- Mengusung tema “seng penting guyub rukun” Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PBBSI) cabang kabupaten Lamongan memanjakan para pecinta bonsai dengan menggelar pameran dan kontes bonsai.
- Pameran bertujuan untuk mengetahui potensi bonsai dari lokal, karena di Lamongan sudah mulai banyak bermunculan komunitas pecinta bonsai.
- Ada empat kategori yang menjadi penilaian kontes bonsai, yaitu penampilan, gerak dasar, keserasian dan kematangan dari akar, batang sampai dengan ranting.
- Pameran ini merupakan alternatif hiburan masyarakat di tengah pandemi COVID-19, dengan menerapkan protokol kesehatan.
Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PBBSI) cabang Kabupaten Lamongan memanjakan para pecinta bonsai dengan menggelar pameran dan kontes bonsai di lapangan Gajah Mada Jalan Sumargo, Kelurahan Sidoarjo, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pameran dan kontes bonsai ini digelar mulai tanggal 18 hingga 29 Oktober 2020 dengan mengusung tema dalam bahasa Jawa “seng penting guyub rukun”.
Joko Supriyadi, Sekretaris PPBSI cabang Lamongan menjelaskan acara ini sering diadakan hampir setiap setahun, bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Lamongan. Tahun ini sudah ke-14 kalinya. Hanya, tahun ini acaranya diundur karena masih dalam kondisi masa pandemi COVID-19. Seharusnya kegiatan digelar pada bulan Mei atau Juni.
“Awal mulanya PBBSI Gresik yang mengadakan, makanya kami langsung berani menyelenggarakan juga, disesuaikan dengan Hari Pahlawan Nasional pada bulan 10,” ujar pria 30 tahun ini saat ditemui Mongabay Indonesia disela pameran, Senin (26/10/2020).
baca : Menikmati Bunga di Pasar Splendid Malang
Joko mengatakan pameran bonsai baru pernah diadakan pada tingkat lokal. Padahal, dalam dua tahun belakangan ini di Lamongan sudah mulai banyak bermunculan komunitas-komunitas pecinta bonsai.
Hal itu yang mendasari diselenggarakannya pameran bonsai ini, sekaligus untuk mengetahui potensi-potensi bonsai dari lokal. Biasannya, saat pameran selalu melibatkan penghobi bonsai dari luar kota.
Kategori Penilaian
Ada 12 komunitas penghobi bonsai di Lamongan yang ikut sebagai peserta pameran sekaligus berperan di kepanitiaan. Total ada 345 bonsai yang dipamerkan, dan dibagi menjadi dua kelas yaitu regional dan prospek. Untuk regional ada 130 pohon.
Prospek, kata Joko, merupakan bahan bonsai yang masih dalam proses jadi. Sedangkan regional itu tingkatan pertama dalam penjurian. Sementara penjurian yang nasional itu meliputi regional, madya, utama dan bintang. Sedangkan untuk yang lokal hanya ada dua yaitu prospek dan regional.
baca juga : Kalibiru dan Kisah Sukses Masyarakat Jalankan Ekowisata Milyaran Rupiah
Kebanyakan bonsai yang diikutkan pameran ini berasal dari bahan mendongkel di alam. Bagi pemula, tingkat kesulitan membuat bonsai dari pendongkelan yaitu menentukan konsep utama. “Kadang orang sudah punya dongkelan, tetapi mau membentuk seperti apa itu kebanyakan masih bingung,” katanya.
Kalau masih awam, lanjut dia, bentuk bonsai pasti diubah-ubah karena masih belum bisa mengonsep sejak awal. Konsep yang berubah-ubah seperti ini yang akan memakan waktu lebih lama. Beda halnya ketika sejak awal konsepnya sudah jelas, tentu proses pembentukan bisa lebih mudah.
Saat penjurian, proses pembentukan ini juga menjadi salah satu tolak ukur. Ada yang dinilai dari keseimbangannya. Kalau programnya kurang pasti, berarti saat menentukan dimensi atau keseimbangannya juga akan berbeda dengan hasilnya nanti.
Ada empat kategori yang menjadi penilaian, pertama yaitu dari segi penampilan, ini dilihat total dari keseluruhan bentuk pohon. Kedua yaitu gerak dasar, biasannya dibagi beberapa, ada yang tegak lurus, tegak miring atau dikenal juga dengan istilah slenting, kemudian tegak berliku. Ketiga yaitu keserasian, ini dinilai antara pot, pohon dan aksesoris yang digunakan. Keempat yaitu kematangan dari akar, batang sampai dengan ranting.
menarik dibaca : Jejak Nyuh, Pohon Kehidupan di Pesisir Bali Timur
Adapun untuk jenis pohon yang diikutkan dalam pameran ini lebih beragam, diantarannya seperti pohon santigi (Vaccinium varingiaefolium), pohon serut (Streblus asper), mentaos, pohon beringin (Ficus benjamina), juwet (Syzygium cumini), sancang (Phemna microphylla), dan wahong (Premna serratifolia).
Diakuinya, pameran tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnnya. Meskipun skala lokal tetapi pesertanya lebih banyak. Dia berharap pameran ini bisa dijadikan sarana evaluasi pohon bonsai dari peserta lokal untuk lebih baik lagi. Selain itu, dengan adanya pameran ini bisa dijadikan ajang bertukar pikiran dan juga menambah jaringan.
“Sebetulnya, peserta dari luar kota seperti Malang, Surabaya, Mojokerto, juga ingin ikut, namun karena pameran kali ini ingin mengangkat potensi bonsai lokal, jadi terpaksa kami menolak untuk peserta yang dari luar kota,” imbuh pria asal Desa Ploso buden, Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan ini.
Hiburan Warga
Tujuan lain dari diselenggarakan pameran ini juga memberikan hiburan kepada masyarakat secara umum. Muhammad Mukhlis (37), salah satu pengunjung mengaku senang dengan adannya pameran ini. Sebab, potensi bonsai yang dari Lamongan bisa terangkat dan bisa dikembangkan lagi.
Setelah melihat-lihat pria yang datang bersama keluarga tersebut juga merasa termotivasi untuk membuat bonsai. Menurut dia, ada beberapa catatan untuk acara berikutnya supaya lebih baik lagi, diantaranya kurangnya papan nama di jalan raya yang menunjukkan tempat pameran. Berikutnya, lokasi pameran yang becek juga perlu diperhatikan.
Sementara itu, Bupati Lamongan, Fadeli, saat membuka acara pameran bonsai mengakatan, pameran ini merupakan alternatif hiburan masyarakat di tengah pandemi COVID-19, yang penting pula masih menerapkan protokol kesehatan. Menurut dia, dengan adanya acara ini juga untuk menumbuhkan minat dan hobi masyarakat akan bonsai sekaligus melestarikan lingkungan hidup.
“Bonsai sebagai karya seni bernilai ekonomi tinggi bila ditekuni secara profesional,” kata Fadeli, yang sudah dua periode memimpin kabupaten yang berjuluk kota soto ini.