masing.
“Masyarakat tidak boleh panik dengan isu-isu yang menyesatkan. Saya minta segera kembali ke rumah masing-masing,” katanya saat dihubungi Mongabay, Selasa (17/9/2019).
Menurutnya, hingga kini kondisi di Ambon dan Maluku pada umumnya berstatus normal. Dia menghimbau warga memantau informasi resmi dari BMKG melalui website dan media sosial.
Dia menjelaskan tsunami bisa terjadi dipicu oleh gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik atau letusan gunung berapi, longsor bawah laut atau longsoran tebing. Namun itu jarang terjadi.
“Hingga kini tidak ada tanda-tanda akan terjadi tsunami di Kota Ambon dan sekitarnya. Jika memenuhi persyaratan akan terjadi tsunami, BMKG pasti mengeluakan peringatan dini,” katanya.
Sementara Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG dalam rilisnya mengimbau warga agar tidak cemas dan muda percaya kepada isu-isu saat ini.
Dia bilang, selama ini belum pernah terjadi peristiwa gempa besar kemudian memicu terjadinya tsunami, yang didahului oleh matinya ikan-ikan secara massal.
“Tidak ada dalam ilmu gempa menjadikan ikan mati sebagai prekursor gempa dan tsunami. Kematian ikan secara masal ini dipastikan oleh sebab lain,” jelasnya.
Selama ini, kasus kematian ikan secara massal dapat diakibatkan oleh adanya ledakan, keracunan, atau faktor lingkungan dan lainnya.
“Merebaknya isu akan terjadi gempa dan tsunami ini bersumber dari berkembangnya isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sementara yang mengembangkan isu ini juga tidak mengetahui asal usul penyebabnya secara pasti,” tandasnya.