- Umang-umang atau kelomang bisa pakai segala termasuk limbah rumah tangga seperti kotak makanan karena mereka perlu cangkang untuk melindungi abdomen yang lunak.
- Rizaldi, doktor perilaku binatang di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Sumatera Barat mengatakan, bersama mahasiswanya jurusan biologi sempat percobaan soal umang-umang. Umang-umang pernah pakai bola tenis sebagai rumah, juga tempurung kelapa sampai kepala boneka.
- Profesor Dwi Listyo Rahayu, pionir penelitian taksonomi kelomang di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang kini berubah jadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, umang-umang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem. Kelomang atau umang-umang, pemakan segala atau scavenger. Ia pemakan segala sesuatu yang mati, busuk dan berperan sebagai pendaur ulang cangkang gastropoda atau bivalve yang kosong.
- Kelomang bisa jadi indikator intrusi air tawar ke laut. Misal, ada buangan air dari limbah rumah tangga ke laut bila terjadi, salinitas akan turun, akibatnya akan banyak gastropoda mati dan kelomang menempati cangkang gastropoda itu.
Malam itu, David bersama teman-temannya mencari kepiting di pesisir Nagari Sungai Pinang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Mereka menyusuri sungai, mencari titik yang tepat untuk meletakkan perangkap kepiting.
Saat akan memasang perangkap, David menemukan sesuatu yang membuatnya tiba-tiba tergelak. Setelah dilihat ternyata itu umang-umang. Dia pun ambil foto dan posting di akun Facebook-nya. Umang-umang pakai tutup botol minuman M150 sebagai cangkangnya.
Sebagai pegiat lingkungan, David sering mengamati lingkungan sekitar Sungai Pinang, dan biasa temukan hal-hal seperti ini.
“Kadang pakai sisa-sisa kayu lapuk, plastik bahkan pakai kepala bola lampu juga pernah. Yang tanpa cangkang juga sering, bang” katanya.
Rizaldi, doktor perilaku binatang di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Sumatera Barat mengatakan, bersama mahasiswanya jurusan biologi sempat percobaan soal umang-umang. “Kami coba apa saja yang mau diambil umang-umang sebagai sarang,” katanya.
Umang-umang pernah pakai bola tenis sebagai rumah, juga tempurung kelapa sampai kepala boneka.
“Seharusnya secara alami mereka pakai cangkang dari gastropoda, siput, tapi kalau melihat fenomena itu umang-umang juga bersifat oportunis. Apa saja yang bisa melindungi bagian tubuh mereka yang lunak akan mereka pakai,” katanya.
Umang-umang bisa juga pakai limbah rumah tangga seperti kotak makanan karena mereka perlu cangkang untuk melindungi abdomen yang lunak. “Yang penting cocok dengan ukuran tubuh mereka,” kata Rizaldi.
Saat penelitian, mereka coba berikan beragam ukuran cangkang gastropoda, kesimpulan kita ia memilih ukuran yang lebih cocok ke tubuh mereka masing-masing,” katanya.
Selain ukuran, percobaan juga dengan pilihan warna. “Kita beri aneka warna cangkang kosong. Ternyata, preferensi warna tidak ada untuk mereka, yang penting ukuran cocok mereka akan pakai.
“Ketika tubuhnya bisa masuk dan kaki bisa mudah keluar dan berjalan, mereka akan memilih itu,” katanya.
Baca juga: Begini Penampakan Ketam Kenari Kepiting Terbesar di Dunia
Dia bilang, perlu curiga dengan fenomena ini, khawatir ada sesuatu tak alami sedang terjadi di laut. “Barangkali yang pertama, ketersediaan gastropoda itu mungkin langka. Kita harus lihat kondisi sekitar dulu bagaimana dan kenapa jadi langka? Apakah gastropoda menurun atau pengaruh laut?”
Kedua, karena masalah sampah. “Kami pernah melihat mereka gunakan kaleng fanta atau coca-cola sebagai cangkang. Biasanya, mereka tidak memakai lama karena kadang antri menunggu ketika ada yang bongkar sarang ke cangkang yang lebih besar ukurannya,” katanya.
“Jangan-jangan memang terjadi gangguan alam, pencemaran atau apa yang menyebabkan gastropoda jarang ditemukan atau arus laut yang sedang tidak membawa cangkang.”
Namun, dia belum menguji dampak negatif terhadap gerak umang-umang kalau pakai material tidak alami ini.
Profesor Dwi Listyo Rahayu, pionir penelitian taksonomi kelomang di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang kini berubah jadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, umang-umang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem.
“Fungsinya, bisa untuk bersih-bersih,” kata peneliti bidang oseanografi di Balai Bio Industri Laut BRIN ini.
Kelomang atau umang-umang, katanya, pemakan segala atau scavenger. Ia pemakan segala sesuatu yang mati, busuk dan berperan sebagai pendaur ulang cangkang gastropoda atau bivalve yang kosong. “Daur ulang itu gunakan cangkang kosong tadi untuk rumah,” kata alumni Universite Pierre & Marie Curie Paris VI ini.
Kelomang juga bisa jadi indikator intrusi air tawar ke laut. “Misal, ada buangan air dari limbah rumah tangga ke laut. Bila itu terjadi, salinitas akan turun, akibatnya akan banyak gastropoda mati dan kelomang menempati cangkang gastropoda itu.”
Meskipun begitu, katanya, tidak semua kelomang bisa bertahan di salinitas rendah. “Jadi, hanya jenis-jenis tertentu saja yang akan hidup.”
Umang-umang yang gunakan tutup botol M150 sebagai cangkang, kata Dwi, termasuk genus Coenobita. “Genus hidup di darat. Setelah masa larva di laut berakhir kelomang dari genus ini akan mencari cangkang kosong kemudian hidup di pesisir bahkan bisa naik jauh ke darat,”katanya.
Kalau umang-umang ini tidak menemukan cangkang gastropoda kosong, Coenobita bisa gunakan apa saja terpenting bisa melindungi abdomen atau bagian perut yang lunak. Hal itu, katanya, tidak akan mempengaruhi hidup biota ini.
“Bahkan, di laut dalam atau di atas 200 meter, ketika cangkang gastropoda tidak tersedia, kelomang dapat gunakan batu, potongan bambu, bahkan anemon sebagai tempat hidupnya.”
Seperti Krustasea lain, kata Dwi, untuk tumbuh mereka harus berganti kulit. “Ketika tumbuh, cangkang yang dipakai akan terlalu kecil hingga memerlukan cangkang lain yang lebih besar,” katanya.
Terjadi salinitas di laut atau penurunan kadar garam bukan karena banyak limbah rumah tangga. “Di beberapa perairan yang jadi muara sungai bila terjadi hujan lebat di hulu maka dapat terjadi penurunan salinitas. Tapi itu sebentar saja. Setelah bercampur dengan air laut salinitas akan kembali normal.”
Begitu pula bila limbah air tawar rumah tangga yang dibuang ke laut, katanya, maka salinitas di daerah dekat pembuangan saja yang rendah.
Kelomang, katanya, belum bisa jadi indikator pencemaran air laut. Sampai saat ini, katanya, belum ada penelitian yang menunjukkan umang-umang bisa jadi indikator polusi.
*****
Foto utama: Umang-umang pakai cangkang tutup botol. Foto: David